sikap nasionalisme, aspek konatif pelaksanaan sikap nasionalisme yaitu 56,26 atau 18 siswa ada pelaksanaan sikap nasionalisme. Rata-rata sikap
nasionalisme kelas VA SD Negeri Nanggulan adalah 165,303 atau cukup baik.
4.2.2 Pembahasan Penelitian Siklus I
Penelitian siklus I dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2015. Materi yang disampaikan pada
pertemuan pertama yaitu sejarah terbentuknya NKRI dan pengertian NKRI, dengan Stendar Kompetensi 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan Kompetensi Dasarnya 1.1 mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses pembelajaran
berlangsung cukup efektif. Siswa sangat bersemangat menyanyikan lagu wajib nasional pada waktu pembukaan. Namun, siswa masih belum terbiasa
menggunakan model Problem Based Learning. Lebih dari separuh siswa yang tidak berani mengajukan pendapat maupun menjawab pertanyaan dari
peneliti. Bahkan, siswa tidak menerima teman sekelompoknya ketika dibagi ke dalam kelompok. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 11
Agustus 2015. Materi yang disampaikan yaitu mengenai ciri-ciri NKRI. Proses pembelajaran berlangsung efektif. Siswa sudah mulai terbiasa
dengan model pembelajaran yang digunakan. Siswa secara aktif mencari informasi di buku pelajaran terkait dengan permasalahan yang diberikan.
Namun, masih ada beberapa detail yang kurang diperhatikan, seperti media PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran yang kurang mengaktifkan siswa. Perolehan siklus I aspek kognitif pemahaman terhadap sikap nasionalisme yaitu 93,75 atau 30
siswa memiliki pemahaman sikap nasionalisme, aspek afektif penghayatan terhadap sikap nasionalisme yaitu 90,625 atau 29 siswa memiliki
penghayatan sikap nasionalisme, aspek konatif pelaksanaan sikap
nasionalisme yaitu 93,75 atau 30 siswa ada pelaksanaan sikap nasionalisme. Secara keseluruhan, 93,75 atau 30 siswa memiliki sikap
nasionalisme dan rata-rata sikap mencapai 192,75 atau dalam kategori baik.
4.2.3 Pembahasan Penelitian Siklus II
Penelitian siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2015 dengan
materi pengertian keutuhan NKRI dan provinsi di Indonesia beserta budayanya. Siklus II menggunakan Kompetensi Dasar 1.2 Menjelaskan
pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses pembelajaran berlangsung efektif. Siswa sangat antusias memainkan
media lingkaran perbuatan ketika diminta untuk memainkannya satu per satu. Siswa pun lebih aktif mencari informasi terkait dengan materi.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2015 dengan materi usaha menjaga keutuhan NKRI. Proses pembelajaran berlangsung
efektif. Siswa sangat antusias ketika melihat tayangan video mengenai cara menjaga keutuhan NKRI.
Model PBL lebih efektif ketika dikolaborasikan dengan media yang menarik. Penelitian siklus II untuk
aspek kognitif pemahaman terhadap sikap nasionalisme yaitu 100 atau 32 siswa memiliki pemahaman sikap nasionalisme, aspek afektif
penghayatan terhadap sikap nasionalisme yaitu 100 atau 32 siswa memiliki penghayatan sikap nasionalisme, aspek konatif pelaksanaan
sikap nasionalisme yaitu 96,875 atau 31 siswa ada pelaksanaan sikap nasionalisme. Dari keseluruhan aspek siklus II menunjukkan bahwa sikap
nasionalisme siswa kelas V A sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari rata- rata yang mencapai 192,884 atau memiliki kriteria baik dan siswa yang
memiliki kriteria sikap nasionalisme berjumlah 32 siswa atau 100. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berjalan sesuai
dengan RPP maupun apa yang sudah direncanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap nasionalisme dalam pembelajaran
PKn bagi kelas V A SD Negeri Nanggulan. Adapun tabel aspek pencapaian penelitian yang telah disusun dari kondisi awal, siklus I, dan
siklus II setelah pelaksanaan dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut: Tabel 4.20 Aspek pencapaian dan rata-rata kelas
No Sikap
Nasionalisme Deskriptor
Kondisi awal
Siklus I Siklus II
1 Kognitif
pemahaman
Jumlah siswa yang mendapatkan skor
sikap dibagi keseluruhan siswa x
100 dan skor total dibagi seluruh siswa
62,5 93,75
100 68,875
