Pengembangan prototipe perangkat pembelajaran kurikulum 2013 kelas II dengan tema 3 Tugasku Sehari-hari.

(1)

ABSTRAK

Tresnantyo, YC. (2015). Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Kelas II dengan Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan Kurikulum 2013. Potensi yang ada adalah penerapan Kurikulum 2013 yang mengembangkan pendidikan karakter dan pendekatan saintifik. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam: penyediaan media, dan melakukan penilaian pada KI1-KI4. Oleh sebab itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013. Tujuannya untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan enam langkah yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain prototipe produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain dan (6) uji coba desain. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning. Perangkat pembelajaran divalidasi oleh tiga validator dengan skor rata-rata 3,83 (baik). Uji coba dilakukan di SDN Sarikarya dari tanggal 10 - 15 November 2014. Setelah uji coba, peneliti melakukan wawancara akhir. Dari hasil wawancara akhir didapatkan data bahwa pengembangan perangkat pembelajaran membantu guru dalam: (1) merumuskan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran discovery learning, (2) menyediakan dan memfasilitasi siswa untuk membuat media, dan (3)melakukan penilaian KI-1 (sikap spiritual), KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan).

Kata kunci: Penelitian dan Pengembangan, Kurikulum 2013, discovery learning, perangkat pembelajaran


(2)

ABSTRACT

Tresnantyo, YC. (2015). Developing Prototype Learning Materiel of Curriculum 2013 for Grade II students on Theme 3 "My Daily Duty". Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research and development was based on the potential and problems associated with Curriculum 2013. The potential was the implementation of Curriculum 2013 that developed character education and scientific approach. The problems faced by teachers were some difficulties in providing media and assessing results of KI1-KI4. Therefore, the researcher was encouraged to do a research and development on learning materiel of Curriculum 2013. The purpose of this research was to develop learning materiel and to describe the quality of the learning materiel.

This used six steps of R&D namely: (1) potential and problems, (2) data collection, (3) prototype product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) design trials. The learning model used was discovery learning. The learning materiel prototype was validatedby three validators and received an average score of 3,83 (Good). The trials were done in Sarikarya State Elementary School from 10 - 15 November 2014. From the final interview conducted after the trials, the researcher gathered some data that showed the prototype learning materiel prototype created help teachers in: (1) formulating learning activities based on scientific

approaches and “discovery learning” model, (2) providing and facilitating students to make learning media, and (3)conducting assessment on KI -1 (spiritual attitude), KI-2 (social attitudes), KI-3 (knowledge), and KI-4 (skills).

Keywords: research and development, Curriculum 2013, discovery learning, learning materiel.


(3)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT

PEMBELAJARAN

KURIKULUM 2013 KELAS II DENGAN TEMA 3

“TUGASKU SEHARI-HARI”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yustinus Cahyadi Tresnantyo NIM: 111134211

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan beserta para Malaikat dan Roh

Kudus yang selalu menyertaiku.

2. Kedua orang tua: Bapak Antonius Budoyo dan Ibu Florentina Hariyanti

yang selalu memberi dukungan moral, doa, kasih sayang, dan tentunya

dana tiada henti.

3. Duta dan Eross SO7 yang menemaniku melalui lantunan lagu yang luar


(7)

MOTTO

“Belajar dari masa lalu, hidup untuk masa kini

dan berharap untuk masa yang akan datang”. (Albert Eistein)

“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat”.

(Winston Chuchill)

Nothing To Lose”. (Yustinus Cahyadi Tresnantyo)


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Desember 2015

Peneliti,


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yustinus Cahyadi Tresnantyo

NIM : 111134211

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN

KURIKULUM 2013 PADA KELAS II DENGAN TEMA “TUGASKU SEHARI-HARI”.

Demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 10 Desember2015 Yang menyatakan,


(10)

ABSTRAK

Tresnantyo, YC. (2015). Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Kelas II dengan Tema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan Kurikulum 2013. Potensi yang ada adalah penerapan Kurikulum 2013 yang mengembangkan pendidikan karakter dan pendekatan saintifik. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam: penyediaan media, dan melakukan penilaian pada KI1-KI4. Oleh sebab itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013. Tujuannya untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan enam langkah yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain prototipe produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain dan (6) uji coba desain. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning. Perangkat pembelajaran divalidasi oleh tiga validator dengan skor rata-rata 3,83 (baik). Uji coba dilakukan di SDN Sarikarya dari tanggal 10 - 15 November 2014. Setelah uji coba, peneliti melakukan wawancara akhir. Dari hasil wawancara akhir didapatkan data bahwa pengembangan perangkat pembelajaran membantu guru dalam: (1) merumuskan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran discovery learning, (2) menyediakan dan memfasilitasi siswa untuk membuat media, dan (3)melakukan penilaian KI-1 (sikap spiritual), KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan).

Kata kunci: Penelitian dan Pengembangan, Kurikulum 2013, discovery learning, perangkat pembelajaran


(11)

ABSTRACT

Tresnantyo, YC. (2015). Developing Prototype Learning Materiel of Curriculum 2013 for Grade II students on Theme 3 "My Duty as Religious People". Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research and development was based on the potential and problems associated with Curriculum 2013. The potential was the implementation of Curriculum 2013 that developed character education and scientific approach. The problems faced by teachers were some difficulties in providing media and assessing results of KI1-KI4. Therefore, the researcher was encouraged to do a research and development on learning materiel of Curriculum 2013. The purpose of this research was to develop learning materiel and to describe the quality of the learning materiel.

This used six steps of R&D namely: (1) potential and problems, (2) data collection, (3) prototype product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) design trials. The learning model used was discovery learning. The learning materiel prototype was validatedby three validators and received an average score of 3,83 (Good). The trials were done in Sarikarya State Elementary School from 10 - 15 November 2014. From the final interview conducted after the trials, the researcher gathered some data that showed the prototype learning materiel prototype created help teachers in: (1) formulating learning activities

based on scientific approaches and “discovery learning” model, (2) providing and facilitating students to make learning media, and (3)conducting assessment on KI -1 (spiritual attitude), KI-2 (social attitudes), KI-3 (knowledge), and KI-4 (skills).

Keywords: research and development, Curriculum 2013, discovery learning, learning materiel.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME), karena atas rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGEMBANGAN PROTOTIPEPERANGKAT PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PADA KELAS II DENGAN TEMA

“TUGASKU SEHARI-HARI”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyampaikan perhargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ.,S.S.,BST.,MA. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si. selaku M.Pd., Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Theresia Yunia Setyawan, S.Pd.,M.Hum. selaku Dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberi masukkan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Para Dosen dan staff karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah melayani peneliti dengan baik.

7. Jaka Triyana, S.Pd.,M.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negei Sarikarya yang telah memberikan ijin penelitian di sekolah.

8. Mawarti, S.Pd. selaku guru kelas II SD Negeri Sarikarya yang telah memberikan bantuan selama penelitian di sekolah.


(13)

9. Para validator yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

10. Seluruh siswa kelas II SD Negeri Sarikarya tahun ajaran 2014/2015 yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

11. Teman-teman satu penelitian kolaboratif yang telah melakukan kerjasama dan memberikan dukungan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 10 Desember2015

Peneliti,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Batasan Pengertian ... 6

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 9

1. Kurikulum 2013 ... 9

a. Pendekatan Tematik Integratif ... 10


(15)

Halaman

2) Kelebihan Pembelajaran Tematik ... 13

3) Keterbatasan Pembelajaran Tematik ... 14

4) Manfaat Pembelajaran Tematik ... 15

b. Pendekatan Saintifik ... 16

1) Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 18

2) Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 19

c. Penilaian Otentik ... 21

1) Penilaian Sikap ... 22

2) Penilaian Pengetahuan ... 23

3) Penilaian Keterampilan... 24

d. Pendidikan Karakter ... 24

1) Pengertian Pendidikan Karakter ... 24

2) Tujuan Pendidikan Karakter ... 25

3) Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 26

2. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 29

3. Perangkat Pembelajaran ... 32

a. Silabus ... 32

1) Pengertian Silabus ... 32

2) Komponen Silabus ... 33

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 33

1) Pengertian RPP ... 33

2) Komponen-komponen RPP ... 34

4. Karakteristik Siswa Kelas II ... 36

5. Tema 3 “Tugasku Sehari-hari” ... 36

B. Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 41

D. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III METODE PENGEMBANGAN A. Jenis Penelitian ... 44

B. Setting Penelitian ... 49

C. Prosedur Pengembangan ... 49

D. Uji Coba Produk ... 54

1. Desain Uji Coba ... 54


(16)

