berbeda dengan hewan pengerat akibat proses resirkulasi enterohepatik yang menyebabkan waktu paruh yang lebih lambat yaitu antara 15 sampai 22 jam
Aschberger et al., 2010. Ditemukan pula fakta lain bahwa konsentrasi BPA tidak akan berkurang dengan cepat dengan puasa Stahlhut, Welshons, and Swan, 2009.
3. Dampak BPA
Sejumlah efek dari BPA pada hewan uji telah banyak diteliti terutama dengan target organ yang meliputi usus, hati dan ginjal. Efek yang lebih terlihat pada
pemejanan BPA berupa efek secara fisik, saraf dan perubahan pada perkembangan sifat atau tingkah laku. BPA bersifat sebagai oesterogen lemah dimana mempunyai afinitas
yang lebih lemah terhadap reseptor oesterogen ERα dan ER daripada oesterogen endogen dan secara cepat dimetabolisme oleh tubuh menjadi BPA-glukoronid dimana
secara hormon tidak aktif. Namun BPA mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor esterogen-terhubung ERR-
, dimana afinitas yang tinggi inilah yang dilaporkan mengganggu kinerja dari endokrin Endocrine Discrupting Chemical
INFOSAN, 2009. Sebagai Endocrine discrupting chemical, BPA berperan sebagai agen eksogen
yang mengganggu produksi, pelepasan, transportasi, metabolisme, pengikatan, aksi, maupun eliminasi dari hormon alami US FDA, 2008. BPA digolongkan sebagai
oesterogen lingkungan yang lemah weak environmental oesterogen dikarenakan BPA berikatan dengan reseptor oesterogen alfa dan beta dengan kekuatan ikatan 10.000-
100.000 kali lipat lebih lemah daripada 17 -oestradiol hormon alami Aschberger et al., 2010. Beberapa penelitian dilakukan sehubungan dengan pemejanan dosis kecil
BPA dan efek merusaknya pada jaringan yang berhubungan dengan androgen atau oesterogen, misalnya sistem imun, tiroid dan sistem saraf. Penelitian tersebut
melaporkan bahwa BPA dapat menstimulasi aforemention cellular response pada dosis kecil baik lewat mekanisme genomik reseptor inti oesterogen ataupun non-genomik
berhubungan dengan membran atau transduksi intraseluler Wetherill et al., 2007. Dilaporkan pula efek dari BPA mungkin dimediasi lewat reseptor permukaan sel
oesterogen GPR30. BPA diketahui pula eku ipoten dengan 17 -oestradiol dan
dietilstilbestrol Alonso-Magdalena, Laribi, Ropero, Fuentes, Ripoll, Soria et al., 2005 dan menunjukkan sifat merusak sifat normal reseptor inti hormon oesterogen di
pankreas Adachi, Yasuda, Mori, Yoshinaga, Aoki, Tsujimoto et al., 2005. Penelitian di laboratorium membuktikan bahwa pemejanan dengan level
tinggi selama masa kehamilan danatau laktasi menunjukkan efek berupa kurangnya daya hidup, masalah pada berat badan, pertumbuhan, dan masa awal pubertas yang
tertunda pada tikus jantan dan betina. Efek ini terlihat pada dosis yang sama dimana pada dosis ini menimbulkan penurunan berat badan pada hewan yang mengandung.
Dosis yang tejadi dapat dihubungkan dengan efek: pubertas yang terlambat ≥50
mgKgBB.hari ; pertumbuhan yang lambat ≥300 mgKgBB.hari; berkurangnya daya
hidup ≥500 mgKgBB.hari NTP-CERHR, 2008. Studi pada mencit dan tikus telah membuktikan bahwa paparan BPA pada
uterus dapat menyebabkan perubahan susunan bentuk payudara pada remaja dan dewasa Durando, Kass, Piva Sonnenschein, Soto, Luque et al. 2007; Murray, Maffini
,
Ucci
,
Sonnenschein, and Soto, 2007; Moral, Wang, Russo, Lamartiniere, Pereira, and Russo, 2008. Pada kelenjar susu mamalia prenatal yang dipaparkan BPA, secara
spesifik dilaporkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah struktur epithelial yang belum terdiferensiasi, peningkatan jumlah reseptor progesterone receptor-positive PR
+, penurunan tingkat apoptosis dan meningkatkan sensitivitas estradiol Murray et al., 2007; Moral et al. 2008. Pada hewan prenatal yang dipaparkan BPA juga
menunjukkan peningkatan jumlah saluran hiperplastik pada hewan dewasa Durando et al., 2007; Murray et al., 2007, lebih pekanya hewan dewasa terhadap paparan BPA
yang bersifat karsinogen Durando et al., 2007, serta meningkatkan luka neoplasik pada payudara Murray et al., 2007.
Efek pada prostat atau jalur reproduksi laki-laki terjadi pada dosis 2 µgKgBB.hari; pada dosis 475mgKgBB.hari menunjukkan keterlambatan dalam onset
pubertas pada tikus jantan dan betina namun tidak ada pengaruhnya pada kesuburan. Beberapa studi juga melaporkan bahwa perlakuan dengan BPA selama masa
pertumbuhan dapat menyebabkan perubahan sifat dan perkembangan otak pada tikus. Pada studi karsinogenisitas yang dilakukan dibawah US National Toxicology Program
menggunakan mencit F344 dan B6C3F1 menunjukkan pertumbuhan kecil leukemia dan sel tumor testikular interstisial pada tikus jantan. Pada penelitian lainnya,
percobaan secara in vivo membuktikan bahwa tidak terdapat aktivitas androgenik maupun anti-androgenik dari BPA INFOSAN, 2009.
LD
50
yang ditetapkan untuk tikus secara oral adalah sebesar 3250 mgkg, sedangkan pada mencit secara per oral adalah 2400 mgkg dan peritoneal sebesar 150
mgkg, pada kelinci ditemukan 2230 mgkg secara per-oral dan pemejanan kulit 3 mLkg. Pada hamster 4000 mgkg secara oral serta pada mamalia umumnya 6500
mgkg Sigma-Aldrich, 2004. Menurut penelitian Pant and Deshpande 2012, LD
50
bisfenol A adalah sebesar 841 mgkg i.p. dan 35,26 mgkg i.v. pada tikus.
D. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT