URAIAN MATERI Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika
87
Persatuan sangatlah penting bagi sebuah negara yang ingin hidup sejahtera. Dengan persatuan pula sebuah negara bahkan bisa bersatu dengan
negara lain. Persatuan juga akan mewujudkan kerjasama yang baik diantara orang di dalamnya. Marilah kita ingat bersama semboyan negara kita “Bhinneka
Tunggal Ika ” yang megandung arti meskipun kita berbeda-beda tetapi kita tetap
satu. Seluruh warga Kesatuan Republik Indonesia sudah seharusnya
mengetahui, mempelajari,
mengembangkan, persatuan
bangsa dan
bernegarasesuai dengan cita-cita pendiri Bangsa Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa kiranya sangat penting komitmen terhadap semangat persatuan
dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasia dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
dan bersemboyan Bhineka Tunggal Ika.
Perwujudan Persatuan dan Kesatuan dalam Berbagai Kehidupan
Sebagai bangsa yang majemuk bangsa Indonesia harus mampu bergaul dalam rangka persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu memajukan pergaulan
demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-BHINNEKA TUNGGAL IKA. Wujud perilaku yang mencerminkan persatuan dan kesatuan tersebut adalah
sebagai berikut Al-Hakim, 2012 1Membina keserasian, keselarasan dan keseimbangan
2Saling mengasihi, saling membina dan saling memberi 3Tidak menonjolkan perbedaan, melainkan mencari kesamaan
4Menjauhi pertentangan dan perkelahian 5Menggalang Persatuan dan kesatuan melalui berbagai kegiatan
Semangat kekeluargaan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat yang ber-Bhinneka Tinggal Ika.
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang di samping sebagai makhluk individu pribadi juga sebagai makhluk sosial zoon politicon.
Sebagai makhluk pribadi setiap manusia berbeda dengan manusia yang lain. Walaupun demikian, manusia selalu mempunyai keinginan untuk berhubungan
dengan manusia lain, karena dia adalah makhluk sosial. Demikian bagi bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia adalah sebuah beluarga besar, yang berdiam di dalam rumah bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang masyarakat bercorak
88
Bhinneka Tunggal Ika. Mereka selalu bergaul dan bekerja sama serta saling bantu-membantu antara sesamanya.Sebagai keluarga besar, bangsa Indonesia
harus bahu-membahu yang dijiwai oleh semangat kekeluargaandan gotong royong yang selalu dikembangkan dan dipraktikkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Semangat kekeluargaan dan Gotong royong telah menjadi kebiasaan
bagi masyarakat Indonesia. Sikap ini telah lama berkembang sejak kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Sekarang, semangat kekeluargaan dan
gotong royong telah dipraktikkan dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari. Gotong royong, berarti bekerja bersama-sama, tolong-menolong dan
bantu-membantu secara ikhlas baik untuk kepentingan bersama maupun untuk keperluan orang-perorang. Segala tugas akan lebih ringan kalau kita kerjakan
secara bersama-sama yang dijiwai rasa saling memerlukan dan saling membantu.
Praktik semangat kekeluargaan dan gotong dapat kita temukan dalam berbagai kegiatan dan kehidupan masyarakat. Misalnya, di lingkungan keluarga,
Rukun TetanggaRukun Warga dan Desa, di Sekolah bahkan masyarakat bangsa dan Negara. Di samping itu, semangat kekeluargaan dan kegotong-
royongan juga kita kembangkan dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang keagamaan, keamanan, pertanian dan sebagainya.Begitu kuatnya sifat
kegotong-royongan yang membudaya di kalangan masyarakat kita. Bahkan di beberapa daerah telah terbentuk lembaga-lembaga kegotong royongan, seperti
misalnya “Sambatan”, “Njurung”, “Sinoman”, “Saya” di Jawa; Subak di Bali, Mapalus di Sulawesi Utara, dan kita yakin masih banyak lagi yang lain.
Semangat kekeluargaan dan gotong royong mengandung nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan oleh bangsa Indonesia yang beragam. Nilai-nilai luhur
gotong royong yang dimaksud, antara lain adalah: 1 adanya sikap kerja sama yang tinggi; 2 menjunjung tinggi sikap kekeluargaan; 3 sikap hormat-
menghormati teman kerja; 4 mengutamakan kerja keras; 5 mengutamakan kepentingan bersama; 6 kepentingan diri sendiri menjadi nomor dua.
Permasalahan yang timbul dalam keberagaman masyarakat yang Beragam.
Kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk memiliki beberapa implikasi positif dan negatif. Masyarakat Indonesia yang bercorak Bhinnekata
Tunggal Ika itu, pada dasarnya merupakan potensi kekayaan bangsa yang
89
menjadi energi kemajemukan dan demokrasi, namun di balik itu juga sangat rentan dengan konflik.
Kita harus menyadari bahwa kehidupan masyarkat Indonesia sangat majemuk dalam suku bangsa dan budaya. Keberagaman suku bangsa dan
budaya itu akan berdampak negatif, berupa timbulnya pertentangan antar budaya, jika tidak benar-benar ditangani secara tepat. Kehidupan bangsa
Indonesia yang beragam suku bangsa dan budaya, kadang-kadang diwarnai oleh konflik antar budaya. Hal itu terbukti dari timbulnya berbagai kerusakan
sosial, seperti
yang terjadi
di Jakarta,
Bandung, Tasikmalaya,
Situbondo, Ambon, Poso, Sambas, Aceh, Papua Irian Jaya, dan daerah- daerah lainnya.
Pada era reformasi sekarang ini, dampak negatif akibat keberagaman social budaya, antara lain sebagai berikut : a Menimbulkan krisis ekonomi dan
moneter yang berkepanjangan dan sulit diatasi , menyebabkan naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok serta rendahnya daya beli masyarakat; b
Menimbulkan konflik antar elite dan golongan politik, sehingga menghambat jalannya roda pemerintah dan pelaksanaan pembangunan; c Menimbulkan
konflik antar suku bangsa, antar golongan, atau antar kelas sosial. d Menimbulkan perubahan sosial dan budaya yang terlalu cepat, sehingga terjadi
perubahan nilai dan norma sosial, perubahan pranata dan lembaga sosial, perubahan pandangn hidup, perubahan sistem dan struktur pemerintahan, dan
sebagainya. Kondisi itu, menandakan bahwa masing-masing komponen keberagaman
masyarakatdaerah secara ideasional dan fisik, memiliki karakteristik yang berbeda yang sulit untuk berintegrasi. Masing-masing aktor keberagaman dan
pendukung kebudayaan daerah baca: suku-suku bangsa saling berupaya agar kebudayaan yang dihasilkan mampu bertahan sebagaimana kebudayaan-
kebudayaan daerah yang lain. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat terkadang justru berbeda dengan nilai-nilai budaya yang telah
disepakati oleh masyarakat di tempat dan lingkungan geografis lain. Belum lagi jika dikaitkan dengan pepatah Jawa:
“desa mawa cara” dan “kutha mawa tata” desa dan kota memiliki cara dan aturan sendiri-
sendiri, “lain lubuk, lain ikannya” Al-Hakim, 2015. Kondisi demikian bisa jadi akan berpengaruh terhadap cara
90
pandang mereka, ketika pola pikir lokal ditempatkan dalam kerangka pikir kehidupan berbangsa dan bernegara nasional.
Kenyataan tersebut relevan dengan temuan Berghe dalam Nasikun, 1993, Al-Hakim, 2015, yang menegaskan bahwa dalam masyarakat majemuk
memiliki karakteristik: 1 terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok- kelompok yang memiliki sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain; 2
memiliki struktur sosial yang terbagi dalam lembaga-lembaga yang bersifat non- komplementer; 3 kurangnya mengembangkan konsensus di antara para
anggota terhadap nilai-nilai yang bersifat mendasar; 4 secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok dengan kelompok lain; 5 secara relatif
integrasi sosial tumbuh di atas paksaan coersion dan saling ketergantungan; dan 6 adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok
lain. Karakteristik
tersebut sekaligus,
akan berimplikasi
munculnya permasalahan dalam keberagaman masyarakat yang harus menjadi perhatian
bersama, yakni munculnya permasalahan etnosentrisme, pikiran disintegarsi bangsa, konflik horisontal dan vertikal, kesenjangan sosial, kaya-miskin,
lemahnya nasionalisme, sekularisme, anarkhisme dan sebagainya. Implikasi lain, penanganan keragaman masyarakat juga memiliki
konsekuensi politis. Ketika persoalan keberagaman dipandang penting sebagai agenda berbangsa dan bernegara dengan demikian seringnya persoalan
keberagaman dimasukkan dalam konteks kehidupan berbangsa, berakibat penanganan masalah kegeragaman berubah menjadi argumen politik
pemerintah.