Rangkuman Umpan Balik dan Tindak Lanjut

33 Kegiatan Pembelajaran 4 PERUMUSAN DAN PENGESAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Oleh: Drs. H. Haryono Adi Purnomo

A.Tujuan

1. Menjelaskan sejarah perumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Menjelaskan pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Menjelaskan arti penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bagi Bangsa dan Negara Indonesia 4. Menjelaskan semangat kebangsaan dan kebernegaraan seperti yang ditunjukkan oleh para pendiri negara dalam menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional negara kebangsaan

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Peserta dapat Menjelaskan perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Peserta dapat Menjelaskan pengesahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Peserta dapat Menjelaskan arti penting UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bagi Bangsa dan Negara Indonesia 4. Peserta dapat Menjelaskan semangat kebangsaan dan kebernegaraan seperti yang ditunjukkan oleh para pendiri negara dalam menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional negara kebangsaan

C. Uraian Materi 1. Perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Badan Penyelidik menyelenggarakan Sidang PlenoParipurna sebanyak dua kali atau periode yaitu periode pertama tanggal 29 Mei s.d 1 Juni 1945, dan periode kedua tanggal 10 s.d 17 Juli 1945. Pada Sidang Pleno pertama selama empat hari digunakan untuk menyampaikan “pemandangan umum” bagi para anggota. Hal itu sesuai dengan anjuran Ketua Badan Penyelidik agar para anggota menyampaikan pandangan- 34 pandangan tentang dasar negara Indonesia merdeka yang akan datang. Sebenarnya dalam sidang pertama ini ada beberapa orang pembicara, tetapi ada tiga orang yang secara dominan mempunyai pengaruh yaitu Muh. Yamin, Prof.,Dr., Mr. Supomo dan Ir. Sukarno Muh. Yamin, 1959:59. Sela waktu antara Sidang periode pertama 29 Mei s.d. 1 Juni 1945 dan periode kedua 10 Juli s.d. 17 Juli 1945 dimanfaatkan oleh tiga puluh delapan orang anggota Badan Penyelidik yang merangkap menjadi anggota Cuo Sangiin semacam Dewan Perwakilan Rakyat membentuk sebuah Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang, sehingga di sebut “Panitia Sembilan”. Pembentukan Panitia Sembilan ini sebagai tindak lanjut dari persetujuan dari para anggota Badan Penyelidik golongan Islam dan golongan kebangsaan untuk mencari persamaan wawasan tentang dasar negara Indonesia medeka. Tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan berhasil mencapai persetujuan atau permufakatan bersama yang tertuang dalam sebuah naskah yang dikenal dengan “Piagam Jakarta”, yang sering juga disebut “Jakarta Charter”. Sejarah menunjukkan bahwa Piagam Jakarta 22 Juni 1945itu kemudian ditetapkan menjadi Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan sedikit perubahan pada rumusan kalimat ...”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk- pemeluknya”... diubah dan ditetapkan menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” setelah melalui pembahasan secara seksama dan mendalam. Rumusan baru itu merupakan hasil kompromi antara golongan Islam dengan golongan kebangsaan dalam sidang Badan Penyelidik pada tangga 11 Juli 1945. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar dipimpin oleh Ketua Ir. Sukarno dalam rapatnya tanggal 11 Juli 1945 membentuk Panitia Kecil yang terdiri atas Ketua Supomo, anggotanya Wongsonegoro, Subardjo, Maramis. Singgih, Salim dan Sukiman tujuh orang. Kewajiban Panitia Kecil adalah merancang Undang-Undang Dasar dengan memperhatikan pendapat-pendapat yang telah dimajukan di Sidang maupun dalam rapat Panitia Perancang Undang- Undang Dasar Muh. Yamin, 1959:260. Dalam rapatnya tanggal 13 Juli 1945, Panitia Perancang Undang- Undang Dasar ini membentuk “Panitia Penghalus Bahasa” terdiri dari Husein Djajadiningrat, Agus Salim dan Supomo. 35 PenetapanPengesahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945 mengadakan sidang PPKI yang dihadiri oleh 27 orang di bawah kepemimpinan Bung Karno Ketua dan Bung Hatta Wakil Ketua. Dalam sidang PPKI tersebut telah diambil keputusan yang sangat penting bagi kehidupan negara yaitu: 1 Menetapkan dan atau mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang kemudian hari dikenal dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2 Memilih Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta masing-masing sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, 3 Sebelum terbentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Komite Nasional. PerubahanPenyempurnaan Rancangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Rancangan Undang-Undang Dasar hasil karya Badan Penyelidik Usaha- usaha Kemerdekaan Indonesia BPUPKI pada sidangnya pada tanggal 16 Juli 1945, setelah mengalami perubahan dan penyempurnaan, rancangan inilah yang kemudian ditetapkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perubahan dan penyempurnaan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut. 1 Pembukaan Istilah “Mukadimah” atau kata “Pembuka Undang-Undang Dasar” diganti dengan “Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945”. Kalimat...”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk- pemeluknya...” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Jadi rumusan “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk- pemeluknya” dihapuskan. 2 Perubahan pada pasal-pasal a Pasal 4: - Ayat 1: Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan ditambah dengan kata- kata “menurut Undang- Undang Dasar”.