Medan dan telah banyak mengikuti berbagai kegiatan seperti seminar TB paru, pertemuan-pertemuan secara rutin yang dilakukan di Pemerintah Kota Medan.
Pelatihan yang di dapat petugas TB paru yaitu mengenai pencatatan dan pelaporan, pelatihan dalam hal fiksasis slide, penjaringan terhadap suspek TB
paru, dan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Namun pelatihan yang di dapat oleh petugas TB paru hanya sekali saja.
Berdasarkan penelitian Juliani dkk 2012 pelatihan sangat penting untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan meningkatkan kinerja
pegawai. Pelatihan berjenjang dan berkelanjutan kepada tenaga kesehatan serta masyarakat yang terkait dalam upaya penanggulangan TB paru merupakan bagian
dari pengembangan sumber daya manusia, dengan adanya pelatihan yang berkelanjutan tersebut maka semua petugas TB di puskesmas diharapkan mampu
dalam meningkatkan angka penemuan penderita TB paru dan mencegah sedini mungkin terhadap kemungkinan menularnya TB paru ke orang lain.
5.1.3 Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari kegiatan program penanggulangan TB paru. Sarana
merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai
penunjang dalam melaksanakan suatu kegiatan. Fasilitas tersebut harus ada pada setiap puskesmas dan dalam kondisi yang baik atau tidak rusak, lengkap,
berkualitas dan jumlahnya yang mencukupi sehingga dapat membantu petugas dalam melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan suatu program selalu membutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung sehingga program tersebut dapat terlaksana sesuai
dengan yang telah direncanakan. Pelaksanaan program penanggulangan TB paru khususnya dalam penemuan kasus dan pemeriksaan dahak tidak terlepas dari
tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung keberhasilan program tersebut. Pelaksanaan program penanggulangan TB paru di Puskesmas Desa
Lalang diperlukan sarana, prasarana serta peralatan seperti persediaan OAT Obat Anti Tuberkulosis, alat transportasi, pot dahak, kaca sediaan, reagensia, dan
ruangan TB paru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Puskesmas Desa
Lalang telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai, dan pihak puskesmas telah memiliki ruangan khusus TB paru. Puskesmas Desa Lalang
hanya sampai melakukan fiksasi slide saja, tidak sampai pemeriksaan dahak secara mikroskopis sehingga sarana dan prasarana di puskesmas terbatas.
Peralatan yang dimiliki hanya pot penampungan dahak, kaca slide serta obat OAT, sedangkan untuk pemeriksaan dahak secara mikroskopis dirujuk ke PRM
Helvetia.
5.1.4 Pendanaan
Adanya pendanaan menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan suiatu program terutama dalam program penanggulangan TB paru. Ketersediaan
dana yang cukup akan menunjang proses pelaksanaan program agar efektif dan efisien, sehingga suatu program akan menjadi terhambat apabila dana yang
dibutuhkan tidak tersedia.
Universitas Sumatera Utara
Keterbatasan sumber
daya dapat
menjadi penghambat
dalam melaksanakan suatu kebijakan. Semakin besar dana yang dikeluarkan untuk
memperbaiki sebuah program, maka hasilnya pun akan semakin efektif, apabila dana yang diberikan seefisien mungkin dan semakin kecilnya dana yang
digunakan untuk sebuah program, maka program tersebut akan berjalan lambat, dan haslinya tidak akan efisien Wibowo, 2008.
Dalam era desentralisasi, pendanaan program kesehatan termasuk pengendalian TB paru sangat bergantung pada alokasi dari pemerintah pusat dan
daerah. Alokasi APBD untuk pengendalian TB paru secara umum rendah dikarenakan masih tingginya ketergantungan terhadap pendanaan dari donor
internasional dan banyaknya masalah kesehatan masyarakat lainnya yang juga perlu didanai. Rendahnya komitmen politis untuk pengendalian TB paru
merupakan ancaman bagi kesinambungan program pengendalian TB paru. Program pengendalian TB paru nasional semakin perlu penguatan kapasitas untuk
melakukan advokasi dalam meningkatkan pembiayaan dari pusat maupun daerah baik untuk pembiayaan program maupun biaya operasional lainnya sesuai
kebutuhan daerah. Saat ini struktur pembiayaan yang tersedia lebih banyak terpusat kepada aspek kuratif sedangkan pembiayaan untuk aspek promotif,
preventif dan rehabilitatif masih sangat kecil. Pendanaan dalam melaksanakan program penanggulangan TB paru di
Puskesmas Desa Lalang berasal dari BOK dinas kesehatan. Dinas Kesehatan mendapatkan dana dari APBD daerah serta donor dana dari Global Fund, KNCV
dan JKM CEPAT. Dana yang di peroleh puskesmas tersebut hanya untuk biaya
Universitas Sumatera Utara
mengantar slide ke PRM, penyuluhan, dan pengobatan, namun tidak ada di khususkan untuk penjaringan kasus dengan mengunjungi masyarakat secara
langsung. Dari hasil wawancara dengan dinas kesehatan bahwa dana dalam program TB paru masih minim dan belum memadai, hal ini dikarenakan dana
yang didapat hanya untuk pertemuan PPM, peningkatan diagnosa, dan supervisi, serta adanya pengurangan donor dana. Sementara itu dana yang diperoleh dari
donor Global Fund semakin berkurang dan akan berakhir pada tahun 2016 mendatang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Budiman 2012 yang mengatakan bahwa pelaksanaan pengendalian tuberkulosis dari aspek pendanaan sudah
memadai, sumber dana yang paling banyak berasal dari Global Fund. Kontribusi donor dana Global Fund sangat signifikan terhadap berjalannya kegiatan
pengendalian TB di kota Padang, sedangkan sumber dana dari pemerintah sangat minim. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah kota Padang menganggap dana
untuk kegiatan program sudah cukup besar dalam upaya pengendalian tuberkulosis di Kota Padang.
5.2 Proses Procces