88,25 89,94
2 Afektif
penghayatan 62,5
87,5 100
75,85 86,964
89,91 3
Konatif pelaksanaan
56,25 93,75
96,875 75,032
88,125 88,97
Berdasarkan tabel aspek pencapaian menunjukkan bahwa pelaksanaan siklus I dan siklus II mencapai target. Hal ini berarti penelitian yang bertujuan
meningkatkan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan model Problem Based Learning
bagi kelas V A di SD Negeri Nanggulan telah sukses dilaksanakan. Penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran
PKn di SD Negeri Nanggulan mampu meningkatkan sikap nasionalisme. Peningkatan terbukti dari meningkatnya setiap aspek sikap nasionalisme dari
kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hasil tersebut semakin memperkuat bahwa langkah model Problem Based
Learning seperti yang dikemukakan Oon-Seng Tan dalam Ridwan, 2014: 146
yang meliputi: 1 guru merancang permasalahan yang sesuai dengan kurikulum, 2 siswa dihadapkan pada masalah, 3 siswa menganalisis permasalahan dan isu
pembelajaran, 4 siswa menemukan solusi dan membuat pelaporan, 5 siswa melakukan presentasi dan refleksi, dan 6 siswa melakukan kaji ulang dan
evaluasi, memang terbukti dapat meningkatkan setiap aspek kognitif, afektif, dan konatif, serta sikap nasionalisme secara keseluruhan. Gambar dan tabel di bawah
ini akan memperjelas peningkatan setiap aspeknya dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II.
Hasil rekap aspek kognitif pemahaman terhadap sikap nasionalisme Tabel 4.21 Rangkuman hasil persentase aspek kognitif pemahaman terhadap
sikap nasionalisme Aspek
Kondisi awal Siklus I
Siklus II Kognitif
62,5 93,75
100 68,875
88,25 89,94
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada aspek kognitif pemahaman terhadap sikap nasionalisme mengalami peningkatan jumlah siswa yang
memenuhi kriteria sikap. Dari kondisi awal sampai siklus II mengalami peningkatan sebesar 37,5. Sementara itu, nilai rata-rata siswa pada aspek
kognitif pemahaman terhadap sikap nasionalisme pada kondisi awal 68,875 meningkat pada siklus I yaitu 88,25 dan pada siklus II 89,94. Gambar di bawah ini
akan memperjelas peningkatan persentase pada aspek kognitif. Gambar 4.1 Diagram rangkuman hasil aspek kognitif
62,5 93,75
100
68,875 88,25
89,94
20 40
60 80
100 120
Kondisi Awal Siklus I
Siklus II Aspek Kognitif
nilai rata-rata
Tabel 4.22 Rangkuman jumlah siswa menurut aspek kognitif pemahaman terhadap sikap nasionalisme
Tindakan Siswa yang mendapatkan nilai
SB B
CB TB
STB Kondisi awal
5 8
7 11
1 Siklus I
20 8
2 2
Siklus II 22
6 4
Tabel Rangkuman jumlah siswa menurut aspek kognitif di atas menjelaskan jumlah siswa yang mendapatkan nilai. Dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa siswa yang mendapatkan nilai pada kondisi awal yaitu 5 siswa berada pada kategori sangat baik, 8 siswa pada kategori baik, 7 siswa berada pada cukup baik,
11 siswa pada kategori tidak baik, dan 1 siswa berada pada kategori sangat tidak baik. Siklus I, 20 siswa berada pada kategori sangat baik, 8 siswa pada kategori
baik, 2 siswa berada pada cukup baik, 2 siswa pada kategori tidak baik, dan tidak ada siswa pada kategori sangat tidak baik. Sementara itu, pada siklus II 22 siswa
berada pada kategori sangat baik, 6 siswa pada kategori baik, 4 siswa berada pada cukup baik, dan tidak ada siswa yang mendapatkan kategori tidak baik dan sangat
tidak baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil rekap aspek afektif penghayatan terhadap sikap nasionalisme Tabel 4.23 Rangkuman hasil presentase aspek afektif penghayatan terhadap sikap
nasionalisme Aspek
Kondisi awal Siklus I
Siklus II Afektif
62,5 87,5
100 75,85
86,964 89,91
Dari tabel di 4.23 dapat dilihat bahwa pada aspek afektif penghayatan terhadap sikap nasionalisme mengalami peningkatan jumlah siswa yang
memenuhi kriteria sikap. Dari kondisi awal sampai siklus II mengalami peningkatan sebesar 37,5. Sementara itu, rata-rata keseluruhan pada aspek
kognitif penghayatan terhadap sikap nasionalisme pada kondisi awal 75,85 meningkat pada siklus I yaitu menjadi 86,964 dan pada siklus II 89,91. Gambar
4.2 di bawah ini akan memperjelas peningkatan persentase pada aspek afektif.
