9
1.2 Pokok Permasalahan
Adapun pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah struktur melodi dalam Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka ? 2.
Bagaimanakah tekstual pada Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka ? 3.
Bagaimana analisis musikal Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1.
Mengkaji dan mengetahui struktur melodi Nangan Si tapisuria Turang Si Palameka. 2.
Untuk mengkaji makna tekstual Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka. 3.
Untuk menganalisis aspek-aspek musikal Nangan Si Tapisuria Si Palameka.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah : 1.
Untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan Pakpak. 2.
Untuk tambahan pendokumentasian seni yang telah lama dikenal dalam masyarakat Pakpak.
3. Sebagai sumber referensi bagi peneliti lain yang akan mengangkat judul tentang
Nangan. 4.
Sebagai wujud ilmu yang sudah di peroleh oleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 konsep
Universitas Sumatera Utara
10 Konsep merupakan penggabungan dan perbandingan bagian-bagian dari suatu
penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten Koentjaraningrat 2009:85.
Sedangkan konsep menurut R. Merton dalam Koetjaraningrat 1983:21 merupakan definisi dari apa yang perlu diamati; konsep menentukan antara variabel-variabel
mana kita ingin menentukan adanya hubungan empiris. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat 2008:58, kajian atau
analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Berdasarkan defenisi diatas kata analisis dalam karya ilmiah ini berarti hasil penguraian dari objek penelitian. Melodi dan teks
dalam Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka yang telah diperoleh oleh penulis akan diuraikan agar mendapatkan atau memperoleh pengertian dan pemahaman
tentang Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka tersebut secara keseluruhan. Musikal, yaitu kata sifat dari kata musik. Dikatakan bersifat musik karena di
dalamnya terdapat hal-hal yang kita anggap sebagai musik, walaupun masyarakat pendukung budaya tersebut tidak mengakui bahwa sesuatu itu adalah musik acuan
dari pendapat Malm, 1977:4. Musik diartikan oleh American College Dictionary Text Edition Merriam 1964:27 sebagai: An art of sound in time which expresses
ideas and emotions in significant forms through the elements of rhythm, melody, harmony, and color. Definisinya secara harfiah yakni suatu seni bunyi dalam waktu
yang bersamaan mengungkapkan berbagai ide dan emosi dengan bentuk -bentuk yang berarti melalui elemen-elemen dari ritme, melodi, harmoni, dan warna. Berdasarkan
dua pengertian musik di atas, dapat disimpulkan bahwa musikal adalah suatu hal yang berkaitan dengan hasil pikiran dan perasaan di mana mengandung kombinasi bunyi-
Universitas Sumatera Utara
11 bunyian ritme, melodi, harmoni, dan warna dan berbagai ide serta emosi. Dalam
tulisan ini yang menjadi aspek musikal adalah rangkaian nada dalam Nangan, keras atau lembut suara yang dikeluarkan oleh si Penukut, ritem dan durasi nada dalam
Nangan tersebut. Tekstual merupakan hal-hal yang berkaitan dengan teks atau tulisan atau isi dari
suatu karangan. Dalam musik vokal, teks disebut dengan liriksyair. Liriksyair merupakan susunan kata-kata dalam sebuah nyanyian yang berisikan curahan
perasaan. Lirik tersebut akan menghasilkan makna yang tersirat KKBI edisi kedua tahun 1995.
Teks atau syair dari nyanyian tersebut akan menghasilkan suatu makna. Makna tersebut adalah suatu yang tersirat dibalik bentuk dan aspek isi dari suatu kata atau
teks yang kemudian terbagi menjadi dua bagian, yaitu makna konotatif dan makna denotatif. Makna konotatif adalah makna kata yang terkandung arti tambahan makna
yang tidak sebenarnya, sedangkan makna denotatif adalah kata yang tidak mengandung arti tambahan atau disebut dengan makna sebenarnya Keraf, 1991:25.
Makna yang dimaksud dalam tulisan ini ada dalam teks Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka tersebut.
1.4.2 Teori
Teori digunakan sebagai penuntun dan pedoman dalam membahas permasalahan yang akan di jabarkan.