Halaman

1. Kuesioner ... 56

2. Wawancara ... 59

G. Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan ... 67

1. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 67

a. Potensi dan Masalah ... 67

b. Pengumpulan Data ... 68

c. Desain Produk ... 73

d. Validasi Desain ... 76

e. Revisi Desain ... 96

f. Uji Coba Produk ... 105

2. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 110

a. Kualitas Berdasarkan Analisis Data Penilaian ... 108

b. Kualitas Berdasarkan Wawancara Akhir ... 115

c. Kualitas Berdasarkan Spesifikasi Produk ... 117

B. Pembahasan ... 123

1. Perangkat Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik Model Discovery Learning ... 124

2. Perangkat Pembelajaran Menggunakan Media Pembelajaran.... 125

3. Perangkat Pembelajaran Memuat Rubrik Penilaian KI-1, KI-2, dan KI-3 ... 126

4. Kelebihan Produk ... 129

5. Kelemahan Produk ... 130

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 132

B. Keterbatasan Penelitian ... 133

C. Saran ... 134

DAFTAR REFERENSI ... 135

LAMPIRAN ... 138


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik ... 21

Tabel 2.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Minat Siswa ... 28

Tabel 2.3 Indikator Sikap Percaya Diri ... 29

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Validasi RPP ... 57

Tabel 3.2 Contoh Instrumen Kuesioner Validasi RPP ... 58

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Awal ... 60

Tabel 3.4 Instrumen Wawancara Awal ... 61

Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara Akhir ... 62

Tabel 3.6 Instrumen Wawancara Ahir ... 63

Tabel 3.7 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan Penilaian Acuan PAP ... 65

Tabel 4.1 Pedoman Konversi ... 78

Tabel 4.2 Hasil Validasi Pembelajaran 1 Oleh Dosen I ... 79

Tabel 4.3 Hasil Validasi Pembelajaran 2 Oleh Dosen I ... 81

Tabel 4.4 Hasil Validasi Pembelajaran 3 Oleh Dosen I ... 83

Tabel 4.5 Hasil Validasi Pembelajaran 1 Oleh Dosen II ... 85

Tabel 4.6 Hasil Validasi Pembelajaran 2 Oleh Dosen II ... 87

Tabel 4.7 Hasil Validasi Pembelajaran 3 Oleh Dosen II ... 89

Tabel 4.8 Hasil Validasi Pembelajaran 1 Oleh Guru Kelas II... 91

Tabel 4.9 Hasil Validasi Pembelajaran 2 Oleh Guru Kelas II... 92

Tabel 4.10 Hasil Validasi Pembelajaran 3 Oleh Guru Kelas II... 94

Tabel 4.11 Saran Perbaikan Pembelajaran 1 Oleh Dosen I ... 96

Tabel 4.12 Saran Perbaikan Pembelajaran 2 Oleh Dosen I ... 98


(18)

. Halaman

Tabel 4.16 Saran Perbaikan Pembelajaran 3 Oleh Dosen II ... 102

Tabel 4.17 Saran Perbaikan Pembelajaran 3 Oleh Guru Kelas II ... 104

Tabel 4.18 Rekapitulasi Nilai ... 108

Tabel 4.19 Analisis Data Penilaian Dosen I ... 111

Tabel 4.20 Analisis Data Penilaian Dosen II ... 112

Tabel 4.21 Analisis Data Penilaian Guru Kelas II ... 113

Tabel 4.22 Rekapitulasi Hasil Validasi ... 114

Tabel 4.23 Contoh Materi yang Terkait dengan Tema dan Subtema ... 117

Tabel 4.24 Contoh Penggunaan Pendekatan Tematik Integratif ... 118

Tabel 4.25 Contoh Perumusan Indikator dan Tujuan yang Mengembangkan Karakter Siswa... 120

Tabel 4.26 Contoh Penggunaan Rubrik Penilaian dengan Deskriptor yang Jelas ... 122


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar Literatur Map dari Penelitian Terdahulu ... 41

Gambar 3.1 Langkah-langkah R&D Menurut Sugiyono ... 48

Gambar 3.2 Langkah-langkah Pengembangan Bahan Ajar ... 50

Gambar 4.1 Pembelajaran yang Dilakukan Oleh Peneliti ... 107

Gambar 4.2 Pembelajaran yang Dilakukan Oleh Guru ... 110

Gambar 4.3 Diagram Batang Penilaian Dosen I ... 111

Gambar 4.4 Diagram Batang Penilaian Dosen II ... 112

Gambar 4.5 Diagram Batang Guru Kelas II... 113

Gambar 4.6 Diagram Batang Rekapitulasi Penilaian Validasi ... 114

Gambar 4.7 Siswa Berlomba Mengkomunikasikan Apa yang Sudah Dipelajari Hari Ini ... 125

Gambar 4.8 Peserta Didik Belajar Membuat Media Pembelajaran ... 126

Gambar 4.9 Penilaian Sikap Percaya Diri Sebagai Salah Satu Indikator Penilaian ... 127


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia saat ini berpusat pada pemberdayaan diri

peserta didik yang mengacu pada nilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Kurikulum 2013 merupakan sistem pendidikan baru yang sudah ditetapkan

oleh pemerintah dengan tujuan membentuk karakter peserta didik dari jenjang

SD hingga SMA. Kekhasan dari Kurikulum 2013 adalah kompetensi inti sikap,

yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial; kompetensi inti pengetahuan dan

kompetensi inti keterampilan. Isi dari kurikulum 2013 adalah Kompetensi Inti

(KI) yang secara lebih rinci dinyatakan dalam Kompetensi Dasar (KD).

Kompetensi inti tersebut dirumuskan untuk mencapai standar kompetensi lulus

(SKL). Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran mengenai kompetensi

dalam dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari

oleh peserta didik. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang

dipelajari peserta didik untuk suatu tema tertentu.

Penetapan Kompetensi lulusan (SKL) didahului dengan

mengidentifikasi 3 hal yang hendak diberdayakan dalam diri peserta didik yaitu

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sikap mencakup proses, individu, sosial,

dan alam. Pengetahuan mencakup proses, objek dan subjek. Keterampilan

mencakup proses, abstrak, dan konkret (Kementrian Pendidikan dan


(21)

Proses pembelajaran Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan

saintifik. Pendekatan saintifik merupakan langkah pembelajaran ilmiah yang

mencakup tindakan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

mengomunikasikan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang

lebih dalam kepada para peserta didik bahwa informasi bisa berasal dari mana

saja, kapan saja, tidak bergantung pada ilmu yang diberikan oleh guru saja.

Oleh sebab itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan adalah peserta didik

yang berperan aktif dalam mencari tahu sumber informasi. Kondisi

pembelajaran pada saat ini diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan

masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah

dengan menjawab saja. Pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis

(peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir

mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghafal semata) (Majid,

2004:194). Proses pembelajaran yang diciptakan untuk membantu peserta didik

mencapai 5M perlu memperhatikan tahap-tahap perkembangan peserta didik

SD sesuai dengan jenjangnya. Menurut Piaget (2010) perkembangan

intelektual peserta didik Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkret

(7-12 tahun) yang ditandai oleh kemampuan berpikir konkret, mendalam, serta

pemikiran peserta didik tentang benda-benda dapat dimanipulasi atau dikenal

melalui indera. Jadi, peserta didik pada tahap ini sudah dapat berpikir secara

nyata tentang benda-benda yang berada di lingkungan sekitarnya. Oleh karena


(22)

Hal-hal yang terkait dengan penerapan kurikulum 2013 di atas,

nyatanya belum dapat terlaksana dengan baik di sekolah dasar. Hal tersebut

dapat dilihat dari hasil angket yang dibagikan kepada 9 guru di SDN Depok 1

Sleman, SDK Pugeran Yogyakarta, SD Tumbuh, SDN Ngenthak Mangir

Bantul, SDN Mojayan Klaten, SDN Caturtunggal 6 Yogyakarta, SD Mutiara

Persada Yogyakarta, SDN Walitelon 2 Temanggung; peneliti mendapatkan

data: 9 guru sudah menerapkan Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran

dan memahami kekhasan dari kurikulum tersebut. 7 guru (78%) mengalami

kesulitan dalam memahami tujuan pembelajaran yang mengandung 5M. Dalam

merumuskan kegiatan pembelajaran yang mencakup 5M, 4 guru (44%)

mengalami kesulitan merumuskan kegiatan pembelajaran menjadi

berkesinambungan dan 3 guru (33%) mengalami kesulitan dalam mengatur

waktu. Dalam aspek pemahaman tentang pendekatan saintifik, 1 guru (11%)

mengatakan belum memahaminya. Dalam penerapan model pembelajaran

tematik integratif berdasarkan Kurikulum 2013, 9 guru (100%) mengutarakan

bahwa meraka mengalami kesulitan. Untuk proses mengevaluasi KI-3, 9 guru

(100%) mengungkapkan mengalami kesulitan dalam mengevaluasi hasil

belajar peserta didik. Untuk proses menilai KI-1, KI-2, dan KI-4, 9 guru

(100%) menggunakan acuan dari pemerintah. Namun menurut 9 guru tersebut,

acuan dari pemerintah belum memuat deskripsi yang jelas sehingga guru-guru

mengalami kesulitan dalam menilai.

