Perolehan kembali recovery yang diperoleh Tabel IV menunjukkan hasil yang baik terutama standar adisi yang ditambahkan sebelum diinjek ke KCKT
karena tidak melewati ekstraksi, begitu pula standar adisi yang ditambahkan sebelum penguapan, ini dikarenakan proses penguapan dan pembilasan akhir memiliki resiko
yang kecil untuk kehilangan analit karena proses yang sederhana dan pendek. Pada standar adisi yang ditambahkan sebelum diekstraksi dengan diklorometan dan aseton,
recovery yang diperoleh lebih rendah karena pada proses ini merupakan proses yang paling beresiko akibat prosesnya yang rumit dan lebih panjang karena meliputi
ekstraksi, dan penyaringan. Dari Tabel IV diketahui bahwa proses ekstraksi dengan diklorometan dan
aseton sampai sebelum diuapkan dengan gas nitrogen terjadi kehilangan analit sebesar 14,0027 , sedangkan proses penguapan dengan gas nitrogen dan preparasi
sampai sebelum diinjek ke KCKT terjadi kehilangan analit sebesar 1,8863 . Keseluruhan ekstraksi mempunyai efisiensi 84,1110 . Dari data dapat dilihat bahwa
terjadi kehilangan analit akibat keseluruhan proses ekstraksi sebesar 15,8890 . Efisiensi ekstraksi secara keseluruhan memenuhi persyaratan perolehan kembali dan
koefisien variasi menurut Gonzáles and Herrador 2007.
D. Validasi Proses Ekstraksi
Proses validasi ekstraksi ini dilakukan dengan cara menambahkan standar adisi spiking kedalam sampel sehingga baik sampel maupun standar adisi ikut
proses ekstraksi. Standar adisi merupakan standar eksternal dengan konsentrasi yang
telah diketahui sebelumnya. Fungsi standar adisi disini pertama adalah untuk mengetahui jumlah analit dalam matriks sampel karena dalam matriks sampel
terdapat berbagai macam senyawa yang tidak diketahui secara pasti sehingga tidak dapat ditetapkan secara langsung; yang kedua karena tidak dapat dibuat suatu sampel
botol air minum tanpa BPA sebagai pembanding botol placebo sehingga penetapan kadar dilakukan dengan standar adisi.
Parameter validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah akurasi, presisi, linearitas dan pengaruh proses ekstraksi. Akurasi merupakan suatu parameter
validasi proses analisis yang menyatakan kaitan antara kedekatan suatu data yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan dengan data sebenarnya data teoretis
atau data referensi Ahuja and Rasmussen, 2007. Parameter akurasi pada penelitian ini dilihat dari recovery sampel yang ditambahkan standar adisi spiking lalu
dibandingkan dengan kadar sebenarnya yang diperoleh dari hasil penimbangan. Dari hasil yang didapatkan Tabel V, recovery semua sampel yang diadisi memenuhi
rentang menurut Gonzáles and Herrador 2007, yaitu 80-110. Presisi merupakan parameter validasi yang menerangkan kedekatan antara
suatu hasil yang didapat dalam beberapa kali seri pengukuran dalam satu sampel homogen Ahuja and Rasmussen, 2007. Presisi dinyatakan dalam CV yang
mempunyai rentang 11,3 pada konsentrasi analit sampai dengan 10 ppm Gonzáles and Herrador, 2007. Dari data yang didapatkan tabel V, semua CV masuk dalam
rentang sehingga dapat dikatakan presisinya baik.
Tabel V. Akurasi dan presisi sampel BPA dalam botol
Sampel Rata rata
recovery CV
Blanko -
8,1512 1 µgmL
82,7990 6,2478
1,5 µgmL 85,9052
2,1823 2 µgmL
82,5516 5,6864
3 µgmL 84,2464
6,1756 5 µgmL
80,2368 3,0007
Linearitas merupakan parameter validasi yang menjelaskan hasil yang proporsional dan representatif dengan konsentrasi analit dalam sampel. Minimal
dibutuhkan 5 titik untuk menentukan linearitas Ahuja and Rasmussen, 2007. Dalam penelitian ini digunakan 5 titik untuk menentukan linearitas tabel V dan kisaran
linearitas yaitu ≥0,98 untuk impurity Ahuja and Dong, 2005. Dari linearitas yang
diperoleh tabel VI, didapatkan bahwa semua linearitas masuk dalam kisaran yang diperbolehkan.
Tabel VI. Linearitas sampel dengan adisi
Linearitas r
Replikasi I 0,9995
Replikasi II 0,9959
Replikasi III 0,9990
Rata-rata 0,9981
Pengaruh proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan uji beda untuk melihat apakah kurva yang dibandingkan berbeda signifikan atau tidak berbeda
signifikan. Kurva adisi idealnya tidak berbeda signifikan dengan kurva baku standar yang menandakan proses ekstraksi dan preparasi tidak menghilangkan atau
memberikan pengotor terhadap analit sehingga prosedur ekstraksi dan preparasi dikatakan baik. Sebaliknya, apabila didapat hasil yang berbeda signifikan, maka
prosedur ekstraksi dan preparasi yang dilakukan memberikan pengaruh, entah itu menghilangkan analit ataupun mengotori analit. Kurva baku standar dijadikan suatu
patokan karena pada kurva baku standar analit berada pada kondisi murni dan bebas dari pengotor ataupun resiko kehilangan karena preparasi yang sederhana sehingga
kadar terbaca secara tepat oleh KCKT. Penentuan pengaruh proses ekstraksi ini menggunakan uji t dengan cara
membandingkan slope antara kurva baku standar dengan kurva adisi yang direplikasi tiga kali. Untuk mencari parameter uji t seperti standar deviasi dan b slope
digunakan program powerfit Universiteit Utrecht Faculteit Scheikunde.
Tabel VII. Uji t antara slope kurva baku standar BPA dengan kurva adisi sampel botol
Uji t t
Hasil
Replikasi I 0,3199
Tidak Signifikan
Replikasi II 2,1470
Tidak Signifikan
Replikasi III 1,9266
Tidak Signifikan
Dari hasil uji t pada tabel VII terlihat bahwa semua kurva adisi memberikan hasil yang tidak berbeda signifikan sehingga dapat dikatakan proses ekstraksi tidak
memberikan pengaruh terhadap analit secara statistik dengan taraf kepercayaan 95. Hasil yang didapat ini dapat dikatakan bahwa proses ekstraksi yang dillakukan dapat
dikatakan baik karena tidak mempengaruhi keberadaan analit yaitu tidak mengurangi analit ataupun menambah pengotor secara signifikan.
E. Penetapan kadar dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT 1. Analisis kualitatif