24 Agama merupakan sistem kepercayaan yang dianut oleh komunitas atau
sekelompok yang berguna sebagai sarana mediasi antara kelompok tersebut dengan Penciptanya yang dipercayai sebagai nenek moyang. Pada zaman dahulu masyarakat
Pakpak mengenal sistem kepercayaan animisme kepercayaan kepada nenek moyang. Sebelum masuknya agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, masyarakat
Pakpak mengenal sistem kepercayaan yang disebut dengan Pambi. Kepercayaan ini merupakan suatu aliran kepercayaan Pakpak zaman dulu yang mengatur tentang
kebudayaannya, dalam hal ini Pambi sangat berperan penting sebagai pengatur interaksi manusia dengan roh-roh nenek moyang. Dapat dikatakan bahwa Pambi
adalah agama asli dalam suku Pakpak dan masyarakat yang menganut sistem Pambi disebut masyarakat Pambi. Namun karena adanya penyebaran agama yang dilakukan
oleh misionaris ataupun pedagang-pedagang Arab maka sebagian besar masyarakat Pakpak kini sudah memeluk agama sekuler. Saat ini agama Pambi sudah mulai sedikit
tergeser kedudukannya.
2.4.1 Kepercayaan terhadap dewa-dewa
Sebelum agama masuk dalam masyarakat Pakpak, masyarakat mempercayai kekuatan alam gaib dan percaya bahwa alam adalah sumber kehidupan. Masyarakat
Pakpak percaya terhadap Debata GuruBatara Guru yang dikatakan dalam bahasa Pakpak SitempaSinembe nasa si lot yang artinya maha pencipta segala sesuatu yang
ada di bumi ini yang diklasifikasikan atau diistilahkan sebagai berikut: Debata Guru Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan melindungi,
yaitu : 1.
Beraspati Tanoh.
Universitas Sumatera Utara
25 Diberi simbol dengan menggambar cecak yang berfungsi melindungi segala
tumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orang tua menebang pohon bambu, kayu atau tumbuhan lainnya, maka ia harus meminta izin kepada Beraspati Tanoh.
2. Tunggung Ni Kuta
Tunggung Ni Kuta diyakini memiliki peranan untuk menjaga dan melindungi kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya. Oleh karena hal tersebut,
maka tunggung ni kuta memberikan kepada manusia beberapa benda yaitu sebagai berikut :
a. Lapihen, terbuat dari kulit kayu yang didalamnya terdapat tulisan-tulisan yang
berbentuk mantra atapun ramuan obat-obatan serta ramalan-ramalan. b.
naring, wadah yang berisi ramuan sebagai pelindung kampung. Apabila satu kampung akan mendapat ancaman, maka naring akan memberikan pertanda berupa
suara gemuruh ataupun siulan. c.
Pengulu balang, sejenis patung yang terbuat dari batu yang memiliki fungsi untuk memberikan sinyal atau tanda berupa gemuruh sebagai pertanda gangguan, bala,
musuh, atau penyakit bagi masyarakat suatu desa. d.
Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam di dalam tanah yang bertugas mengusir penjahat yang datang.
e. Sembahen Ni Ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya yang diyakini
dapat menggangu kehidupan dan sekaligus dapat melindungi kehidupan manusia apabila diberi sesajen.
f. Tali Solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai kepala ular yang
digunakan untuk menjerat musuh.
Universitas Sumatera Utara
26 g.
Tongket Balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran lebih kurang satu meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan dipergunakan untuk menerangi
jalan. h.
Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan musuh. i.
Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai dan danau. j.
Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau dan air.
2.4.2 Kepercayaan terhadap roh-roh