Berdasarkan hasil angket tersebut, maka peneliti terdorong untuk


(23)

Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Pada Kelas II dengan Tema 3

“Tugasku Sehari-hari”, subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama” untuk kelas II Sekolah Dasar. Peneliti melakukan uji coba di SD Negeri Sarikarya.

Dalam prototipe perangkat pembelajaran ini, peneliti menggunakan model

pembelajaran discovery learning sebagai acuan dalam pembuatan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap (spiritual dan sosial),

pengetahuan dan keterampilan.

B. Batasan Masalah

Penelitian pengembangan ini dibatasi pada kelas II dengan tema 3

“Tugasku Sehari-hari” dan subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama”.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang hendak dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses pengembangan prototipe perangkat pembelajaran

kurikulum 2013 pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama”?

2. Seperti apakah kualitas prototipe perangkat pembelajaran kurikulum 2013

pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 3 “ Tugasku Sebagai Umat Beragama”?


(24)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan proses pengembangan prototipe perangkat

pembelajaran kurikulum 2013 yang layak pada kelas II dengan tema 3

“Tugasku Sehari-hari” dan subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama”.

2. Untuk mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas prototipe

perangkat pembelajaran kurikulum 2013 pada kelas II dengan tema 3

“Tugasku Sehari-hari” dan subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama”.

E. Manfaat penelitian

Penelitian pengembangan ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk merancang

pembelajaran yang inovatif. Selain itu juga dapat membantu guru untuk

melakukan penilaian pada kurikulum 2013.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Penelitian itu dapat berguna bagi guru untuk membantu guru

dalam mengajar di dalam kelas dengan menggunakan model


(25)

membantu guru dalam melakukan penilaian sikap, pengetahuan, dan

keterampilan peserta didik yang berupa rubrik penilaian KI-1, KI-2,

KI-3, dan KI-4.

b. Bagi Peserta didik

Dalam penelitian ini peserta didik adalah subjek penelitian.

Sebagai subjek peserta didik diharapkan memperoleh pengalaman

berharga dalam kegiatan belajar di kelas. Peserta didik dapat belajar

berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan proses menggunakan model pembelajaran

discovery learning, maka diharapkan sikap percaya diri peserta didik

akan meningkat.

c. Bagi Peneliti

Peserta didik sebagai calon guru semakin terampil dalam

menyusun bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama” untuk peserta didik kelas II Sekolah Dasar dan dapat mengembangkan prototipe perangkat pembelajaran

kurikulum 2013 kelas II dengan tema 3 “Tugasku sehari-hari”.

F. Batasan Pengertian

Agar tidak terjadi salah paham pada pembaca, penelitian ini


(26)

1. Pendekatan tematik integratif

Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan dalam proses

pembelajaran, dengan mengaitkan beberapa konsep menjadi suatu

pokok bahasan tertentu. Hal ini bertujuan agar peserta didik bisa

mendapatkan pengalaman belajar langsung yang bermakna dan

berkesan.

2. Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang menggunakan

langkah-langkah pembelajaran 5M yaitu dengan mengamati, menanya,

menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan dengan prinsip belajar

secara aktif dan ilmiah.

3. Discovery Learning

Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang berfokus pada

peserta didik, dengan tujuan peserta didik akan menemukan konsep

pembelajarannya sendiri dari proses belajar yang sudah mereka ikuti.

4. Silabus

Garis-garis besar, ringkasan atau pokok-pokok isi materi pelajaran

pada mata pelajaran atau tema tertentu

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang menjelaskan prosedur pembelajaran


(27)

6. Penilaian otentik

Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif

(meliputi banyak hal) selama proses dan akhir pembelajaran

berdasarkan apa yang dilakukan peserta didik.

7. Percaya diri

Percaya diri adalah rasa yakin pada kemampuan diri sendiri dalam

mengerjakan sesuatu.

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1. Produk berupa Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II

dengan Tema 3 Subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama”.

2. Prototipe Perangkat Pembelajaran terdiri dari 6 RPP.

3. Prototipe Perangkat Pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning yang mengacu pada 5M.

4. Prototipe menggunakan media pembelajaran.

5. Prototipe memuat deskriptor untuk menilai kompetensi sikap religius

(KI-1), kompetensi sikap sosial (KI-2), kompetensi pengetahuan (KI-3), dan


(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II mengemukakan beberapa hal terkait dengan landasan teori yang

digunakan dalam melakukan penelitian pengembangan ini yaitu kajian pustaka,

penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan di

Indonesia saat ini. Fadlillah (2014:16), mengemukakan bahwa Kurikulum

2013 merupakan kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan

menyeimbangkan kemampuan soft skill dan hard skill yang berupa sikap,

keterampilan, dan pengetahuan. Kemampuan secara intelektual saja tidak

cukup untuk dapat membentuk generasi penerus bangsa yang baik.

Keseimbangan antara intelektual, keterampilan dan juga sikap diperlukan

agar kualitas pendidikan di Indonesia semakin baik. Berbeda dengan

Fadlillah, Mulyasa (2013:68) menjelaskan bahwa Kurikulum 2013

menekankan perkembangan peserta didik pada aspek kemampuan untuk

melakukan tugas–tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga nanti hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik itu sendiri. Hal tersebut hampir

mirip dengan model pembelajaran inkuiri yang pada akhirnya peserta didik


(29)

Mulyasa, Hidayat (2013) mengemukakan bahwa Kurikulum 2013

diharapkan dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang cerdas

komprehensif, yaitu bukan hanya cerdas secara intelektual saja melainkan

juga mampu mengelola kecerdasannya dalam emosi dan spiritualnya.

Perubahan dan Pengembangan kurikulum 2013 ini dinilai muncul karena

terdapat kesenjangan dari kurikulum yang sebelumnya (kurikulum KTSP).

Sesuai dengan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa kurikulum 2013 adalah Kurikulum yang ditujukan

untuk membentuk sikap dan ketrampilan peserta didik secara matang

dengan kegiatan kegiatan yang berorientasi pada peserta didik dalam

upaya untuk menumbuhkan pemikiran cerdas dalam emosi, sikap, dan

spiritualnya.

a. Pendekatan Tematik Integratif

Dalam kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan tematik integratif. Perubahan kurikulum 2013 dilandasi

berbagai hal diantaranya landasan yuridis, teoritis, dan konseptual.

Pembelajaran tematik integratif dalam penerapannya hampir sama dengan

konsep pembelajaran kontekstual. Istilah kontekstual lebih pada keadaan

nyata yang dialami seseorang. Kaitannya dengan pembelajaran yang

dialami peserta didik, maka kontekstual bisa berarti fokus pada keadaan

atau kondisi nyata yang diciptakan bagi peserta didik dalam proses


(30)

Pembelajaran tematik integratif dilaksanakan menggunakan prinsip

pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu dalam proses pembelajaran di

dalam kelas menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran

yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap

muka. Tujuan dari adanya suatu tema tersebut adalah untuk memberikan

pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Peserta didik dapat

memahami berbagai konsep melalui pengalaman langsung dan

menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.

Pembelajaran tematik integratif berfungsi memberikan kemudahan bagi

peserta didik untuk memahami dan mendalami konsep materi yang

tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar peserta

didik, karena materi yang diajarkan sesuai dengan kenyataan (kontekstual)

dan bermakna bagi peserta didik menurut Kemendikbud (2013:197).

Yani (2013:114), mengungkapkan pembelajaran tematik adalah

pembelajaran yang tidak menggunakan “nama-nama disiplin ilmu” sebagai nama mata pelajaran tetapi menggunakan tema-tema tertentu. Tema-tema

tersebut nantinya akan menjadi pengait dari sejumlah pokok bahasan

dalam mata pelajaran atau dalam memadukan beberapa mata pelajaran.

Keuntungan dengan menerapkan pembelajaran tematik adalah peserta

didik dapat belajar secara kontekstual tentang kehidupannya sehari-hari

sehingga peserta didik dapat merasakan manfaatnya.

Berbeda lagi dengan Daryanto dan Sujendro (2014:72) mereka


(31)

pendekatan pembelajaran dimana kompetensi (sikap, pengetahuan, dan

keterampilan) dari berbagai mata pelajaran digabungkan menjadi satu.

