Pernyataan Informan tentang Diagnosa Penderita TB Paru di Puskesmas Desa Lalang

di puskesmas, jadi dikasih kartu gitu untuk ambil obat di sana nanti Pasien TB Pertamanya kan ke puskesmas Kampung Lalang sana daftar di ruang kartu itu kan, terus disuruh test dahak itu terus ditimbang. Kita kan udah ada kartu duluan, cuma gak di puskesmas desa lalang kartunya, tapi di Puskesmas Balam, karna kan daerah ini termasuk wilayah Sei Balam, cuma karna saya minta berobat lebih lanjut kan, jadi mereka kasih surat keterangan bahwa saya mau diperiksa dahak di sini, Hasil test dahak yg kemarin itu gak dikasih tau, kalo hasil dahaknya dikasih tau, ya saya gak perlu rontgen, dari puskesmasnya minta nomor tlpn saya, terus mereka bilang gini “kalo hasilnya negatif, gak kami kabari, tapi kalo positif kami kabari dlm waktu seminggu2 ini” gitu. Cuma hasilnya di tunggu 2 minggu gak ada hasil gitu kan, tapi saya merasa nggak enak dgn keadaan saya ini, ya jadi saya rontgen ke dr sugito itu, dapet hasilnya, terus dikasih surat disuruh ke puskesmas, jadi setelah itu, saya ngambil obat disini., Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui informan Staf PMK Dinkes mengatakan bahwa pemeriksaan terhadap penderita TB paru dilakukan berdasarkan anamnese dari dokter kemudian diperiksa, jika dinyatakan suspek maka dicatat sesuai formulir TB yang tersedia di puskesmas. Sedangkan informan lainnya semua mengatakan bahwa alur pemeriksaan pertama yaitu mendaftar di ruang kartu kemudian dilakukan pemeriksaan dahak, jika hasilnya positif maka diberikan pengobatan TB paru. Informan petugas TB paru mengatakan bahwa dalam penampungan dahak, pasien kadang tidak mengetahui cara menampung yang baik, sehingga terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil laboratoriumnya.

