kondisi kehidupan nyata. Hal ini memberikan makna bahwa sebagian konsep dapat diperkenalkan secara efektif melalui pemberian masalah.
2.1.4.3 Manfaat Problem Based Learning
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning tidak dirancang untuk memberikan sejumlah informasi yang banyak kepada siswa. Pemberian
informasi yang banyak cocok dengan metode ceramah. Sementara PBL dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan
masalah, dan keterampilan intelektual. Uden dan Beaumont dalam Suprihatiningrum, 2013: 222 menyatakan
beberapa manfaat yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakan Problem Based Learning, yaitu:
1 Mampu mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuannya. 2 Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan
keterampilan komunikasi. 3 Mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi.
4 Menikmati belajar. 5 Meningkatkan motivasi.
2.1.4.4 Langkah-Langkah PBL
Oon-Seng Tan dalam Ridwan, 2014: 146 berpendapat bahwa tahapan PBL terdiri dari beberapa langkah, yaitu: 1 guru merancang permasalahan yang
sesuai dengan kurikulum, 2 siswa dihadapkan pada masalah, 3 siswa menganalisis permasalahan dan isu pembelajaran, 4 siswa menemukan solusi
dan membuat pelaporan, 5 siswa melakukan presentasi dan refleksi, dan 6 siswa melakukan kaji ulang dan evaluasi. Jordan dalam Ridwan
2014: 146 menyatakan tahapan PBL adalah 1 guru merancang permasalahan yang sesuai
dengan kurikulum, 2 guru melibatkan siswa dalam permasalahan, mendefinisikan hal yang harus dipelajari, 3 siswa mencari informasi untuk
memperoleh fakta yang relevan, dan 4 siswa mengajukan solusi. Ibrahim dalam Suprihatiningrum, 2013: 220 mengatakan bahwa di dalam kelas PBL, peran guru
berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru dalam kelas PBL antara lain: 1 mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu
masalah kehidupan nyata sehari-hari, 2 memfasilitasi atau membimbing penyelidikan, 3 memfasilitasi dialog siswa, 4 mendukung belajar siswa.
Sementara itu, David dalam Ridwan 2014: 148 mengurutkan tahapan PBL, seperti: 1 guru merancang permasalahan yang sesuai dengan kurikulum,
2 siswa mengklarifikasi istilah, 3 siswa merumuskan pertanyaan, 4 curah pendapat tentang hipotesis dan penjelasan, 5 siswa menata hipotesis, 6 siswa
menetapkan tujuan pembelajaran, 7 siswa mengumpulkan informasi dan belajar mandiri, 8 siswa berbagi informasi dan diskusi hasil belajar.
Peneliti menyimpulkan bahwa PBL dilaksanakan dengan tahapan 1 guru menyampaikan masalah kepada siswa yang relevan dengan topik yang sedang
dikaji, 2 siswa mendiskusikan masalah dalam kelompok kecil, 3 anggota kelompok melakukan curah pendapat berdasarkan pengetahuan awal mereka, 4
siswa dalam kelompok mengidentifikasi hal-hal yang belum mereka pahami, 5 kelompok membuat perencanaan penyelesaian masalah, 6 masing-masing siswa
melakukan penelusuran informasi, 7 siswa kembali melakukan diskusi kelompok, 8 kelompok menyajikan solusi permasalahan kepada teman-teman
sekelas, 9 teman sekelas bertanya atau memberi masukan, 10 anggota kelompok melakukan pengkajian ulang berdasarkan masukan dari teman sekelas
atau guru. Pada dasarnya, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator siswa dalam pembelajaran.
2.2 Penelitian yang Relevan
Peneliti ini memiliki hubungan dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
diantaranya adalah:
2.2.1 Penelitian tentang Pendidikan Kewarganegaraan
Penelitian yang dilakukan oleh Septiningsih 2012 judulnya adalah peningkatan prestasi belajar menggunakan model cooperative learning teknik jigsaw dalam
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV Pangudi Luhur Yogyakarta. Hasil penelitian adalah pembelajaran dengan menggunakan model
cooperative learning dapat meningkatkan prestasi belajar, ditunjukan dengan
naiknya nilai rata-rata kelas. Nilai pada kondisi awal adalah 65 setelah melaksanakan Siklus 1 menjadi 67.09 setelah Siklus 2 menjadi 77.17. dengan
presentase ketuntasan Siklus 1 adalah 25.71 dan siklus 2 adalah 77.14. Masurkhi 2010 melakukan penelitian tentang “Revitalisasi pembelajaran
pendidikan kewarganeraan sebagai pembangun karakter melalui pemberdayaan kultur sekolah”. Tujuan penelitian ini adalah membangun model pembelajaran