Manfaat dari pembelajaran tematik yaitu: 1) fleksibilitas pemanfaatan

waktu dan menyesuaikannya dengan kebutuhan peserta didik, 2)

menyatukan pembelajaran peserta didik, 3) merefleksikan dunia nyata

yang dihadapi anak di rumah dan lingkungannya, dan 4) aktivitas belajar

melibatkan subjek belajar secara langsung, mengoptimalkan semua

sumber belajar dan memberi kesempatan peserta didik untuk

mengeksplorasi materi secara lebih luas.

Sesuai dengan beberapa pendapat ahli tersebut, maka peneliti

mencoba menyimpulkan pembelajaran tematik integratif merupakan

pembelajaran yang mengaitkan antar bidang studi dengan membentuk

sebuah tema tertentu yang di dalamnya terdapat berbagai pokok bahasan

dengan tujuan memberikan kesan bermakna bagi peserta didik pada proses

pembelajarannya.

1) Karakterisitik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik. Majid

(2014:89) mengungkapkan beberapa karakteristik sebagai berikut:

a) Berpusat pada peserta didik

Dalam model pembelajaran ini, guru diusahakan hanya menjadi

fasilitator bagi peserta didik, sedangkan peserta didik yang nantinya


(32)

b) Memberikan pengalaman langsung

Diusahakan dalam pemberian materi, peserta didik dihadapkan

dengan masalah yang nyata secara langsung sehingga timbul

pemecahan secara kontekstual dari peserta didik.

c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Antara mata pelajaran saling terkait meskipun terpisah-pisah antara

mata pelajarannya, sehingga kekhasan pembelajaran tematik yang satu

kesatuan tetap terlihat.

d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Proses pembelajaran tematik mengambil dari berbagai mata

pelajaran, namun pada pemberian materi tetap dipelajari secara utuh

dalam satu kesatuan.

e) Bersikap fleksibel

Fleksibel berarti guru dapat mengaitkan materi pelajaran dengan

kondisi kontekstual saat itu. Jadinya pelajaran yang membutuhkan

contoh konkret, guru bisa mengaitkannya sesuai dengan kebutuhan.

f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Proses pembelajaran diberikan dengan cara yang menyenangkan

dengan kondisi layaknyapermainan.

2) Kelebihan Pembelajaran Tematik

Hosnan (2014:365) menyebutkan kelebihan-kelebihan yang


(33)

a) Kegiatan belajar memberikan pengalaman yang relevan dengan tingkat

perkembangan dan usia anak.

b) Kegiatan tematik mengacu pada minat dan kebutuhan peserta didik.

c) Hasil belajar akan bertahan lebih lama dikarenakan kegiatan yang

dilakukan lebih bermakna dan berkesan.

d) Kegiatan berlajar yang disajikan bersifat nyata sesuai dengan

permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam lingkungannya.

e) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam aspek sosial yang

meliputi kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap

pendapat orang lain.

3) Keterbatasan Pembelajaran Tematik

Selain kelebihan, pembelajaran tematik integratif juga memiliki

kekurangan seperti yang dikatakan Puskur, Balitbang Diknas (dalam

Majid, 2014:93-94) sebagai berikut:

a) Aspek guru

Kali ini guru dituntut memiliki keterampilan yang lebih sehingga

proses pembelajaran lebih kreatif dan bervariasi, namun nyatanya

sekarang ini masih ditemukan guru yang kurang inovatif.

b) Aspek Peserta didik

Peserta didik dituntut untuk dapat aktif dalam menganalisis

masalah, menghubungkan, menemukan serta menggali informasi.


(34)

c) Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Sumber bacaan dan buku pelajaran sebaiknya banyak, karena

pembelajaran tematik ini membutuhkan wawasan yang luas. Apabila

sumber pelajaran dan buku kurang, kiranya model pembelajaran ini

akan sulit diterapkan.

d) Aspek Kurikulum

Orientasi kurikulum pembelajaran tematik ini terpacu pada

ketuntasan pemahaman peserta didik. Jadi, guru sebaiknya memiliki

kewenangan dalam mengembangkan materi begitupun metode

penilaiannya.

e) Aspek Penilaian

Dari aspek penilaian, model pembelajaran sedikit menyulitkan

guru karena guru harus menentukan hasil belajar peserta didik dari

beberapa materi yang dikaitkan. Disarankan guru kelas berkoordinasi

dengan guru mata pelajaran lain untuk menghindari kesalahan dalam

standar penilaian.

4) Manfaat Pembelajaran Tematik

Ada beberapa manfaat dari penggunaan pembelajaran tematik

seperti yang diungkapkan oleh Hosnan (2014:365-366) yaitu:

a) Penghematan kompetensi dasar dan indikator dapat dilakukan agar


(35)

b) Peserta didik lebih mampu memahami hubungan antara isi dan materi

pembelajaran karena kedua hal tersebut menjadi sarana belajar peserta

didik bukan malah menjadi tujuan akhir.

c) Peserta didik akan mendapatkan pengertian mengenai proses dan

materi secara utuh karena pembelajaran diberikan secara bulat dan

utuh.

d) Penguasaan konsep akan semakin baik karena adanya pemaduan antar

mata pelajaran.

Sesuai dengan karakteristik-karakteristik tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pada

proses pembelajaran yang menggabungkan beberapa mata pelajaran

menjadi satu kesatuan yang utuh dengan tujuan memudahkan peserta

didik untuk mendapatkan pengetahuan secara nyata. Proses

pembelajarannya pun dikemas secara aktif dan menyenangkan sehingga

kondisi kelas diharapkan menjadi lebih hidup.

b. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik menjadi bagian penting dalam kurikulum

2013 dikarenakan inti kegiatan pembelajaran bertumpu pada proses 5M

yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

Hal hal inilah yang diharapkan dapat berjalan dengan baik dan dapat

diterapkan pada peserta didik. Kemendikbud (2013:211), menjelaskan


(36)

Sudarwan (dalam Majid, 2013:96), pendekatan saintifik dapat dilihat dari

ciri yang menonjol seperti adanya proses pengamatan, penalaran,

penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Menurut

Yani (2013:125), ada beberapa langkah-langkah yang menjadi ciri khas

dari pendekatan saintifik meliputi: 1) mengamati yaitu dilakukan melalui

kegiatan observasi lingkungan, menonton video, mengamati gambar,

membaca tabel dan grafik data, membaca teks bacaan dan menyimak

cerita; 2) menanya yaitu kegiatan peserta didik untuk menyatakan secara

ekplisit dan rasional apa yang ingin diketahuinya. Kegiatan yang

dilakukan peserta didik yaitu dengan bertanya kepada guru, narasumber

dan kepada peserta didik lainya; 3) menalar yaitu kegiatan

mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa

untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori yang dimiliki

peserta didik; 4) mencoba adalah kegiatan yang bertujuan untuk

mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar yaitu sikap pengetahuan

dan keterampilan; 5) mengkomunikasikan yaitu kegiatan yang dilakukan

peserta didik setelah mendapatkan hasil pekerjaan yang telah dibuat secara

pribadi maupun kelompok. Dari kelima langkah tersebut peserta didik

diharapkan dapat aktif bertanya dan menyelesaikan masalah melalui


(37)

1) Karakteristik Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik

Hosnan (2014:36) mengungkapkan beberapa karakteristik

pembelajaran saintifik sebagai berikut:

a) Berpusat pada peserta didik

Peserta didik menjadi sosok yang turut aktif dalam proses

pembelajaran, sedangkan guru menjadi fasilitator peserta didik

tersebut.

b) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep,

hukum, dan prinsip.

Langkah-langkah 5M (mengamati, menanya, mencoba,

menalar, dan mengkomunikasikan) sebaiknya diturunkan kepada

peserta didik untuk terjadinya pengetahuan yang muncul secara

langsung pada peserta didik.

c) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi

peserta didik.

Proses pembelajaran menuntut peserta didik untuk berpikir

dengan level tinggi supaya kemampuan intelek peserta didik dapat


(38)

d) Dapat mengembangkan karakteristik peserta didik

Peserta didik dapat berkembang sesuai dengan konsep dan

karakteristik yang diharapkan, sehingga mereka menemukan konsep

pengetahuannya sendiri melalui tahapan 5M.

2) Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Berikut langkah-langkah yang ada pada pendekatan ilmiah menurut

Hosnan (2014:38-39) yaitu:

a) Materi pembelajaran mengacu pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan nalar, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda,

ataupun dongeng semata.

b) Penjelasan guru, tanggapan peserta didik, dan interaksi guru kepada

peserta didik terbebas dari prasangka subjektif dan penalaran yang

menyimpang.

c) Pendekatan saintifik ini mendorong peserta didik untuk dapat berpikir

kritis dan mampu untuk mengidentifikasi, memahami, serta

memecahkan masalah serta mengaplikasikan materi pembelajaran.

d) Mendorong peserta didik untuk menginspirasi peserta didik dalam

berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu

sama lain.

e) Mendorong dan menginspirasi peserta didik agar mampu memahami,

menerapkan dan mengembangkan konsep berpikir yang rasional dan


(39)

f) Mengacu pada konsep, teori, dan fakta empiris yang bisa

dipertanggungjawabkan.

g) Tujuan pembelajarannya disajikan secara sederhana, jelas namun

dikemas secara menarik.