Gambar 4.2 Diagram rangkuman aspek afektif
62,5 87,5
100 75,85
86,964 89,91
20 40
60 80
100 120
Kondisi Awal Siklus I
Siklus II Aspek Afektif
Series 2
Tabel 4.24 Rangkuman jumlah siswa menurut aspek afektif penghayatan terhadap sikap nasionalisme
Tindakan Siswa yang mendapatkan nilai
SB B
CB TB
STB Kondisi awal
9 4
7 12
Siklus I 16
11 2
3 Siklus II
15 16
1
Tabel 4.24 Rangkuman jumlah siswa menurut aspek afektif di atas menjelaskan jumlah siswa yang mendapatkan nilai aspek afektif. Dari tabel di atas
dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai aspek afektif pada kondisi awal yaitu ada 9 siswa berada pada kategori sangat baik, 4 siswa pada kategori baik, 7
siswa berada pada cukup baik, 12 siswa pada kategori tidak baik, dan tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat tidak baik. Kemudian pada siklus I, 16
siswa berada pada kategori sangat baik, 11 siswa pada kategori baik, 2 siswa berada pada cukup baik, 3 siswa pada kategori tidak baik, dan tidak ada siswa
pada kategori sangat tidak baik. Sementara itu, pada siklus II ada 15 siswa berada pada kategori sangat baik, 16 siswa pada kategori baik, 1 siswa berada pada cukup
baik, dan tidak ada siswa yang berada pada kategori tidak baik dan sangat tidak baik.
Hasil rekap aspek konatif pelaksanaan terhadap sikap nasionalisme Tabel 4.25 Rangkuman hasil presentase aspek konatif pelaksanaan terhadap sikap
nasionalisme Aspek
Kondisi awal Siklus I
Siklus II Konatif
56,25 93,75
96,875 75,032
88,125 88,97
Dari tabel di 4.25 dapat dijelaskan bahwa pada aspek konatif pelaksanaan terhadap sikap nasionalisme mengalami peningkatan jumlah siswa yang
memenuhi kriteria sikap. Dari kondisi awal sampai siklus II mengalami peningkatan sebesar 40,625. Sementara itu, rata-rata keseluruhan pada aspek
konatif pelaksanaan terhadap sikap nasionalisme pada kondisi awal 75,032 meningkat pada siklus I yaitu menjadi 88,125 dan pada siklus II 88,97. Gambar
4.3 di bawah ini akan memperjelas peningkatan persentase pada aspek konatif. Gambar 4.3 Diagram rangkuman hasil aspek konatif
56,25 93,75
96,875 75,032
88,125 88,97
20 40
60 80
100 120
Kondisi Awal Siklus I
Siklus II Aspek Konatif
nilai rata-rata
Tabel 4.26 Rangkuman jumlah siswa menurut aspek konatif pelaksanaan terhadap sikap nasionalisme
Tindakan Siswa yang mendapatkan nilai
SB B
CB TB
STB Kondisi awal
11 2
4 15
Siklus I 21
6 3
2 Siklus II
18 11
2 1
Tabel 4.26 Rangkuman jumlah siswa menurut aspek konatif di atas menjelaskan jumlah siswa yang mendapatkan nilai aspek konatif. Dari tabel di
atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai aspek konatif pada kondisi awal yaitu ada 11 siswa berada pada kategori sangat baik, 2 siswa pada kategori
baik, 4 siswa berada pada cukup baik, 15 siswa pada kategori tidak baik, dan tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat tidak baik. Kemudian pada siklus I,
21 siswa berada pada kategori sangat baik, 6 siswa pada kategori baik, 3 siswa berada pada cukup baik, 2 siswa pada kategori tidak baik, dan tidak ada siswa
pada kategori sangat tidak baik. Sementara itu, pada siklus II ada 18 siswa berada pada kategori sangat baik, 11 siswa pada kategori baik, 2 siswa berada pada cukup
baik, 1 siswa mendapatkan nilai tidak bagus dan tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat tidak baik.
