Tinjauan Belajar LANDASAN TEORI

6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencangkup segala yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain akan menyebabkan proses perubahan. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan saja tetapi juga kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuian diri yang berasal dari faktor intern. Menurut Nana Sudjana 1989:28 mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti: berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap, dan tingkah lakunya, keterampilannya dan aspek lain yang ada pada individu. Sedangkan W.S Wingkel 2004:59 mendefinisikan belajar sebagai suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas, maka disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati secara langsung. Perubahan tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam hal pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang lebih baik bila dibandingkan dengan hasil sebelumnya. 1. Ciri-ciri Belajar Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut Djamarah 2002:15. Belajar mempunyai ciri-ciri berikut: a Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional; b Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; c Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara; d Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah e Perubahan mencangkup seluruh aspek perilaku. Menurut aliran humanis, bahwa setiap orang yang menentukan sendiri tingkah lakunya. Orang bebas memilih sesuai kebutuhannya, tidak terikat pada lingkungan. Belajar merupakan proses mengasimiliasi, menghubungkan dengan pengalaman atau bagian yang dipelajari dari pengertian yang dimiliki sehingga pengertiannya menjadi berkembang Sardiman, 2006:37. Hal ini sesuai dengan Wasty Sumarno yang dikutip dari Darsono 2000:18, bahwa tujuan pendidikan adalah membantu masing-masing individu mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri masing-masing. Berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan di atas, maka proses belajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan siswa merekonstruksi sendiri pengetahuannya dan menggunakan pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru sangat dibutuhkan untuk membantu siswa sebagai perwujudan perannya sebagai mediator dan fasilitator. 2. Prinsip Belajar Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa prinsip dalam belajar menurut Paul Suparno seperti yang dikutip oleh Sardiman 2006:38 yang dijelaskan sebagai berikut: a Belajar mencari makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami; b Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus; c Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hal dari perkembangan tetapi pengembangan itu sendiri; d Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fiksi dengan lingkungannya; e Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui subyek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang telah dipelajari. Untuk melengkapi berbagai pengertian dan makna belajar, perlu dikembangkan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Menurut Slameto 2003:27-28 terdapat beberapa prnsip yang perlu diketahui antara lain: a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar: a Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional; b Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional; c Belajar perlu lingkungan dimasa anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif; d Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. b. Hakekat belajar: a Belajar itu perlu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya; b Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, dan discovery; c Belajar adalah proses kontinguitas hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. c. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari: a Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. b Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai. d. Syarat keberhasilan belajar: a Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang; b Repetisi dalam belajar mengajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian, keterampilan, sikap itu mendalam pada siswa. 3. Teori-Teori Belajar Menurut Sardiman 2006:30-36 selama perkembangan psikologi kita banyak sekali mengenal aliran psikologi. Setiap aliran tersebut mempunyai pandangan sendiri mengenai belajar. Berikut ini adalah beberapa teori tentang belajar: a. Teori belajar menurut ilmu jiwa daya Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih daya itu dapat digunakan berbagai cara atau bahan. Misalkan untuk melatih daya ingat dalam belajar dengan menghafalkan kata-kata atau angka, dan istilah asing. b. Teori belajar menurut jiwa Gestalt Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian- bagian atau unsur-unsur. Sehingga dalam kegiatan belajar berawal dari pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh. Sehingga berdasarkan teori ini mudah atau sukarnya suatu pemecahan masalah tergantung pada pengamatan. Menurut aliran teori ini, seseorang belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara bagian unsur dalam situasi tertentu. c. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini terdapat dua teori yang terkenal yaitu teori konektionisme yang mengatakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan antar stimulus dan respon antara aksi dan reaksi dan teori conditioning yang mengemukakan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu kebiasaan karena adanya suatu tanda. Kondisi yang diciptakan merupakan syarat memunculkan refleks bersyarat. d. Teori konstruksivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah kontruksi bentukan kita sendiri. Secara konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan kita merupakan kontruksi dari apa yang kita ketahui dari suatu keadaan. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditinggalkan melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi seseorang yang belajar itu membentuk pengertian. Betterncount dalam Sardiman 2006:36 menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu. Jadi menurut konstruktivisme belajar adalah kegiatan yang aktif dimana subyek belajar membangun sendiri pengetahuannya, subyek belajar juga mencari sendiri makna dari suatu yang mereka pelajari. e. Teori belajar dari R, Gagne Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi adalah yang pertama, belajar adalah suatu proses yang memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasan, dan tingkah laku. Sedangkan definisi yang kedua, belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperolah dari instruksi.

B. Motivasi Belajar Siswa

Dokumen yang terkait

Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru akuntansi dan motivasi bejalar siswa : studi kasus siswa kelas X dan XI SMK YPKK 3 Sleman.

0 0 153

Hubungan antara persepsi siswa tentang media pengajaran dan kedisplinan belajar dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus kelas XI SMK YPKK 3 Sleman.

0 2 147

Pengaruh media pembelajaran dan metode mengajar mahasiswa praktikan PPL terhadap motivasi berprestasi : studi kasus SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta.

0 1 157

Hubungan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru dan kecerdasan emosional siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa SMK YPKK I Sleman, Yogyakarta.

0 1 155

Hubungan antara persepsi siswa tentang media pengajaran dan kedisplinan belajar dengan prestasi belajar akuntansi studi kasus kelas XI SMK YPKK 3 Sleman

0 2 145

Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru akuntansi dan motivasi bejalar siswa studi kasus siswa kelas X dan XI SMK YPKK 3 Sleman

0 1 151

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA, DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKTIVA TETAP SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK YPKK 2 SLEMAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 1 196

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU DAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA KOMPETENSI KEJURUAN AKUNTANSI KELAS XI SMK YPKK 1 SLEMAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 161

Pengaruh Minat Belajar dan Fasilitas Belajar Komputer terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Pemograman Web Siswa Kelas XI SMK YPKK 1 Sleman Tahun Ajaran 2010/2011.

0 1 125

Hubungan antara motivasi belajar dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar - USD Repository

0 0 143