Selain itu, ada tiga aspek penting yang menyinggung 3 ranah yaitu

attitude/sikap, knowledge/pengetahuan, dan skill/keterampilan (biasa

disingkat KSA= Knowledge, Skill, dan Attitude).

a) Ranah sikap terkait dengan transformasi subtansi atau materi ajar agar

peserta didik “tahu mengapa”.

b) Ranah keterampilan menggamit transformasi subtansi atau materi

ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.

c) Ranah pengetahuan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar

agar peserta didik “tahu apa”.

d) Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (softskills) dan

manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup

(hard skills) yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

e) Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,

inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan

pengetahuan yang terintegrasi. Berikut tabel pendekatan saintifik


(40)

Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik (Hosnan, 2014:39)

Kegiatan Aktivitas Belajar

Mengamati (observing)

Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat)

Menanya (questioning)

Mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan).

Pengumpulan data (experimenting)

Menentuka data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen). Mengasosiasi

(associating)

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menetukan hubungan data/ kategori, mentimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured-unistructure-multistructure-complicated-structure.

Mengkomunikasikan (explaining)

Menyampaikan hasil konseptualiasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau media lainnya.

Sesuai dengan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendekatan saintifik adalah pendekatan yang mengacu pada tahap-tahap 5M

yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

Pembelajaran ini juga menitik beratkan pada peserta didik untuk dapat

berperan aktif dengan melibatkan proses dan langkah-langkah ilmiah untuk

menunjang proses belajar.

c. Penilaian Otentik

Penelitian otentik merupakan sistem penilaian yang digunakan pada

kurikulum 2013. Pusat Kurikulum (dalam Majid, 2014:236), mengungkapkan

bahwa penilaian otentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan


(41)

menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, dengan

bukti yang otentik serta akurat sebagai akuntabilitas publik. Masih sejalan

dengan pendapat di atas, Kusnandar (2014:35) mengemukakan bahwa

penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada

apa yang seharusnya dinilai, baik itu prosesnya ataupun hasil akhir

pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada pada

Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Penilaian ini juga mengacu

pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil belajar yang

didasarkan pada posisi skor yang diperoleh terhadap skor yang ideal sesuai

dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kemendikbud

(2014:36-47) juga mengelompokkan jenis-jenis penilaian otentik menjadi

beberapa jenis, seperti:

1) Penilaian Sikap

Penilaian sikap pada kurikulum 2013 mengacu pada KI-1(sikap

spiritual) dan KI-2 (sikap sosial). Contoh muatan sikap pada KI-1 seperti:

sikap berdoa, berperilaku syukur, dan menunjukkan rasa toleransi. Contoh

muatan KI-2 meliputi: rasa percaya diri, tanggung jawab, disiplin, dll.

Menurut Kemendikbud (2014:36-37) ada empat teknik dan instrumen

dalam proses penilaian sikap, yaitu: observasi, penilaian diri, penilaian

antar teman, dan jurnal catatan guru. Teknik yang digunakan oleh peneliti


(42)

a) Observasi

Menurut Kemendikbud (2014:36), observasi merupakan teknik

penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indera dari tubuh, baik

langsung maupun tidak langsung. Proses obsevasi ini biasanya

menggunakan format penilaian tertentu.

b) Penilaian Diri

Menurut Kemendikbud (2014:37), penilaian diri merupakan

teknik penilaian yang meminta peserta didik untuk merenungkan sikap

yang dimilikinya terkait dengan kompetensi yang akan dicapai.

2) Penilaian Pengetahuan

Kemendikbud (2014:37), menyampaikan penilaian pengetahuan

dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Tes tertulis

Tes tertulis terdiri dari memilih jawaban dan menulias jawaban

soal uraian. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan

benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab–akibat. Selanjutnya untuk menulis jawaban soal uraian terdiri dari melengkapi soal, jawaban

singkat atau pendek, dan uraian.

b) Tes Lisan

Tes lisan merupakan pertanyaan lisan yang diberikan oleh

guru, bisa saja tatap muka ataupun menggunakan fasilitas lain


(43)

c) Pemberian Tugas

Pemberian tugas adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh

guru dengan memberikan tugas di sekolah maupun yang bisa dibawa

pulang, baik individu maupun kelompok.

3) Penilaian Keterampilan

Penilaian ini bisa dilakukan dengan tiga cara yaitu penilaian

kinerja, proyek, dan portofolio. Teknik yang digunakan untuk menilai

keterampilan peserta didik dalam penelitian ini adalah teknik penilaian

kinerja.Kemendikbud (2014:37) mengemukakan bahwa penilaian kinerja

merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk melakukan suatu

tugas pada situasi sesungguhnya dengan menerapkan pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan, misalnya tugas menulis cerita, tugas

menyanyikan lagu nasional, dll.

d. Pendidikan Karakter

1) Pengertian Pendidikan Karakter

Zubaedi (2012:191), pendidikan karakter adalah suatu sistem

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran, dan tindakan untuk melaksanakan

nilai-nilai tersebut.Komponen yang dimaksudkan adalah isi kurikulum,

proses pembelajaran dan penilaian, pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan kegiatan, pemberdayaan saran dan


(44)

pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta

didik untuk menjadi manusia yang seutuhnya dan mempunyai karakter

baik. Berbeda dengan Wibowo (2012), beliau menjelaskan bahwa

pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan

mengembangkan sikap luhur kepada peserta didik, sehingga kedepannya,

peserta didik dapat memliki karakter yang luhur dan menerapkan serta

dapat mempraktikan dalam kehidupannya sehari-hari.

Menurut pendapat ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa pendidikan karakter adalah proses pembentukan kepribadian

peserta didik secara bertahap untuk persiapan jangka panjang, yang pada

akhirnya peserta didik tersebut akan mampu mengamalkan sikap–sikap yang baik dalam kehidupannya sehari-hari.

2) Tujuan Pendidikan Karakter

Adanya pendidikan karakter pastilah dengan tujuan tertentu.

Menurut Suyanto (dalam Wibowo 2012:33), beliau mengungkapkan

karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap

individu untuk hidup dan bekerja sama. Bisa dilihat bahwa tujuan

pendidikan karakter adalah membentuk ciri khas seseorang menjadi

kepribadian yang unggul dalam banyak bidang. Samani & Hariyanto

(2013:45), mengemukakan bahwa tujuan dari pendidikan karakter yaitu

untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar dapat mengambil

keputusan baik atau buruk, sehingga pada akhirnya mereka dapat


(45)

tindakan sehari-hari yang nyata. Sedangkan menurut warsono dkk ( dalam

Samani & Hariyanto, 2013:42), karakter merupakan sikap dan kebiasaan

seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moralnya.

Jadi secara tidak langsung, dengan membentuk seseorang yang

berkarakter baik maka moral dari orang tersebut akan semakin baik pula.

Menurut dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah membentuk

seseorang untuk berkepribadian baik sesuai dengan ciri khas mereka

masing-masing. Akhir dari pendidikan tersebut adalah membentuk moral

dan kebiasaan baik pada diri seseorang tersebut.

3) Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Agar lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada

satuan pendidikan maka Kemendiknas (2014) telah merumuskan 25 nilai

yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya,dan tujuan pendidikan

nasionalyaitu 1) kereligiusan, 2) kejujuran, 3) kecerdasan, 4) tanggung

jawab, 5) kebersihan dan kesehatan, 6) kedisiplinan, 7) tolong-menolong,

8) berpikir logis, kritis dan kreatif, 9) kesantunan, 10) ketangguhan, 11)

kedemokratisan, 12) kemandirian, 13) keberanian mengambil resiko, 14)

berorientasi pada tindakan, 15) berjiwa kepemimpinan, 16) kerja keras,

17) percaya diri, 18) keingintahuan, 19) cinta ilmu, 20) kesadaran akan

hak dan kewajiban diri dan orang lain, 21) kepatuhan terhadap


(46)

Dalam penelitian kali ini, peneliti memfokuskan pengembangan

pada nilai kedisiplinan dan percaya diri pada peserta didik. Berikut

merupakan penjabaran arti dari nilai kedisiplinan dan percaya diri.

Wibowo (2012:43), menjelaskan displin adalah tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh berbagai ketentuan dan peraturan.