Tabel 4.27 Rangkuman sikap nasionalisme
Kondisi Awal Siklus I
Siklus II
Persentase Nilai
Persentase Nilai
Persentase Nilai
56,25 74,87
93,75 87,62
100 87,66
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase sikap nasionalisme siswa pada kondisi awal sebesar 56,25, pada siklus I naik menjadi
93,75 dan pada siklus II sebesar 100. Sementara itu, peningkatan juga dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa. Nilai rata-rata siswa pada kondisi awal yaitu
74,87, siklus I 87,82, dan pada siklus II naik menjadi 87,66.
Tabel 4.28 Pencapaian indikator sikap nasionalisme Variabel
Peubah Kondisi
Awal Target Capaian
Siklus Deskripsi
Instrumen Peningkatan
sikap nasionalisme
50 85
Pencapaian siswa pada akhir
siklus yaitu sebesar 100
Lembar skala sikap
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase siswa yang memiliki sikap nasionalisme minimal cukup baik pada akhir siklus adalah sebesar 100.
Pencapaian tersebut sudah melampaui target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 85.
Kegiatan belajar mengajar KBM dengan menerapkan model Problem Based Learning
PBL yang telah dilakukan siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Siswa menyanyikan salah satu lagu wajib nasional. 3. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai wilayah NKRI dengan
melihat peta wilayah Indonesia. 4. Siswa dibentuk ke dalam kelompok untuk berdiskusi mengenai
pembagian wilayah NKRI. 5. Siswa diberi permasalahan tentang pemekaran wilayah pertemuan 1
dan pulau yang diklaim oleh negara lain pertemuan 2. 6. Siswa dalam kelompok berdiskusi tentang masalah yang diberikan
oleh guru. 7. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya.
8. Siswa mengerjakan soal evaluasi. 9. Siswa merangkum mengenai materi yang sudah dipelajari.
10. Siswa melakukan refleksi. Hal yang menduung peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah siswa
ketika ditanya “apakah senang dengan pelajaran saya?” dan siswa menjawab “senang sekali” secara serentak. Siswa juga sangat antusias ketika pembelajaran
menggunakan media interaktif dengan lingkaran perbuatan dan menonton PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tayangan video. Siswa selalu menagih dengan berkata “Besok lihat video lagi ya, Pak.”
Kegiatan belajar mengajar KBM dengan menerapkan model Problem Based Learning
PBL yang telah dilakukan siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Siswa menyanyikan salah satu lagu wajib nasional. 3. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai wilayah NKRI dengan
melihat peta wilayah Indonesia. 4. Siswa dibentuk ke dalam kelompok untuk berdiskusi mengenai
pembagian wilayah NKRI. 5. Siswa diberi permasalahan tentang keragaman budaya, wilayah,
agama, dan produk Indonesia melalui tayangan video. 6. Siswa dalam kelompok berdiskusi tentang masalah yang diberikan
oleh guru. 7. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya.
8. Siswa mengerjakan soal evaluasi. 9. Siswa merangkum mengenai materi yang sudah dipelajari.
10. Siswa melakukan refleksi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tiga hal yang dipaparkan peneliti. Tiga hal yang dipaparkan peneliti pada bagian penutup adalah kesimpulan, keterbatasan, dan saran.
5.1 Kesimpulan
1. Penelitian Tindakan Kelas PTK ini dilaksanakan dalam dua siklus yang bertujuan untuk meningkatkan sikap nasionalisme dalam pembelajaran
PKn dengan model Problem Based Learning bagi siswa kelas V A di SD Negeri Nanggulan tahun ajaran 20152016. Model PBL lebih membuat
siswa berpikir menganalisis suatu permasalahan yang diberikan guru dan mengaitkannya dengan informasi yang siswa peroleh. PBL dilaksanakan
dengan tahapan 1 guru menyampaikan masalah kepada siswa, 2 siswa mendiskusikan masalah dalam kelompok kecil, 3 anggota kelompok
melakukan curah pendapat berdasarkan pengetahuan awal mereka, 4 siswa dalam kelompok mengidentifikasi masalah, 5 kelompok membuat
perencanaan penyelesaian masalah, 6 siswa melakukan penelusuran informasi, 7 siswa kembali melakukan diskusi kelompok, 8 kelompok
menyajikan solusi permasalahan kepada teman sekelas, 9 teman sekelas bertanya atau memberi masukan, 10 anggota kelompok melakukan
pengkajian ulang. 2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
model Problem Based Learning PBL dapat meningkatkan sikap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI