penggunaan media, peserta didik dapat melihat lambang beserta butir-butir Pancasilanya. Peserta didik yang pada awalnya belum mendapatkan
gambaran mengenai lambang Pancasila itu seperti apa, sekarang dapat melihat secara langsung bahkan bisa memegang miniatur Garuda
Pancasila tersebut. Peserta didik juga semakin antusias dengan adanya penggunaan media. Pembuatan media pun tidak memerlukan biaya mahal.
Sejalan dengan Kustandi Sutjipto 2011:8 bahwa media pembelajaran merupakan alat yang dapat membantu kegiatan belajar mengajar dan
mempunyai fungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan kepada peserta didik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran lebih
sempurna.
Gambar 4.8 Peserta Didik Belajar Membuat Media Pembelajaran.
3. Perangkat Pembelajaran Memuat Rubrik Penilaian KI-1, KI-2, dan
KI-4
Rubrik penilaian yang digunakan untuk melakukan penilaian KI-1, KI-2, KI-4 sudah dilengkapi dengan deskriptor yang jelas. Jenis penilaian
yang digunakan adalah penilaian otentik yang berdasarkan pada Kriteria
Ketuntasan Minimal KKM. Pada pembelajaran 4, penilaian dilakukan untuk melihat sikap berdoa yang benar. Selanjutnya penilaian otentik
dilakukan untuk menilai perubahan tingkah laku terhadap peserta didik dalam aspek percaya diri. Untuk menilai keterampilan, penilaian otentik
digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam menceritakan perilaku yang diperbolehkan dan perilaku yang tidak diperbolehkan di
depan kelas. Hasil penilaian peserta didik juga menunjukkan peningkatan pada
setiap pembelajarannya. Misalnya pada nilai yang dimiliki peserta didik A. Pada pembelajaran 1 sikap percaya diri peserta didik tersebut
mendapatkan nilai 67, pada pembelajaran 2 menjadi 73, pembelajaran 3 menjadi 86, dan pembelajaran 4
– 6 mendapatkan 93. Berikut merupakan gambar peserta didik yang mencerminkan sikap percaya diri saat
menyanyikan lagu nasional.
Gambar 4.9 Penilaian Sikap Percaya Diri sebagai Salah Satu Indikator Penilaian
Dari hasil wawancara akhir yang dilakukan peneliti kepada wali kelas II didapatkan data bahwa: guru terbantu dalam merumuskan kegiatan
pembelajaran, mendapatkan pengalaman baru dalam mengajar dan mendapatkan kemudahan dalam membuat rubrik penilaian dengan adanya
contoh perangkat pembelajaran ini. Sesuai dengan yang dikemukakan Kusnandar 2014:35 bahwa penilaian otentik adalah kegiatan menilai
peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang
disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi SK atau Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD.
Berdasarkan dari pembahasan di atas, kesimpulan yang didapat dari produk perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti ini
adalah produk perangkat pembelajaran ini memiliki kualitas yang baik sehingga dapat membantu guru untuk mengatasi tiga kesulitan yang
dihadapi. Hal ini dilihat dari prototipe pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku
Sehari- hari” dan subtema 3 “Tugasku Sebagai Umat Beragama” telah
disusun menggunakan pendekatan saintifik model discovery learning, dikembangkan menggunakan media sederhana yang membantu guru dan
peserta didik dalam proses pembelajaran serta disusun menggunakan rubrik penilaian yang meliputi KI-1, KI-2, dan KI-4 dengan deskriptor
yang jelas. Setelah melalui banyak proses, produk ini telah menjawab permasalahan yang timbul dan membantu kesulitan yang dihadapi guru
dalam menerapkan Kurikulum 2013, yaitu 1 guru terbantu dalam merumuskan kegiatan pembelajaran yang memuat 5M, 2 guru terbantu
dalam penyediaan media yang nyata, sederhana dan dapat bermanfaat bagi peserta didik maupun guru, serta 3 guru dapat melakukan penilaian KI-1,
KI-2 dan KI-4 menggunakan deskriptor yang jelas. Di samping hal-hal di atas, selama proses penelitian juga
ditemukan beberapa kelebihan dan kelemahan pada produk perangkat pembelajaran ini. Berikut akan dipaparkan mengenai masing-masing
kelebihan dan kekurangan dari produk perangkat pembelajaran ini.
4. Kelebihan Produk