minimum  yang  ditetapkan  pemerintah  DIY.  Sehingga  dapat  dikatakan  bahwa mulai  tahun  2002,  seluruh  karyawan  di  PT.  Aseli  Dagadu  Djokdja  sudah
mendapat upah minimum yang layak. Selain  upah  yang  diterima,  perusahaan  juga  memberi  tunjangan  hari  raya
sesuai  agamanya,  dan  dana  sosial  bagi  karyawan  ataupun  keluarganya  yang sedang sakit. Disamping itu setiap bulannya seluruh karyawan diberi kaos sebagai
jatah  bulanan  yang  dipakai  setiap  hari  Sabtu  dan  Minggu  bagi  karyawan  di gerai.
27
E. Masa Reformasi 1998-2004
Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara di Asia Tenggara termasuk  Indonesia.  Krisis  ekonomi  di  Indonesia  diawali  dengan  menurunnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Krisis ekonomi juga berdampak pada banyaknya  perusahaan  yang  ditutup,  sehingga  membuat  angka  pengangguran
meningkat.  Keadaan  ini  memicu  kelompok  masyarakat  kampus  yang  terdiri  dari mahasiswa, dosen dan rektor  menyuarakan pendapatnya melalui berbagai media
seperti  seminar,  mimbar  bebas  hingga  aksi  demonstrasi.  Mereka  menganggap bahwa  krisis  yang  terjadi,  merupakan  kesalahan  Presiden  Soeharto  dalam
mengurus pemerintahannya. Di  Yogyakarta,  aksi  demonstrasi  juga  terjadi  untuk  melawan  pemerintah
Soeharto.  Pada  tanggal  19  Mei  1998  puluhan  ribu  masyarakat  Yogyakarta berkumpul  di  alun-alun  utara  untuk  mendengarkan  maklumat  dari  Sri  Sultan
27
Wawancara  dengan  Auditia  Setiobudi,  pada  tanggal  30  Juli  2014,    di  Pos Layanan Dagadu, lower ground Malioboro Mall.
Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam  VII.  Inti dari maklumat tersebut  ialah menganjurkan  kepada  masyarakat  untuk  menggalang  persatuan  dan  kesatuan
bangsa. Dampak krisis ekonomi Indonesia juga mulai melanda perusahaan Dagadu
Djokdja.  Hal  ini  dapat  ditunjukkan  dari  omset  penjualan  perusahaan  tahun  1997 yang  mengalami  penurunan  sebesar  Rp  106.600.000,00  atau  setara  5.
28
Penurunan  omset  ini  disebabkan  dengan  adanya  kenaikan  harga  sembako  dan terjadi PHK besar-besaran yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat.
Akibatnya perusahaan harus membuat  suatu kebijakan agar omsetnya tidak terus menurun.
Dalam  upaya  itu,  pada  tahun  1998  perusahaan  membuat  suatu  kebijakan untuk memperbanyak produksi pernak-pernik meliputi stationery, household, dan
aksesori  yang memiliki harga  Rp  5.000,00   -Rp 10.000,00  lebih rendah daripada harga  kaos  yang  mencapai  Rp  35.000,00.  Sementara  itu  harga  beras  tertinggi
mencapai Rp 3.100,00 per kilo
29
, sehingga jika dibandingkan dengan harga pernik Rp  5.000,00,  harga  tersebut  masih  terjangkau  masyarakat.  Dapat  dikatakan
dengan  strategi  ini,  mampu  menaikkan  omset  perusahaan  walaupun  tidak signifikan yakni sebesar 0,98.
30
Selain  memproduksi  pernak  pernik  yang  memiliki  harga  lebih  murah, perusahaan  juga  melakukan  inovasi-inovasi  dalam  membuat  desain.  Pada  awal
28
Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja,  Bagian Keuangan.
29
Syaikhu  Usman, “Gejolak Harga Beras Agustus-September 1998: Penelusuran
Sebab dan Akibat ”. Laporan Konsultan World Bank, 1998.
30
Arsip PT. Aseli Dagadu Djokdja, loc. cit.
berdirinya  sampai  tahun  1997,  para  desainer  Dagadu  lebih  mengutamakan  kritik terhadap  kondisi  sosial  dan  kultural  yang  berkembang  di  masyarakat  seperti
kebersihan kota, sikap budaya yang sudah saatnya dirubah, keamanan lingkungan dan berbagai kondisi yang merugikan masyarakat. Melalui pesan yang dituangkan
dalam  desain  tersebut,  perusahaan  diharapkan  dapat  ikut  berperan  dalam pembangunan kota Yogyakarta. Akan tetapi kritik tersebut hanya terbatas pada isu
lokal  di  Yogyakarta,  mengingat  kebebasan  berpendapat  pada  masa  Presiden Soeharto sangat dibatasi.
31
Pasca  pergantian  presiden,  pemerintah  mengeluarkan  UU  No.  40  tahun 1999  tentang  pers.  UU  ini  menjadi  hadiah  istimewa  bagi  masyarakat  khususnya
pelaku  dunia  pers  seperti  wartawan  dan  jurnalis    karena  selama  30  tahun kebebasan  berpendapat  dan  berpolitik  merupakan  komoditi  yang  mahal  di
Indonesia.
32
UU  pers  ini  juga  berpengaruh  bagi  perusahaan  Dagadu  Djokdja dalam membuat desain-desainnya.
Menjelang  tahun  1998,  tim  desainer  Dagadu  membuat  satu  desain  pada cangkir  yang  mengandung  sebuah  ajakan  bernuansa  politik.  Desain  tersebut
bertuliskan  “Aku  tidak  mau  kuning  lagi”  dengan  gambar  menunjuk  pada  gigi yang  kuning.  Secara  tersirat,  desain  tersebut  mengajak  masyarakat  untuk
menghentikan  laju  partai  Golkar  yang  sudah  berkuasa  selama  30  tahun  di
31
Wawancara  dengan  Marsudi,  24  Juni  2014,  di  Kantor  PT.  Aseli  Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.
32
Wawancara  dengan  Marsudi,  6  Januari  2015,  di  Kantor  PT.  Aseli  Dagadu Djokdja, Jalan IKIP PGRI, Sonosewu, Kasihan Bantul.