4.3.10 Pernyataan Informan tentang Diagnosa Penderita TB Paru di Puskesmas Desa Lalang

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Diagnosa Penderita TB Paru di Puskesmas Desa Lalang Informan Pernyataan Staf PMK Dinkes Sesuai dengan strategi DOTS tadi dengan pemeriksaan mikroskopis, satu-satunya pemeriksaan yang ada dipuskesmas adalah pemeriksaan mikroskopis. Untuk Universitas Sumatera Utara pemeriksaan suspek ada 3 kali pemeriksaan dahak yaitu SPS sewaktu-pagi-sewaktu. Sewaktu itu ketika pasien datang menyatakan keluhannya, kemudian pagi ketika dia bangun tidur, dan sewaktu lagi ketika besoknya dia mengantarkan dahak ke puskesmas. Kalo hasilnya positif langsung diobatin, kalo hasilnya negatif dengan rontgen positif dia juga diobatin, tapi kalo hasil nya negatif dengan rontgen negatif biasa nya gak diperiksa ulang dahaknya Kepala Puskesmas Diagnosa nya itu awalnya ya di fiksasi periksa dahak, terus diperiksa di lab untuk menentukan dia BTA+ atau gak, kalo dia BTA+ berati dia kena TBC, jadi disuruh lah untuk berobat disini dan minum obatnya selama 6-9 bulan, kalo yang negatif hasilnya tapi masih ada gejala, disuruh periksa rontgen lagi Petugas TB Dengan datang ke puskesmas dengan batuk 2 minggu lebih berdahak di suspek, dan ada kader juga mencari orang yang ada gejala yang sama atau sesuai dengan gejala TB, terus mereka bawa ke puskesmas ini. Gak pernah, kita cuma penyuluhan aja di posyandu jadi kalo ada keluhan orang itu datang ke puskesmas kecuali yang mangkir baru kami door to door, tapi karna ada PMO tadi, jadi yang mangkir sedikit. kalo target sih belum mencapai target, kenapa? karna kasusnya banyak di dapat dari luar, seperti praktek dokter, RS, jadi mereka pertama berobat disana terus disini tinggal ambil obat aja, kalo untuk suspek disini targetnya itu harus kita dapat 540 orang setahun dan untuk BTA+ 54 orang setahun atau 80. Disini hanya fiksasi aja, kalo untuk meriksa BTA+ di puskesmas Helvetia, nanti kalo udah tegak BTA+ dihubungi pasien untuk dating kemari dan dikasih pengobatan, tapi kalo yang negatif tidak dihubungi lah dek, tapi kalo ada gejala lagi pasti dia datang kan, dijelaskan lagi dan disuruh lah dia foto rontgen. Untuk MDR ada cuma 1 orang, dia 20 bulan makan obat, sekarang udah sembuh dia, kalo TB HIV gak ada, tapi kalo pemeriksaannya ada dilakukan disini untuk TB HIV 2-3 bulan sekali sama pasien nya. Untuk penanggulangan nya ya sebenarnya harus patuh makan obat dan tidak mangkir, baru sanitasi lingkungan seperti buang dahak jangan sembarangan. Dari penyataan informan di atas dapat diketahui terdapat kesamaan pendapat bahwa diagnosa TB paru sesuai DOTS yaitu dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis yang dilakukan 3 kali sewaktu-pagi-sewaktu, jika hasilnya positif atau hasilnya negatif dengan rontgen positif maka pasien diberikan obat. Universitas Sumatera Utara Informan petugas TB mengatakan bahwa mendiagnosa pasien TB yaitu melihat pasien yang berobat ke puskesmas dengan gejala batuk lebih dari 2 minggu maka di suspek ditampung dahaknya dan diperiksa ke laboratorium PRM Helvetia. Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif yaitu menunggu pasien datang berobat saja, tidak mencari pasien secara aktif door to door. Penemuan kasus TB di puskesmas belum mencapai target yang ditetapkan yaitu dengan penemuan kasus 540 orang dan BTA positif sebanyak 54 orang. Untuk kasus TB MDR pernah terjadi 1 kali dan pengobatannya selama 20 bulan sedangkan TB-HIV tidak ada ditemukan namun puskesmas melakukan pemeriksaan TB-HIV kepada pasien. 4.3.11 Pernyataan Informan tentang Pengobatan TB Paru Dengan Obat Anti Tuberkulosis OAT yang Diawasi Oleh PMO di Puskesmas Desa Lalang Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Pengobatan TB Paru Dengan Obat Anti Tuberkulosis OAT di Puskesmas Desa Lalang Informan Pernyataan Staf PMK Dinkes Pemberian pengobatan mudah-mudahan sesuai karna obatnya sudah jelas 1 orang 1 paket, begitu ditemukan dia pasien nya diobatin itu 1 pasien dapat 1 paket, nah tinggal kita sekarang terus-terusan menjaga dan memantau obat itu dihabiskan selama 6 bulan. Kalo pengawas menelan obat itu pasien yang menentukan dia segannya sama siapa, kecuali untuk pasien TB MDR itu harus petugas kesehatan langsung. PMO mengingatkan pasien untuk minum obat itu pagi-pagi 1 jam sebelum sarapan. Petugas TB Kalo obat-obatnya disini udah lengkap semua sesuai OAT yaitu kalo disingkat RHZE. Obat yang kategori 1 sama 2 ada, kalo kategori 2 pake RHZE ditambah pake eritromisin pengobatan 9 bulan, tapi kata dokter yang kategori 1 pengobatan nya 9 bulan, jadi kita buat juga 9 bulan. Terus kalo ngasih obat ke pasien harus udah sesuai berat badan dia terus diberi obatnya, karna prosedur OAT harus sesuai berat Universitas Sumatera Utara badan kan dek, dia gak pake kombipak tapi pake FDC yang lepas-lepas bungkusnya yang bisa diatur milligram nya, biasanya yang ada keluhan tambahan aja pake kombipak, seperti mual-mual, mata kuning, hepatitis. Sebenarnya bagusnya PMO itu umur muda lah yang umur 17-45 tahun yang ingatannya masih bagus lah, biar PMO nya tidak lupa dan PMO nya ya cuma sekali ngingatin minum obat pagi hari sebelum makan Pasien TB Ya untuk minum obat nya rutin lah 4 obat 1 hari itu, kalo obat lain gak ada dikasih cuma itu aja, vitamin beli-beli sendiri lah, obat paru-paru aja dikasih. Tadinya pertama minum obat waktu masih makan pertama lah dikasih obat yang merah itu 1 hari 4 biji saya gak sanggup tu, asal abis minum itu muntah, beberapa hari kayak gitu saya laporkan lagi, itulah dilaporkan terus dia bilang udah gak usah sekaligus makan obatnya, bisa pagi sore, 2 pagi 2 sore, baru gak papa. Sekarang kan udah pake warna kuning, gak ada masalah lah sekarang Pasien TB Obatnya itu cuma satu macam aja yg warna merah itu, cuma saya gak tau namanya. Kebetulan kan PMO saya itu adik, kalo untuk minum obat nya gak berat dan gak terganggu lah kalo diawasi minum obat, kadang adik, orang tua ngingetin minum obat, itu minum nya 1 jam sebelum sahur sudah di ingetin minum obat kalo puasa gini, Cuma kadang saya ingat sendiri untuk minum obat nya, kalo kendala dalam minum obat sih gak ada ya, karna kalo minum obat udah terbiasa Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa pemberian obat TB paru di puskesmas dalam strategi DOTS diberikan dalam bentuk FDC Fixed Dose Combination dengan mengatur jumlah obat yang diminum sesuai berat badan pasien TB, namun jika ada keluhan dalam menelan obat seperti mual-mual maka diberikan paket obat kombipak. PMO yang ditugaskan untuk mengawasi pasien menelan obat adalah orang yang disegani pasien dan berusia muda agar pasien patuh dalam minum obat sampai selesai, dan PMO mengingatkan pasien untuk menelan obat yaitu di saat pagi hari 1 jam sebelum sarapan. Universitas Sumatera Utara

4.3.12 Pernyataan Informan tentang Tugas Pengawas Menelan Obat PMO di Puskesmas Desa Lalang