Kerlinger dalam Sugiono 2009:79, mengemukakan: Theory is a set of interrelated construct concepts, definitions, and proposition that present a
systematic view of phenomena by specipying relations among variabels, with purpose of explaining and predicting the phenomena. Artinya secara harfiah, teori adalah
Universitas Sumatera Utara
12 sebuah hubungan konsep, defenisi, proposisi yang menunjukkan suatu urutan yang
sistematis dengan fenomena yang menggambarkan hubungan variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut. Dari tulisan di atas penulis akan
menggunakan teori guna untuk membahas dan mendukung jawaban dari pokok permasalahan.
Untuk menganalisis melodi Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka penulis menggunakan teori weighted scale bobot tangga nada yang dikemukakan oleh
William P. Malm Malm dalam terjemahan Takari 1995:15. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi yaitu:
1. tangga nada
5. Jumlah interval 2.
nada dasar pitch center 6. Pola-pola kadensa
3. wilayah nada
7. Formula-formula melodik 4.
jumlah nada-nada 8. Kontur
Untuk menggambarkan melodi Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka dalam bentuk notasi, penulis menggunakan metode transkripsi. Transkripsi merupakan
proses penotasian bunyi yang didengar dan dilihat. Dalam mengerjakan transkripsi penulis menggunakan notasi musik yang dinyatatakan Seeger yaitu notasi preskriptif
dan deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi
deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi melodi nangan yang belum diketahui
oleh pembaca. Berdasarkan penjelasan yang terdapat di atas, penulis akan menggunakan notasi
deskriptif. Dalam hal ini penulis akan menyampaikan atau memberikan informasi
Universitas Sumatera Utara
13 tentang Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka dengan detail agar jelas tujuan dari
komposisi Nangan tersebut. Salah satu sistem yang terlihat jelas dalam suatu kebudayaan musik dunia adalah
pengajarannya yang diwariskan dari mulut ke mulut oral tradition Nettl 1973:3. Dengan demikian pewarisan kebudayaan melalui mulut ke mulut dapat menciptakan
hasil kebudayaan musik yang berbeda dari setiap generasi. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai hal yang menarik untuk diteliti dan harus diketahui tentang materi-
materi lisan dan variasi ragam musik yang menggunakan istilah-istilah ideal dari suatu kebudayaan musik itu sendiri.
Dalam melodi vokal Nangan, teks merupakan karakteristik yang penting lainnya, dimana melodi Nangan yang sama dinyanyikan dengan teks yang bervariasi
strophic. Dalam Nangan si Tapisuria turang si Palameka mempuyai melodi yang sama
pada saat dinyanyikan, namun teksnya mempuyai variasi yaitu pada bagian benda - benda yang diminta oleh adik si Palameka yaitu si Tapisuria. Pada nyanyian pertama
lagu tersebut si Tapisuria meminta rabi munduk, dan kudung-kudung, pada nyanyian yang kedua, si Tapisuria meminta ucang-ucang dan kalung-kalung. Nangan tersebut
akan berakhir ketika si anak yang akan ditidurkan sudah tertidur lelap, namun jika belum tidur, si Penukut akan terus bercerita dan bernyanyi dengan benda yang
berbeda yang diminta oleh si Tapisuria, benda tersebut adalah benda keperluan perempuan. Studi teks juga memberikan kesempatan dalam menemukan hubungan-
hubungan antara aksen bahasa dan aksen musik sebagai reaksi musikal Nettl 1977:9. Untuk menganalisa struktur teks Nangan, di sini penulis berpedoman pada teori
William P. Malm. Malm menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap
Universitas Sumatera Utara
14 nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya
bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatik. Dalam mendalami makna-makna tekstual dalam musik vokal Nangan, penulis
menggunakan teori semiotik. Teori semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan. Panuti Sudjiman dan Van Zoest dalam Bakar 2006:45-51
menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar. Menurut Ferdinand De Saussure perintis semiotika dan ahli
bahasa, semiotik adalah the study of “the life of signs within society”. Secara harafiah
dapat diartikan dengan studi dari tanda-tanda kehidupan dalam masyarakat. Berdasarkan pendapat-pendapat yang ada di atas, akan mengarahkan penulis untuk
menganalisis makna tersurat dan tersirat dalam musik vokal Nangan di balik penggunaan lambang dalam kehidupan Suku Pakpak di Desa Lae Sireme Kecamatan
Tigalingga.
