1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan  di  Indonesia  saat  ini  berpusat  pada  pemberdayaan  diri peserta  didik  yang  mengacu  pada  nilai  sikap,  pengetahuan,  dan  keterampilan.
Kurikulum  2013  merupakan  sistem  pendidikan  baru  yang  sudah  ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan membentuk karakter peserta didik dari jenjang
SD hingga SMA. Kekhasan dari Kurikulum 2013 adalah kompetensi inti sikap, yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial; kompetensi inti pengetahuan dan
kompetensi inti keterampilan. Isi dari kurikulum 2013 adalah Kompetensi  Inti KI  yang  secara  lebih  rinci  dinyatakan  dalam  Kompetensi  Dasar  KD.
Kompetensi inti tersebut dirumuskan untuk mencapai standar kompetensi lulus SKL.  Kompetensi  Inti  KI  merupakan  gambaran  mengenai  kompetensi
dalam dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari oleh  peserta  didik.  Kompetensi  Dasar  KD  merupakan  kompetensi    yang
dipelajari peserta didik untuk suatu tema tertentu. Penetapan
Kompetensi lulusan
SKL didahului
dengan mengidentifikasi 3 hal yang hendak diberdayakan dalam diri peserta didik yaitu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sikap mencakup proses, individu, sosial, dan  alam.  Pengetahuan  mencakup  proses,  objek  dan  subjek.  Keterampilan
mencakup  proses,  abstrak,  dan  konkret  Kementrian  Pendidikan  dan Kebudayaan, 2014.
Proses  pembelajaran  Kurikulum  2013  menggunakan  pendekatan saintifik.  Pendekatan  saintifik  merupakan  langkah  pembelajaran  ilmiah  yang
mencakup tindakan
mengamati, menanya,
menalar, mencoba,
dan mengomunikasikan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang
lebih dalam kepada para peserta didik bahwa informasi bisa berasal dari mana saja,  kapan  saja,  tidak  bergantung  pada  ilmu  yang  diberikan  oleh  guru  saja.
Oleh  sebab  itu,  kondisi  pembelajaran  yang  diharapkan  adalah  peserta  didik yang  berperan  aktif  dalam  mencari  tahu  sumber  informasi.  Kondisi
pembelajaran  pada  saat  ini  diarahkan  agar  peserta  didik  mampu  merumuskan masalah  dengan  banyak  menanya,  bukan  hanya  menyelesaikan  masalah
dengan menjawab saja. Pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis peserta  didik  diajarkan  bagaimana  mengambil  keputusan  bukan  berpikir
mekanistis rutin dengan hanya mendengarkan dan menghafal semata Majid, 2004:194. Proses pembelajaran yang diciptakan untuk membantu peserta didik
mencapai  5M  perlu  memperhatikan  tahap-tahap  perkembangan  peserta  didik SD  sesuai  dengan  jenjangnya.  Menurut  Piaget  2010  perkembangan
intelektual peserta didik Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkret 7-12 tahun yang ditandai oleh kemampuan berpikir konkret, mendalam, serta
pemikiran  peserta  didik  tentang  benda-benda  dapat  dimanipulasi  atau  dikenal melalui  indera.    Jadi,  peserta  didik  pada  tahap  ini  sudah  dapat  berpikir  secara
nyata tentang benda-benda yang berada di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu  proses  pembelajaran  perlu  memperhatikan  tahap  perkembangan  peserta
didik tersebut.
Hal-hal  yang  terkait  dengan  penerapan  kurikulum  2013  di  atas, nyatanya  belum  dapat  terlaksana  dengan  baik  di  sekolah  dasar.  Hal  tersebut
dapat dilihat  dari hasil angket yang dibagikan kepada 9 guru di SDN Depok 1 Sleman,  SDK  Pugeran  Yogyakarta,  SD  Tumbuh,  SDN  Ngenthak  Mangir
Bantul,  SDN  Mojayan  Klaten,  SDN  Caturtunggal  6  Yogyakarta,  SD  Mutiara Persada  Yogyakarta,  SDN  Walitelon  2  Temanggung;  peneliti  mendapatkan
data:  9  guru  sudah  menerapkan  Kurikulum  2013  dalam  proses  pembelajaran dan  memahami  kekhasan  dari  kurikulum  tersebut.  7  guru  78  mengalami
kesulitan dalam memahami tujuan pembelajaran yang mengandung 5M. Dalam merumuskan  kegiatan  pembelajaran  yang  mencakup  5M,    4  guru  44
mengalami kesulitan
merumuskan kegiatan
pembelajaran menjadi
berkesinambungan  dan  3  guru  33  mengalami  kesulitan  dalam  mengatur waktu.  Dalam  aspek  pemahaman  tentang  pendekatan  saintifik,  1  guru  11
mengatakan  belum  memahaminya.  Dalam  penerapan  model  pembelajaran tematik  integratif  berdasarkan  Kurikulum  2013,  9  guru  100  mengutarakan
bahwa meraka mengalami kesulitan. Untuk proses  mengevaluasi  KI-3, 9 guru 100  mengungkapkan  mengalami  kesulitan  dalam  mengevaluasi  hasil
belajar  peserta  didik.  Untuk  proses  menilai  KI-1,  KI-2,  dan  KI-4,  9  guru 100 menggunakan acuan dari pemerintah. Namun menurut 9 guru tersebut,
acuan dari pemerintah belum memuat deskripsi yang jelas sehingga guru-guru mengalami kesulitan dalam menilai.
Berdasarkan  hasil  angket  tersebut,  maka  peneliti  terdorong  untuk melakukan  penelit
ian  pengembangan  dengan  judul  “Prototipe  Pengembangan
Perangkat  Pembelajaran  Kurikulum  2013  Pada  Kelas  II  dengan  Tema  3 “Tugasku Sehari-hari”, subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama” untuk
kelas  II  Sekolah  Dasar.  Peneliti  melakukan  uji  coba  di  SD  Negeri  Sarikarya. Dalam  prototipe  perangkat  pembelajaran  ini,  peneliti  menggunakan  model
pembelajaran  discovery  learning  sebagai  acuan  dalam  pembuatan  kegiatan pembelajaran  untuk  mencapai  kompetensi  sikap  spiritual  dan  sosial,
pengetahuan dan keterampilan.
B. Batasan Masalah