Umpan Balik dan Tindak Lanjut
16
Berikut merupakan pandangan beberapa tokoh dalam perumusan Pancasila :
1 Mr. Mohammad Yamin Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar negara
Indonesia merdeka di hadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 yang diberi judul “Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia”. Mr.
Mohammad Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka yang intinya
sebagai berikut : Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, Kesejahteraan Rakyat.
Setelah menyampaikan pidatonya, Mr. Mohammad Yamin menyampaikan usul tertulis naskah Rancangan Undang-Undang Dasar. Di dalam Pembukaan
Rancangan UUD itu tercantum rumusan lima asas dasar negara yang berbunyi sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 4. Kerakyatan
yang Dipimpin
oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam
Perumusyawaratan Perwakilan 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
2 Mr. Soepomo Mr. Soepomo mengemukakan pemikirannya di sidang BPUPKI pada
tanggal 31 Mei 1945. Dalam pidatonya, Mr. Soepomo memberikan penekanan pada karakteristik negara persatuan, kebersamaan atau populer sebagai paham
integralistik. Secara garis besar dalam sidang ini Mr. Soepomo menyampaikan rumusan Pancasila sebagai berikut : Persatuan, Kekeluargaan, Keseimbangan
Lahir dan Batin, Musyawarah, Keadilan Rakyat 3 Ir. Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya yang terdiri dari lima asas sebagai berikut ini :
1. Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi 4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
17
Lima prinsip sebagai dasar negara tersebut kemudian oleh Soekarno diusulkan agar diberi nama “Pancasila” atas saran salah seorang teman beliau
seorang ahli bahasa. Berikutnya Soekarno kelima sila tersebut bisa diperas
menjadi “Tri Sila yaitu: 1 sosio-nasionalisme yang merupakan sintesis dari Sila
kebangsaan dengan peri kemanusiaan, 2 Sosio-demokrasi yang merupakan sintesis dari Sila mufakat atau demokrasi dengan Kesejahteraan Sosial, dan 3
Ketuhanan yang berkebudayaan. Kemudian Tri Sila tersebut dapat diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong.
Lahirnya Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 panitia sembilan berhasil merumuskan dasar
negara yang diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter oleh Mr.
Mohammad Yamin yang merupakan persetujuan antara pihak Islam dan pihak kebangsaan yang dilaporkan dalam sidang BPUPKI kedua tanggal 10 Juli 1945.
Piagam Jakarta berisi: 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan
yang dipimpin
oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Masa Persidangan Kedua BPUPKI 10 – 16 Juli 1945
Pada sidang hari pertama muncul berbagai tanggapan mengenai bentuk
negara, yang akhirnya disetujui bahwa bentuk negara Indonesia adalah negara republik.
Sebagai ketua Panitia Kecil, Ir. Soekarno melaporkan berbagai usul yang
telah dirumuskan dalam Rancangan Preambul Hukum Dasar Piagam Jakarta yang telah ditandatangani oleh sembilan orang Panitia Kecil.
Menyetujui Rancangan Preambul yang sudah ditandatangani pada tanggal
22 Juni 1945, yaitu Piagam Jakarta.
Membentuk Panitia Kecil Perancang UUD, yang berkewajiban merumuskan rancangan isi batang tubuh UUD.