1.5 Metode Penelitian
Menurut Koetjaraningrat 2009:35, metode ilmiah dari suatu pengetahuan merupakan segala cara yang digunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu
kesatuan. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip
dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran Mardalis 2006:24. Jadi, metode penelitian adalah segala cara yang digunakan untuk
memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan tersistematis untuk mewujudkan kebenaran, pengetahuan dan informasi dalam objek penelitian. Dalam melaksanakan
penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif yang bersifat mengumpulkan,
Universitas Sumatera Utara
15 mengkhususkan, dan menerangkan data dengan penguraian makna-makna dengan
mewawancarai beberapa informan.
1.5.1 Studi pustaka
Koentjaraningrat 2009:35 menyatakan bahwa studi pustaka bersifat penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dengan adanya studi pustaka, penulis sebagai peneliti pemula atau awam diperkaya dengan informasi-informasi pendukung awal dalam berbagai sumber buku yang
berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Ilmu Etnomusikologi mengajarkan bahwa ada dua sistem kerja dalam penelitian,
yaitu desk work kerja laboratorium dan field work kerja lapangan. Studi kepustakaan tergolong ke dalam kerja laboratorium. Di mana sebelum penulis
melakukan penelitian, penulis mengumpulkan data-data dan merangkum data-data yang telah didapat. Cara ini dimaksudkan untuk mempermudah penulis saat terjun
dan mengumpulkan data ke lapangan. Tahap awal yang penulis lakukan dalam studi kepustakaan adalah melakukan studi kepustakaan dengan cara mempelajari tulisan-
tulisan yang berhubungan dengan objek penelitian. Kemudian, penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari skripsi yang ada di Departemen
Etnomusikologi. Penulis juga mempelajari bahan lain seperti buku dari Badan Perpustakaan, Arsip dan dokumentasi Provinsi Sumatera Utara, dan artikel-artikel
lainnya yang mendukung penyelesaian tulisan ini. Penulis juga tidak ketinggalan dalam menggunakan teknologi informasi seperti internet sesuai dengan kemajuan
teknologi pada saat ini, yaitu dengan melakukan penelusuran data online di situs www.google.com dan website resmi Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi, penulis
mendapat banyak anjuran-anjuran atau informasi-informasi dari situs lain seperti
Universitas Sumatera Utara
16 www.wikipedia.com, repository Universitas Sumatera Utara, blog-blog, dokumen
PDF portable data file, dan lain-lain. Semua informasi dan data yang didapat baik melalui skripsi, buku, artikel, dan internet membantu penulis untuk mempelajari dan
membandingkannya untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
1.5.2 Penelitian lapangan
Menurut Harsja W. Bachtiar 1985:108, bahwa pengumpulan data dilakukan melalui kerja lapangan field work dengan menggunakan teknik observasi untuk
melihat, mengamati objek penelitian dengan tujuan mendapatkan informasi-informasi penting yang dibutuhkan.
Dalam hal ini, penulis juga langsung melakukan observasi ke Dusun Lae Salak, Desa Lae Sireme, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.
Penulis saat sampainya di daerah tersebut kemudian bertemu dengan seorang teman lama, kemudian menanyakan informasi tentang lagu-lagu yang sudah lama tidak
didengarkan oleh masyarakat Pakpak, lalu dia menanyakan kepada orang tuanya. kemudian penulis mencari informasi setelah itu menetapkan Ibu Rosintan sebagai
informan. Penulis dan langsung melakukan wawancara antara penulis dengan informan yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah penulis siapkan
sebelumnya. Wawancara pertama penulis lakukan yaitu pada saat penulis menjumpai informan
dikediamannya 31 Januari 2015, wawancara kedua dilakukan saat penulis merasa kurang terhadap informasi tentang musik vokal Nangan, yaitu dilakukan pada
keesokan harinya 1 Februari 2015, untuk mengumpulkan data yang akurat penulis kemudian melakukan wawancara yang ketiga 4 Februari 2015 dan setelah
Universitas Sumatera Utara
17 pengumpulan data dilakukan dengan wawancara telah dilakukan sebanyak tiga kali
kemudian penulis melakukan pencocokan data dengan melakukan wawancara terakhir kalinya 6 Februari 2015.
