Pencatatan dan Pelaporan dalam Monitoring dan Evaluasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Puskesmas Desa Lalang sudah memiliki persediaan obat yang cukup, Puskesmas mengambil persediaan obat ke PRM Helvetia. OAT yang diberikan melalui Instalasi Gudang Farmasi Kota Medan kepada Puskesmas Helvetia sebagai PRM dengan membuat permintaan obat ke dinas kesehatan dan dilanjutkan membuat permintaan ke instalasi gudang farmasi, kemudian diserahkan ke puskesmas satelit yang bekerjasama dengan PRM. Walaupun obat di puskesmas habis, maka petugas TB akan mencari obat TB paru ke puskesmas lain. Penderita maupun PMO yang berobat di Puskesmas Desa Lalang juga merasa tidak ada masalah dalam memperoleh obat TB paru di puskesmas, mereka hanya menunjukkan kartu berobat TB paru, kemudian di timbang dan langsung diberikan obat TB paru kepada pasien atau PMO.

5.2.4 Pencatatan dan Pelaporan dalam Monitoring dan Evaluasi

Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi kemajuan pasien dan hasil pengobatan. Sistem ini terdiri dari daftar laboratorium yang berisi catatan dari semua pasien yang diperiksa sputumnya, kartu pengobatan pasien yang merinci penggunaan obat dan pemeriksaan sputum lanjutan. Setiap pasien tuberkulosis yang diobati harus mempunyai kartu identitas penderita yang telah tercatat di catatan tuberkulosis yang ada di kabupaten. Kemanapun pasien ini pergi, dia harus menggunakan kartu yang sama sehingga dapat melanjutkan pengobatannya dan tidak sampai tercatat dua kali WHO. 1999. Prosedur penegakan diagnosis TB memerlukan waktu yang bervariasi, masa pengobatan yang panjang dan tidak sama lamanya, banyaknya jumlah OAT Universitas Sumatera Utara yang ditelan, efek samping yang mungkin ditimbulkan merupakan hal-hal yang menyebabkan perbedaan antara pencatatan dan pelaporan formulir yang ada selama ini. Hasil pencatatan dan pelaporan diperlukan untuk analisis kohort, menghitung indikator antara pemeriksaan biakan dan uji kepekaan OAT dan laporan hasil pengobatan. Selain itu pengawasan rutin harus dilakukan untuk memverifikasi kualitas informasi dan untuk mengatasi masalah kinerja petugas. Monitoring atau pengawasan akan membantu untuk menjamin agar program yang dilakukan dapat berjalan seperti yang diharapkan dan membantu tenaga serta pengawas untuk mempertahankan jumlah dan mutu pekerjaan yang diharapkan. Pengawasan yang baik adalah pengawasan yang tepat waktu, sederhana, minimal, dan luwes McMahon, 1999. Dinas Kesehatan Kota Medan memiliki 13 format laporan TB paru yang dimana laporan tersebut dibuat secara berjenjang dan berkesinambungan. Format laporan yang ada di puskesmas berupa TB 01 kartu pengobatan pasien, TB 02 Kartu identitas pasien, TB 03 Register TB KabupatenKota, TB 04 Register laboratorium TBC, TB 05 Formulir permohonan laboratorium TBC untuk pemeriksaan dahak, TB 06 Daftar suspek yang diperiksa dahak SPS, TB 09 Formulir rujukanpindah pasien TB, dan TB 10 Formulir hasil akhir pengobatan dari psien TB pindah, sedangkan formulir TB 07, 08, 11, 12, dan 13 itu dicatat di dinas kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa Puskesmas Desa Lalang telah melakukan pencatatan dan pelaporan. Formulir yang tersedia di puskesmas dicatat sesuai jumlah pasien yang berobat, dengan format laporan yang Universitas Sumatera Utara ada, selanjutnya petugas TB puskesmas harus sudah selesai mengisi laporannya sebelum tanggal 2 setiap bulan yang kemudian akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan sebelum tanggal 5 untuk diperiksa ulang oleh petugas dinas. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dalam pelaksanaan program TB paru dengan strategi DOTS yaitu dengan menginformasikan kepada petugas TB puskesmas untuk mengantarkan laporan TB setiap bulan sebelum tanggal 5 dan memberikan kelengkapan data TB secara berkala selama 3 bulan sekali yang dibagi dalam triwulan I, II, II, dan IV. Petugas akan memeriksa hasil kelengkapan data yang di lakukan oleh puskesmas dengan melihat formulir TB 06 dan TB 04, untuk mencegah terjadinya kesalahan petugas dalam menulis laporan. Apabila laporan dari puskesmas terlambat, maka petugas Dinas Kesehatan akan mengingatkan kepada petugas TB untuk mengantarkan laporan ke Dinas Kesehatan Kota Medan. Petugas dinas melakukan suvervisi ke puskesmas sekaligus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program TB paru. Pemantauan dan evaluasi harus dilakukan untuk meninjau langsung pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh puskesmas. Mengevaluasi efektifitas suatu program adalah menentukan nilai dari hasil yang dicapai oleh tim kesehatan. Evaluasi diadakan untuk mengetahui sejauh mana program yang dilaksanakan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan tenaga kesehatan. Informasi yang didapat untuk memperbaiki kuantitas, kualitas, aksesibilitas, efisiensi dari pelayanan kesehatan McMahon, 1999. Universitas Sumatera Utara

5.3 Keluaran Output