Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar negara
17
Lima prinsip sebagai dasar negara tersebut kemudian oleh Soekarno diusulkan agar diberi nama “Pancasila” atas saran salah seorang teman beliau
seorang ahli bahasa. Berikutnya Soekarno kelima sila tersebut bisa diperas
menjadi “Tri Sila yaitu: 1 sosio-nasionalisme yang merupakan sintesis dari Sila
kebangsaan dengan peri kemanusiaan, 2 Sosio-demokrasi yang merupakan sintesis dari Sila mufakat atau demokrasi dengan Kesejahteraan Sosial, dan 3
Ketuhanan yang berkebudayaan. Kemudian Tri Sila tersebut dapat diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong.
Lahirnya Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 panitia sembilan berhasil merumuskan dasar
negara yang diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter oleh Mr.
Mohammad Yamin yang merupakan persetujuan antara pihak Islam dan pihak kebangsaan yang dilaporkan dalam sidang BPUPKI kedua tanggal 10 Juli 1945.
Piagam Jakarta berisi: 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan
yang dipimpin
oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Masa Persidangan Kedua BPUPKI 10 – 16 Juli 1945
Pada sidang hari pertama muncul berbagai tanggapan mengenai bentuk
negara, yang akhirnya disetujui bahwa bentuk negara Indonesia adalah negara republik.
Sebagai ketua Panitia Kecil, Ir. Soekarno melaporkan berbagai usul yang
telah dirumuskan dalam Rancangan Preambul Hukum Dasar Piagam Jakarta yang telah ditandatangani oleh sembilan orang Panitia Kecil.
Menyetujui Rancangan Preambul yang sudah ditandatangani pada tanggal
22 Juni 1945, yaitu Piagam Jakarta.
Membentuk Panitia Kecil Perancang UUD, yang berkewajiban merumuskan rancangan isi batang tubuh UUD.
18
Berdasarkan dua keputusan tersebut berarti Panitia Perancang Undang-
Undang Dasar telah menyetujui Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD yang akan dipergunakan.
Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar
telah berhasil merumuskan rancangan Undang-Undang Dasar, yang kemudian hasilnya dilaporkan kepada Panitia Perancang Undang-Undang
Dasar. Tanggal 14 Juli 1945
Rapat Pleno Badan Penyelidik pada tanggal 14 Juli 1945 menerima laporan Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Selaku ketua, Soekarno
melaporkan tiga hasil rapat panitia yang meliputi: 1. Pernyataan Indonesia merdeka
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 3. Undang-Undang Dasar Batang Tubuh
Sidang Badan Penyelidik pada tanggal 16 Juli 1945 menerima secara bulat
seluruh Rancangan Hukum Dasar, yang sudah selesai dirumuskan dan disepakati sebagai Rancangan Hukum Dasar Negara Indonesia yang akan
didirikan, yang
memuat di
dalamnya Jakarta
Charter sebagai
Mukaddimahnya.
Tanggal 17 Juli 1945 BPUPKI telah menyelesaikan tugas yang telah diamanatkan dan kemudian dibubarkan dan kemudian dibentuk badan baru
yakni Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI atau “Dokuritsu Ziumbi Iinkai
”
Sidang PPKI 18 Agustus 1945
Untuk merealisasikan tujuan Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945 ketua dan anggota PPKI berkumpul untuk mengadakan sidang,
dimana pada sidang pertama ini dihasilkan beberapa keputusan penting sebagai berikut :
1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang
kemudian hari dikenal dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden RI dan Drs. Moh.
Hatta sebagai wakil presiden RI yang pertama. 3.
Membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum DPRMPR terbentuk.
19
Tanggal 18 Agustus merupakan perjalanan sejarah paling menentukan bagi rumusan Pancasila. Hari itu akan disyahkan Undang-Undang Dasar untuk
negara Indonesia merdeka. Sementara rumusan Pancasila menjadi bagian dari preambul pembukaan Undang-Undang Dasar negara tersebut.
Rumusan sila-sila Pancasila yang ditetapkan oleh PPKI dapat dilihat selengkapnya dalam naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.