Wawancara yang dilakukan penulis yaitu dengan menggunakan alat perekam guna untuk merekam dan mendokumentasikan data yang akan dituliskan atau
dijabarkan. Perekaman yang dilakukan oleh penulis yaitu perekaman audio, dikarenakan
kurangnya alat
pendukung rekaman,
penulis hanya
dapat mendokumentasikan rekaman audio dari Nangan tersebut. Namun penulis juga
mendokumentasikan beberapa gambar dari benda-benda yang terdapat dalam teks vokal Nangan tersebut. Perekaman audio dan pengambilan gambar dilakukan dengan
menggunakan Handycam Canon type Legria FS 306.
1.5.3 Kerja laboratorium
Kerja laboratorium adalah saat dimana semua data yang didapat dari studi kepustakaan dan dilapangan digabungkan dan dilakukan sinkronisasi atau
pencocokan. Dalam kerja laboratorium ini kita juga akan melakukan pentranskripsian, yaitu mengubah musik vokal Nangan kedalam simbol notasi musik barat dan dalam
proses pentranskripsian penulis mencoba menggunakan simbol-simbol yang sederhana yang dapat dipahami pembaca dan dapat mewakili bunyi tersebut.
Setelah melakukan kerja laboratorium, penulis membuatnya menjadi sebuah tulisan ilmiah berbentuk skripsi sesuai dengan aturan penulisan sebuah karya ilmiah
yang sesuai dengan disiplin Ilmu Etnomusikologi.
Universitas Sumatera Utara
18
1.6 Lokasi Penelitian
Dalam pengumpulan data di lapangan, daerah yang menjadi lokasi penelitian penulis yaitu bertempatkan di Dusun Lae Salak, Desa Lae Sireme, Kecamatan
Tigalingga, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Alasan penulis memilih lokasi ini dikarenakan di daerah tersebut masih terdapat
Nangan yang berbeda dari Nangan yang sering didengarkan oleh masyarakat Pakpak yaitu Nangan Si Tapisuria Turang Si Palameka dan di daerah ini masih banyak
seniman-seniman yang memahami budaya Pakpak terutama Nangan. Nangan dalam masyarakat di daerah ini sebagai sarana untuk menghantarkan
anak-anak agar tidur lelap dan yang mendengarkan dapat juga menerima pesan tentang kehi dupan yang dapat di terapkan dalam kehidupan yang mendengarkan
Nangan tersebut nantinya, khususnya bagi anak-anak di daerah Dusun Lae Salak, Desa Lae Sireme, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
19
BAB II ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT PAKPAK, DI DUSUN LAE SALAK,
DESA LAE SIREME, KECAMATAN TIGALINGGA, KABUPATEN DAIRI, PROVINSI SUMATERA UTARA
2.1 Wilayah Budaya Pakpak
Suku Pakpak adalah suku yang terdapat di Sumatera Utara yang tepatnya di Dairi, Perbatasan Aceh, Parlilitan dan Pakpak Bharat. Suku Pakpak merupakan salah
satu bagian dari suku Batak. Masyarakat Pakpak adalah suatu kelompok suku bangsa yang terdapat di Sumatera Utara.
Gambar 2.1 Peta Lokasi Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi.
Dokumentasi: http:upload.wikimedia.orgwikipediaidthumb004.svg Secara tradisional wilayah komunitasnya disebut tanoh. Tanoh pakpak terbagi atas 5
wilayah, yaitu : 1.
Simsim, yaitu di daerah kabupaten Pakpak Bharat
Universitas Sumatera Utara