33 atau lamenta dalam istilah etnomusikologi yang disebut tangis mangaliangi bahasa
tutur tangis. 3.
Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan dihutan. 4.
Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengah-tengah kampung karena dianggap tidak sopan.
5. Rebun rana tabas atau mangmang yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa mantera
oleh guru Naiborhu, 2002:51.
2.7 Kesenian
Kesenian pada suatu daerah sangat dapat mmberikan gambaran terhadap daerah tersebut, seperti halnya masyarakat Pakpak. Masyarakat Pakpak memiliki
beberapa kesenian yaitu seni musik, seni suara, seni tari dan masyarakat Pakpak juga memiliki kesenian dalam bentuk kerajinan tangan.
2.7.1 Seni musik
Musik instrumen Pakpak dikenal dengan istilah oning-oningan dan genderang sisibah. Dalam ensambel oning-oningan terdapat beberapa instrumen antara lain
kalondang, kecapi, balobat, gendrang sipitu sedangkan dalam ensambel genderang sisibah instrumen yang digunakan yaitu sarune, balobat, kalondang, gendrang
sisibah susunan 9 buah gendang dan gong.
2.7.1.1 Genderang sisibah
Gendrang sisibah biasa dimainkan pada saat acara ritual atau sering disebut kerja njahat upacara dukacita. Genderang sisibah dalam adat disebut si raja
gemeruhguh yaitu sesuai dengan suara yang dihasilkannya dan situasi yang
Universitas Sumatera Utara
34 diiringinya, yaitu situasi ramainya acara juga besarnya acara tersebut. Berikut adalah
penjabaran tentang instrumen ensambel genderang dari ukuran terbesar hingga ukuran terkeci yaitu :
a. Gendang I, Si Raja Gumeruhguh suara bergemuruh dengan pola ritmis menginang-
inangi atau mengindungi induk. b.
Gendang II, Si Raja Dumerendeng atau Si Raja Menjujuri dengan pola ritem menjujuri atau mendonggil-donggili mengagungkan, mentakbiri, menghantarkan.
c. Gendang III sd VII, Si Raja Menak-menak dengan pola ritmis benna kayu sebagai
pembawa ritmis melodi menenangkan atau menentramkan. d.
Gendang VIII, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis menehtehi menyeimbangkan.
e. Gendang IX, Si Raja Mengapuh dengan pola ritmis menganak-anaki atau tabil sondat
menghalang-halangi. Namun terdapat juga nama lain dari instrumen ini dalam bentuk kelompok permainannya, yaitu untuk gendang I dan II disebut menginang-
inangi induk, untuk gendang II sampai VII disebut benna kayu pembawa lagu, dan gendang VII sampai IX disebut manganaki anak.
4
Dalam bentuk seperangkat, kesembilan gendang ini dimainkan bersama-sama dengan gung sada rabaan seperangkat gung yang terdiri dari empat buah, yaitu
panggora penyeru, poi yang menyahut, tapudep pemberi semangat dan pong- pong yang menetapkan. Instrumen lain yang dipakai adalah sarune double reed
oboe dan cilat-cilat simbal concussion. Dalam penyajiannya, ansambel ini hanya dipakai pada jenis upacara sukacita kerja mbaik saja pada tingkatan upacara terbesar
atau tertinggi saja.
4
Dikutip dari skripsi erni banjarnahor wawancara dengan bapak Pandapotan Solin tahun 2011
Universitas Sumatera Utara
35
2.7.1.2 Genderang silima