Menurut Samani dan Hariyanto (2013:121), disiplin merupakan sikap dan

perilaku yang muncul sebagai akibat dari pelatihan atau kebiasaan menaati

aturan, hukum atau perintah. Perasaan yang diolah dalam sikap disiplin

yaitu olah rasa dan olah karsa. Secara lebih luas Fathurroman dkk

(2013:128), mengungkapkan bahwa berdisiplin adalah individu dapat

mengerjakan sesuatu secara tertib, selalu mengerjakan pekerjaan dengan

rasa penuh tanggung jawab dan teratur, selalu menghargai waktu, dan

selalu taat pada peraturan. Dari beberapa pendapat ahli tentang sikap

disiplin tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa disiplin merupakan

sikap mampu mengikuti segala aturan yang berlaku dengan rasa tanggung

jawab dan mampu menghargai waktu dengan sebaik-baiknya.

Fathurroman, dkk. (2013:125), berpendapat bahwa percaya diri

adalah sikap dan perilaku atas dasar keselarasan dengan keseimbangan

antara kemampuan dengan apa yang akan dicapai sehingga menumbuhkan

keyakinan. Individu yang mempunyai rasa percaya diri akan selalu

menghindari ketergantungan dari orang lain dan terbiasa berperilaku

mantap dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Menurut Samani dan


(47)

ketegasan, kemampuan mengekspresikan emosi dan kebutuhan pribadi

dengan penuh percaya diri, berani terutama dalam mempertahankan

hak-hak pribadi dan mendudukan hak-hak-hak-hak orang lain tanpa bertindak agresif.

Sedangkan menurut Yani (2013:165), percaya diri adalah kondisi mental

dan psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat dan

bertindak. Berdasarkan penuturan dari beberapa ahli tersebut, maka

peneliti menyimpulkan percaya diri adalah sikap yakin pada kemampuan

diri sendiri dan mantap melakukan sesuatu meskipun dihadapan khalayak

ramai dengan memperhatikan hak-hak yang dimiliki orang lain.

Pada penelitian kali ini, sikap percaya diri adalah sikap yang

menjadi fokus penelitian. Berikut adalah tabel indikator dari sikap percaya

diri.

Tabel 2.2 Deskripsi Perilaku Percaya Diri (Fathurrohman,dkk., (2013:139)

Nilai Deskripsi Perilaku

Rasa Percaya diri a) Sering menunjukkan sifat dan berperilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan tidak mudah terpengaruh ucapan dan perbuatan orang lain.

b) Terbiasa bersikap dan berperilakumantap dalam melaksanakan tugassehari-hari; tidak mudah terpengaruholeh ucapan maupun perbuatan oranglain; dan mempunyai kemantapan dalam berpikir, bersikap dan bertindak.

c) Selalu bersikap dan berperilaku atas dasar keselarasan dengan keseimbangan antara kemampuan dengan apa yang akan dicapai


(48)

maupun perbuatan orang lain;selalu menghindari rendah diri; dan selalu menghindari ketergantungan diri.

Sikap percaya diri juga memiliki beberapa indikator.Berikut adalah tabel pemetaan indikator dari sikap percaya diri.

Tabel 2.3 Indikator Sikap Percaya Diri (Kurniasih & Sani, 2014:72)

Sikap Indikator

Percaya diri

a. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu

b. Mampu membuat keputusan dengancepat c. Tidak mudah putus asa

d. Tidak canggung dalam bertindak e. Berani presentasi di depan kelas

f. Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan

2. Model Pembelajaran Discovery Learning

Bruner (dalam Kemendikbud, 2014:32) mengungkapkan bahwa

discovery learning merupakan proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar

tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan

mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Bruner (dalam Dahar, 2011:79)

menyatakan bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan

secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang

paling baik.

Menurut Yani (2014), model discovery learning adalah model yang

menuntut peserta didik untuk melakukan pengamatan, mencoba

mengumpulkan data, mengolah, dan menarik kesimpulan meskipun hanya saja


(49)

digunakan relatif lebih banyak daripada metode ceramah. Akan tetapi hasil

yang didapatkan peserta didik sebanding dengan waktu yang digunakan yaitu

lebih mudah diingat oleh peserta didik. Menurut Sund (dalam Suryosubroto,

2009:179), mengemukakan bahwa discovery learning adalah proses mental

dimana peserta didik mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip.

Proses mental tersebut adalah mengamati, menggolong-golongkan, membuat

dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat.

Model pembelajaran discovery learning dapat diamati dengan 3 ciri belajar

yang menonjol. Tiga ciri utama discovery learning adalah yaitu:

a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,

menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan.

b. Berpusat pada peserta didik.

c. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang

sudah ada.

Dalam menerapkan model pembelajaran discovery learning pada

proses pembelajaran, guru-guru perlu memperhatikan langkah-langkah

penggunaan model tersebut. Berikut langkah-langkah pembelajaran discovery

learning:

a. Mengidentifikasi kebutuhan peserta didik.

b. Menyeleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep, dan

generalisasi pengetahuan.


(50)

d. Membantu dan memperjelas tugas atau masalah yang dihadapi peserta

didik serta peranan masing-masing peserta didik.

e. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.

f. Mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan

dipecahkan.

g. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penemuan.

h. Membantu peserta didik dengan informasi atau data jika diperlukan oleh

peserta didik.

i. Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan

mengidentifikasi masalah.

Beberapa keuntungan menggunakan model pembelajaran discovery

learning apabila guru menggunakan dalam proses pembelajaran yaitu:

a. Pengetahuan bertahan lama dan tidak mudah lupa.

b. Hasil belajar discovery learning mempunyai efek transfer yang lebih

baik daripada hasil lainnya.

c. Secara menyeluruh, belajar discovery learning bisa meningkatkan

penalaran peserta didik dan kemampuan berpikir bebas. Secara khusus,

belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif peserta

didik untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan

orang lain.

Selain memiliki beberapa keuntungan dalam proses pembelajaran,

model discovery learning juga memiliki kelemahan. Kelemahan metode


(51)

dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengatasi kelemahan

tersebut, bantuan guru diperlukan selama proses pembelajaran. Bantuan

guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk

memancing rasa ingin tahu peserta didik dan memberikan informasi secara

singkat. Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli tersebut, peneliti akan

mencoba menyimpulkan model pembelajaran discovery learning adalah

model pembelajaran yang memfokuskan pada perkembangan mental

peserta didik dalam jangka waktu yang cukup lama untuk menemukan

konsep belajar yang baru.

3. Perangkat Pembelajaran a. Silabus

1) Pengertian Silabus

Silabus merupakan gambaran secara menyeluruh mengenai

kompetensi dan materi yang digunakan dalam alokasi waktu tertentu.

Menurut Hosnan (2014:99), silabus merupakan acuan penyusunan

kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian suatu mata pelajaran

atau tema tertentu yang akan digunakan sebagai acuan dalam proses

pembelajaran. Menurut Majid (2014:207), silabus adalah rencana

pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang

mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan


(52)

untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Akbar (2013:8),

menyatakan bahwa silabus adalah acuan untuk mengembangkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran.Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan

berdasarkan standar isi dan standar kelulusan. Berdasarkan pengertian

tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa silabus adalah acuan yang

digunakan dalam proses pembelajaran untuk tercapainya kompetensi dan

materi yang sudah direncakan oleh para guru.

2) Komponen Silabus

Komponen silabus terdiri dari: 1) Identitas Silabus, 2)

Kompetensi Inti, 3) Kompetensi Dasar, 4) Indikator, 5) Materi

Pembelajaran, 6) Kegiatan Pembelajaran, 7) Penilaian, 8) Alokasi

Waktu, 9) Sumber Belajar. Komponen-komponen tersebut nantinya

dapat disajikan dalam bentuk horizontal maupun vertikal. Setelah

silabus dibuat, langkah selanjutnya yaitu menjabarkan dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1) Pengertian RPP

Menurut Majid (2014:226), Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) merupakan rencana yang menunjukkan adanya

prosedur dan penggoranisasian pembelajaran untuk mencapai

kompetensi dasar yang sudah dituliskan pada standar isi. Teknis

penyusunan RPP pada tingkat sekolah dasar (dalam kemendikbud,


(53)

belajar mengajar untuk satu pertemuan maupun lebih. RPP

dikembangkan secara rinci dari suatu materi maupun subtema tertentu

yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan proses pembelajaran

dalam upaya pencapaian Kompetensi Dasar (KD). Majid (2014:99),

mengemukakan RPP adalah penjabaran dari silabus dalam bentuk

rencana pada setiap pertemuan yang berisikan KD dari standar isi.

