52
b. Studi kasus instrumental Penelitian pada suatu kasus unik tertentu, dilakukan untuk memahami
isu denganlebih baik, juga untuk mengembangkan, memperhalus teori. c. Studi kasus kolektif
Suatu studi kasus instrumental yang diperluas sehingga mencakup beberapa kasus. Tujuannya adalah untuk mempelajari fenomena
populasikondisi umum dengan lebih mendalam. Karenamenyangkut kasus majemuk dengan fokus baik di dalam tiap kasus maupun antar
kasus, studi kasus ini sering juga disebut studi kasus majemuk, atau studi kasus komparatif.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan studi kasus intrinsik karena peneliti tertarik dengan kemampuan resiliensi guru yang dapat bertahan lama mengajar di
Paluh Merbau dan penelitian tersebut tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-konsepteori ataupun tanpa ada upaya menggeneralisasi.
B. RESPONDEN PENELITIAN DAN LOKASI PENELITIAN
1. Partisipan Penelitian
a. Karakteristik responden penelitian
Karakteristik responden yang akan digunakan dalam penelitian telah disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan diteliti, yaitu:
1. Guru sekolah dasar SD yang mengajar di SDN 107396 Paluh Merbau. 2. Telah lama mengajar di Paluh Merbau
3. Bukan merupakan warga Paluh Merbau
53
b. Jumlah Responden Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel 2 dua orang guru Sekolah Dasar yang telah lama mengajar di pesisir Paluh Merbau. Alasan pengambilan sampel ini
yaitu karena dalam penelitian kualitatif sesuai dengan studi kasus yang dipaparkan oleh peneliti dan kesanggupan dari peneliti. Responden pertama merupakan guru
yang mampu bertahan mengajar di Paluh Merbau sejak tahun 1996 dan berasal dari lokasi yang jauh dari pesisir Paluh Merbau yakni Kota Medan. Sedangkan
responden kedua merupakan guru yang telah mengajar di Paluh Merbau sejak tahun 1989 dan berasal dari lokasi yang jaraknya tidak jauh dari lokasi penelitian.
c. Prosedur Pengambilan Responden
Dalam Poerwandari 2007 dijelaskan bahwa teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan pengambilan sampel kasus tipikal dimana
partisipan dipilih karena secara tipikal dapat mewakili fenomena yang diteliti. Pada awalnya, peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah SDN
107396 Paluh Merbau. Dari beliau, peneliti mengetahui bahwa guru yang mengajar di sana mayoritas berasal dari Paluh Merbau, tetapi ada beberapa yang
berasa dari desa tetangga, bahkan ada yang berasal dari kota Medan. Peneliti kemudian bertanya lebih lanjut mengenai guru yang berasal dari kota. Kepala
sekolah bercerita bahwa pada awalnya ada 6 guru yang berasal dari kota Medan, tetapi saat ini hanya tersisa 2 orang yang bertahan sementara lainnya ada yang
telah wafat karena sakit dan mayoritas memutuskan untuk pindah karena merasa sulit menghadapi kondisi Paluh Merbau.
54
Dari penjelasan kepala sekolah, peneliti kemudian bertemu dengan salah seorang guru yang berasal dari Medan dan menjelaskan maksud peneliti untuk
meminta beliau sebagai responden. Guru tersebut menyatakan persetujuannya untuk menjadi responden penelitian. Ibu guru tersebut kemudian menjadi
responden pertama peneliti. Dalam pemilihan responden kedua, peneliti memutuskan untuk mencari
guru yang berasal dari desa tetangga dengan tujuan untuk melihat dinamika antara responden yang berasal dari kota dengan responden yang berasal dari desa sekitar.
Melalui bantuan kepala sekolah, peneliti bertemu dengan responden kedua dan kembali menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan serta kemudian
menanyakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian. Guru tersebut menyatakan kesediaannya menjadi responden penelitian dan menjadi responden
kedua peneliti.
d. Latar Belakang Responden
Responden I Bu Mawar adalah seorang guru yang berstatus PNS Pegawai Negeri Sipil
dengan tingkat pendidikan terakhir adalah Sarjana Pendidikan. Bu Mawar ikut ujian masuk PNS dan lulus pada tahun 1993, akan tetapi dikarenakan Surat
Keterangan SK dari menteri tertunda, sehingga SK baru dikeluarkan pada tahun 1996. Setelah keluarnya SK pada tahun 1996, Bu Mawar langsung ditempatkan
untuk mengajar di Paluh Merbau. Akan tetapi, beliau tidak langsung menempati
55
posisinya sebagai guru di Paluh Merbau. Setelah sebulan keluar SK penempatan, barulah Bu Mawar melaksanakan tugasnya sebagai guru di Paluh Merbau.
Selain berprofesi sebagai guru, Bu Mawar adalah seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak. Sejak lahir hingga sekarang ini, beliau tinggal dan
menetap di Kota Medan, tepatnya di Jalan Setia Budi Pasar 1. Hal ini menyebabkan Bu Mawar sudah terbiasa dengan kondisi perkotaan yang modern
dan serba ada.
Responden II Bu Anggrek adalah salah seorang guru di Sekolah Dasar Paluh Merbau.
Status pendidikan terakhir beliau adalah D2 untuk jurusan Tarbiyah. Beliau lahir di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, setelah beberapa tahun menikah,
beliau dan keluarga memutuskan untuk pindah ke desa Tanjung Rejo. Selain profesinya sebagai guru, Bu Anggrek seringkali membantu suaminya yang
seorang petani untuk memanen dan mengurus tanaman. Bu Anggrek mengambil pendidikan D2 di PGA. Setelah lulus, beliau
menganggur selama setahun sebelum kemudian mengikuti ujian Pegawai Negeri Sipil PNS di tahun 1983.
Setelah mendapatkan status sebagai PNS, Bu Anggrek ditempatkan menjadi guru agama Islam di Sei Rampah. Selama di Rampah, Bu Anggrek hidup
berpindah-pindah sebelum menumpang di rumah warga sebelum akhirnya pemerintah mendirikan sebuah rumah dinas untuk beliau di tahun 1986. Pada
tahun 1989, dikarenakan adanya sebuah kasus yang menyebabkan beliau dituduh
56
menjadi guru yang tidak pernah mengajar, maka beliau minta untuk dipindahkan. Hingga akhirnya di tahun 1989, beliau resmi pindah ke Sekolah Dasar Paluh
Merbau.
2. Lokasi Penelitian