Sesuai dengan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti akan mencoba

menyimpulkan bahwa RPP adalah perencanaan yang digunakan

sebagai acuan untuk mengajar selama satu pertemuan atau lebih yang

di dalamnya mengacu pada pencapaian setiap KD.

2) Komponen-komponen RPP

Komponen RPP terdiri dari:

a) Identitas Mata Pelajaran meliputi: satuan pendidikan, kelas,

semester, program studi, mata pelajaran atau tema pelajaran, dan

jumlah pertemuan.

b) Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal

peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada suatu mata

pelajaran atau tema tertentu.

c) Kompetensi Dasar merupakan kemampuan yang harus dikuasai

oleh peserta didik dalam mata pelajaran atau tema tertentu sebagai


(54)

d) Indikator Pencapaian Kompetensi adalah perilaku yang dapat

diukur untuk menunjukkan ketercapaian Kompetensi Dasar

tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.

e) Tujuan Pembelajaran adalah proses dan hasil belajar yang

diharapakan dicapai oleh peserta didik sesuai Kompetensi Dasar.

f) Materi Ajar memuat konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator.

g) Alokasi Waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk

pencapaian Kompetensi Dasar dan beban belajar.

h) Metode Pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mencapai Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan.

i) Kegiatan Pembelajaran terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

j) Penilaian Hasil Belajar adalah prosedur dan instrumen penilaian

proses dan hasil belajar yang disesuaikan dengan indikator

pencapaian kompetensi.

k) Sumber Belajar adalah pedoman yang digunakan guru dalam

penyampaian materi kepada peserta didik.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

perangkat pembelajaran adalah rincian perencanaan yang digunakan untuk


(55)

ajar, dan evaluasi. Untuk penelitian kali ini, perangkat pembelajaran yang

dikembangkan adalah RPP.

4. Karakteristik Peserta didik Kelas II

Peserta didik kelas bawah menurut Izzati, dkk. (2008) bisa dibedakan

menjadi 2 fase, yaitu: (1) Masa kelas usia rendah SD yang memiliki rentang

usia 6/7 tahun sampai 9/10 tahun. Biasanya mereka duduk di kelas I, II, dan III

SD. (2) Masa kelas usia tinggi yang memiliki rentang usia 9/10 tahun sampai

12/13 tahun. Biasanya mereka duduk di kelas IV, V, dan VI SD. Untuk siswa

kelas termasuk dalam kelas rendah pada kisaran usia 8-9 tahun.

Menurut Piaget, siswa kelas II sedang memasuki tahap operasional

konkret. Piaget (2010) mengemukakan pendapatnya bahwa tahap

perkembangan usia 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret dimana

anak sudah bisa mempelajari sesuatu menggunakan benda-benda konkret atau

benda-benda lain sebagai pengganti hal yang sedang dipelajari. Pendapat ini

didukung oleh Desminta (2009:35) yang mengungkapkan bahwa anak pada

usia tersebut pada umumnya masih senang untuk bermain-main bersama

teman sebaya, bergerak dalam grup atau kelompok, dan senang merasakan

sesuatu secara langsung.

5. Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”


(56)

(Kemendikbud, 2014: 16). Mata pelajaran yang dipadukan dalam Kurikulum

2013 ini meliputi PPKn, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika, Seni

Budaya dan Prakarya (SBdP), serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan (PJOK). Pada kelas II mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta

didik meliputi PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, SBdP serta PJOK.

Dalam Kurikulum 2013, tema sudah dipersiapkan oleh pemerintah dan sudah

dikembangkan menjadi subtema dan satuan pembelajaran. Pada semester 1

terdapat empat tema. Setiap tema terdiri atas empat subtema dan tiap subtema

diuraikan ke dalam enam pembelajaran (Kemendikbud, 2014). Keempat

subtema tersebut meliputi: (1) subtema 1 “Tugasku Sehari-hari di Rumah”, (2)

subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”, (3) subtema 3 “Tugasku sebagai

Umat Beragama”, dan (4) subtema 4 “Tugasku dalam Kehidupan Sosial”.

Tema yang dipilih dalam penelitian pengembangan ini adalah tema 3

“Tugasku Sehari-hari” dan subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama”.

Materi yang dipelajari dalam subtema 2 “Tugasku Sebagai Umat Beragama”

ini berkaitan dengan tugas-tugas peserta didik bagaimana untuk menjadi

seorang peserta didik yang paham tentang cara beribadah dan menghormati

orang lain. Materi tentang tugas peserta didik di sekolah kemudian dikaitkan

dengan mata pelajaran yang sesuai. Tugas yang diberikan seperti menjelaskan

cara bermain gobak sodor, menjelaskan naskah cerita yang ditulis mengenai

lingkungannya, mengenai hal-hal yang perlu dilakukan sebelum berolah fisik,


(57)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian R&D untuk mengembangkan perangkat pembelajaran

kurikulum 2013 pada kelas II dengan tema “Tugasku Sebagai Umat

Beragama” belum ada yang melakukan. Namun, pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang relevan dari penelitian sebelumnya.

Irawan (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan

Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Mengenal Pahlawan

Bangsaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan

untuk menghasilkan produk berupa bahan ajar mengacu pada Kurikulum 2013

yang mengimplementasikan pendekatan tematik integratif, pendekatan

saintifik, pendidikan karakter yang berbasis budaya lokal, serta penilaian

otentik pada kegiatan belajarnya. Instrumen yang digunakan adalah

wawancara untuk analisis kebutuhan serta kuesioner. Dari kegiatan penelitian

tersebut diperoleh hasil validasi bahan ajar oleh pakar Kurikulum SD 2013

menghasilkan skor 4,27 (sangat baik) serta dua orang guru kelas IV SD

percontohan Kurikulum 2013 menghasilkan skor 4,41 (sangat baik) dan 4,54

(sangat baik). Validasi siswa kelas IV menghasilkan skor 4,67 (sangat baik).

Oleh karena itu, diperoleh skor rerata sebesar 4,47 sehingga dapat

dikategorikan “sangat baik”.

Sejalan dengan Irawan, Setiawan (2012) melakukan penelitian

pengembangan dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang


(58)

langkah yang dilakukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini

meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk,

(4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) implementasi sampel terbatas.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu: silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar, dan

evaluasi. Dari hasil validasi yang dilakukan oleh para ahli, diperoleh hasil

rata-rata sebagai berikut: (1) silabus sebesar 3,69; (2) RPP sebesar 3,63; (3)

LKS sebesar 3,47; (4) bahan ajar sebesar 3,5 dan (5) evaluasi sebesar 3,6.

Berdasarkan hasil validitas tersebut, dapat dikatakan bahwa perangkat

pembelajaran yang dibuat layak untuk diimplementasikan.

Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muzaki,

dkk. (2012) dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Metode Guided Discovery Learning Berbantuan E-Learning dengan Aplikasi

Atutor pada Pokok Bahasan Lingkaran Kelas VIII SMP”. Produk yang

dihasilkan dari penelitian ini berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), buku siswa digital, Lembar Kerja Siswa (LKS), juga sebuah alat

evaluasi yaitu tes hasil belajar (THB) yang semuanya terintegrasi dalam media

e-learning, kecuali tes hasil belajar yang dilakukan secara konvensional. Dari

hasil nilai koefisien validitas menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dan

media e-learning valid untuk digunakan. Interpretasi kevalidtan perangkat

pembelajaran RPP, LKS digital, buku siswa digital, THB, dan e-learning


(59)

Di samping itu, untuk mengetahui kemudahan penggunaan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan dilakukan analisis terhadap data aktivitas

guru. Dalam penelitian ini, guru yang diamati adalah guru matematika SMPN

7 Jember, hasilnya diperoleh rata-rata persentase aktivitas guru sebesar

85,96% yang termasuk kategori baik sehingga diperoleh hasil bahwa

perangkat pembelajaran dikatakan mudah dan praktis untuk

diimplementasikan di dalam kelas. Hasil analisis siswa aktivitas siswa

memperoleh rata-rata persentase sebesar 90,9% sehingga termasuk kategori

baik. Hasil uji coba didapatkan respon siswa sebesar 93,3% maka produk

perangkat pembelajaran maupun pembelajaran dengan metode guided

discovery learning berbantuan e-learning dapat dikualifikasikan pada kategori

“baik”.

Berdasarkan ketiga penelitian di atas dapat dilihat bahwa ketiga jenis

penelitian dan pengembangan memiliki kesamaan yaitu ketiga peneliti di atas

sama mengembangkan perangkat pembelajaran untuk membantu proses

belajar. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian pengembangan dengan

judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II

dengan Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”, peneliti akan berpedoman pada beberapa penelitian di atas. Berikut ini adalah literatur dapat digunakan

sebagai acuan untuk membuat perangkat pembelajaran ini. Literatur dikemas

dalam bentuk bagan yang memudahkan peneliti untuk dapat memahami ketiga


(60)

Gambar 2.1 Literatur Map dari Penelitian Terdahulu

C. Kerangka Berpikir

Mengacu pada literature map dari peneltian yang terdahulu di atas,

maka dapat disusun kerangka berpikir tentang pengembangan prototipe

perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum 2013, pendidikan

yang mengarahkan peserta didik untuk mengenali dan mengembangkan

Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Irawan (2014)

Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Mengenal Pahlawan Bangsaku

untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Setiawan (2012)

Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang Menggunakan Pemodelan dalam Menyelesaikan Masalah Penjumlahan Pecahan dengan Pendekatan

PMRI Kelas IVA SDN Tegalrejo 2

Muzaki, dkk. (2012)

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Metode Guided Discovery Learning Berbantuan

E-Learning dengan aplikasi Atutor pada Pokok Bahasan Lingkaran Kelas VIII SMP

Yang Perlu diteliti

Pengembang an Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II dengan Tema

3 “Tugasku


(61)

kemampuan yang dimilikinya agar memiliki sikap yang baik terhadap diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar merupakan contoh dari Pendidikan

Karakter. Pada perangkat pembelajaran ini memuat deskriptor sebagai

panduan agar guru dapat melakukan penilaian pada KI-1-KI4 yang memuat

Kompetensi Inti sikap, yangmeliputi sikap spiritual dan sosial (1 dan

KI-2), Kompetensi Inti pengetahuan (KI-3) dan Kompetensi Inti keterampilan

(KI-4). Pada penelitian ini sikap yang menjadi fokus penelitian pada KI-2

adalah sikap percaya diri. Untuk proses penilaian, peneliti menggunakan

model penilaian otentik dengan tujuan dapat menilai proses ataupun hasil dari

berbagai instrumen penilaian yang sudah dirancang sesuai dengan

Komepetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Dalam pembuatan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan

saintifik yang memuat lima pengalaman belajar pokok (5M) yaitu mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi (menalar), dan

mengkomunikasikan agar peserta didik dapat aktif membangun

pengetahuannya sendiri. Sesuai dengan model pendekatan pada kurikulum

2013, peneliti menggunakan pendekatan tematik integratif pada pelaksanaan

proses pembelajaran di tingkat sekolah dasar. Peneliti juga mengggunakan

model pembelajaran discovery learning. Discovery learning merupakan model

pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk aktif mencari dan

menemukan saat proses pelajaran berlangsung. Pemilihan model pembelajaran


(62)

2013. Perangkat ini dikembangkan dengan media pembelajaran guna

mendukung dalam proses pembelajaran.

Pada pengembangan perangkat pembelajaran ini, peneliti memilih

tema 3 yaitu “Tugasku Sehari-hari”, subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama”. Alasan pemilihan tema dan subtema ini karena disesuaikan dengan materi yang diajarkan di sekolah. Selain itu, materi pada subtema 3

mengenai “Tugasku Sebagai Umat beragama” juga sesuai dengan sikap yang hendak dikembangkan oleh peneliti.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembalajaran subtema 3

“Tugasku Sebagai Umat Beragama” yang mengacu pada Kurikulum 2013 untuk peserta didik kelas II Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran subtema “Tugasku Sebagai Umat Beragama” mengacu Kurikulum SD 2013 untuk peserta didik kelas II Sekolah Dasar menurut ahli Kurikulum 2013?

3. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran subtema “Tugasku Sebagai Umat Beragama” mengacu Kurikulum SD 2013 untuk peserta didik kelas II Sekolah Dasar menurut guru wali kelas II yang sudah melaksanakan


(63)

METODE PENGEMBANGAN

Bab III berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode pengembangan, yaitu jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, uji coba produk, teknik pengunmpulan data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data. Berikut akan dijelaskan mengenai ketujuh hal tersebut.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research

and Development (R&D). Dalam penelitian ini dikembangkan produk berupa RPP

tematik yang digunakan untuk satu subtema bagi siswa kelas II Sekolah Dasar.

Sugiyono (2014:297), mengungkapkan bahwa Research and Development adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan

menguji keefektifan produk tersebut.Dalam melakukan penelitian dan

pengembangan terdapat 10 langkah, yaitu (1) potensi dan masalah, (2)

pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji

coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10)

pembuatan produk masal. Pada penelitian ini akan dikembangkan produk berupa

perangkat pembelajaran untuk kelas II Sekolah Dasar.

Trianto (2011:206) mengungkapkan bahwa penelitian dan pengembangan

atau research development merupakan strategi atau metode penelitian yang

cukup ampuh untuk memperbaiki praktik. Penelitian tersebut akan menghasilkan


(64)

computer untuk pengolahan data, pembelajaran di sekolah

Di sisi lain Arifin (2011:126) mengungkapkan bahwa penelitian dan

pengembangan merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi

kesenjangan antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Hal ini dikarenakan

sering ditemuinya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat

teoritis dan hasil penelitian yang bersifat praktis.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan R&D merupakan

sebuah proses untuk mengembangkan suatu produk yang baru maupun

menyempurnakan produk yang lama untuk memecahkan masalah baru yang

muncul dari produk yang sudah lama dipakai. Kali ini produk yang akan dibuat

berupa RPP pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini tetap mengacu kurikulum

2013 pada siswa kelas II SD dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dengan

subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama”. Dalam upaya mendapatkan kualitas produk yang baik dan valid, peneliti menggunakan langkah-langkah

penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2014) yaitu:

1. Potensi dan Masalah

Seorang peneliti bisa melakukan penelitian apabila sudah ditemukan

potensi dan masalah. Potensi merupakan sesuatu yang apabila digunakan akan

memiliki kelebihan. Namun, apabila tidak bisa dimanfaatkan takutnya potensi

tersebut akan menjadi suatu masalah. Masalah merupakan kekurangan yang

timbul karena adanya penyimpangan dari keadaan yang diharapkan. Akan


(65)

dengan sebuah penelitian. Penelitian R&D juga bisa digunakan untuk

menyelesaikan masalah.

2. Pengumpulan Data

Mengumpulkan informasi merupakan hal penting untuk kelanjutan

proses penelitian. Dari informasi tersebut, peneliti dapat mulai merancang hal

apa saja yang berlu dipikirkan kedepannya.

3. Desain Produk

Desain produk merupakan rancangan dari produk yang akan

dihasilkan. Perlu diperhatikan bahwa desain produk harus sesuai dengan

tujuan penelitian itu sendiri. Keefektifan desain produk masih perlu diuji

terlebih dahulu.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan momen untuk menilai seberapa baik desain

produk tersebut. proses validasi desain masih bersifat rasional dikarenakan

belum mendapatkan fakta lapangan. Validasi desain dapat dilakukan oleh ahli

atau pakar yang sudah berpengalaman dalam bidangnya.

5. Revisi Desain

Revisi desain adalah langkah yang dilakukan setelah proses validasi

dengan tujuan memperbaiki kekurangan dari desain produk agar diperoleh


(66)

Langkah tersebut dilakukan setelah desain produk dan revisi desain

telah dilaksanakan. Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

kualitas produk yang dihasilkan pada kelompok yang terbatas.

7. Revisi Produk

Setelah melaksanakan tahap uji coba pada kelompok terbatas, maka

peneliti diharapkan akan mendapatkan gambaran bagaimana produk tersebut.

apabila masih banyak kelemahan, sebaiknya produk tersebut diperbaiki

sebelum diberikan pada kelompok yang lebih luas.

8. Uji Coba Pemakaian

Uji coba pemakaian merupakan proses uji coba produk, namun kali ini

kelompok yang digunakan lebih luas. Peneliti bisa mencari tahu apakah

produknya sudah baik atau belum setelah dilakukan revisi.

9. Revisi Produk

Tahap ini biasa digunakan peneliti untuk melakukan proses perbaikan

terakhir sebelum melakukan produksi masal.

10.Pembuatan Produk Masal

Setelah dilakukan beberapa kali pengujian dan apabila hasilnya valid


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Yustinus Cahyadi Tresnantyo lahir di Temanggung,

20 Juni 1991. Pendidikan dasar diperoleh di SD Kanisius

Temanggung, tamat pada tahun 2003. Pendidikan

menengah pertama diperoleh di SMP Kanisius

Temanggung, tamat pada tahun 2006. Pendidikan

menengah atas diperoleh di SMA Negeri 1 Temanggung,

tamat pada tahun 2009.

Pada tahun 2011, penulis melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar

sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di

perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi berjudul “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Kelas II dengan Tema 3 ”Tugasku Sebagai Umat Beragama”. Pengembangan perangkat pembelajaran tersebut