Analisis Tingkat Kesukaran Butir Tes Analisis Daya Pembeda

3.5.1.3.2 Analisis Reliabilitas Butir Tes

Menurut Sugiono 2013: 173, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Untuk mengetahui reliabilitas tes menggunkan rumus alpha sebagai berikut. Arikunto, 2009: 109 = [ − ][ − ∑ ] Dengan rumus varians , = ∑ � 2 − ∑ � 2 � � Keterangan: : reliabilitas tes secara keseluruhan : banyaknya butir soal ∑ : jumlah varians skor tiap-tiap butir soal : varians total : skor tiap butir soal : jumlah peserta tes Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu dikonsultasikan dengan harga r tabel, jika � � maka butir soal tersebut reliabel. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh = , . Karena � � = , maka butir soal tersebut dikatakan reliabel. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12.

3.5.1.3.3 Analisis Tingkat Kesukaran Butir Tes

Tingkat kesukaran butir soal diperlukan untuk mengetahui soal tersebut mudah, sedang atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang memiliki porsi seimbang. Keseimbangan yang dimaksud adalah banyaknya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar tersajikan secara proporsional Sudjana, 2006: 135. Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal berbentuk uraian adalah dengan menghitung berapa persen siswa yang gagal menjawab benar atau ada dibawah batas lulus passing grade untuk tiap-tiap soal. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran soal berbentuk uraian adalah sebagai berikut. Arifin, 2013:135 � = ban�a�n�a siswa �ang gaga� ban�a�n�a siswa × Keterangan: � : tingkat kesukaran butir soal Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal Arifin, 2013: 273 memberikan kriteria yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran Kriteria �� Soal mudah �� Soal sedang �� Soal sukar Setelah dilakukan analisis tingkat kesukaran, diperoleh hasil seperti yang diperlihatkan pada tabel 3.3 Tabel 3.3 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Butir Soal Tingkat Kesukaran Kriteria 1a 0,925 Mudah 1b 0,858 Mudah 2a 0,625 Sedang 2b 0,508 Sedang 3a 0,891 Mudah 3b 0,875 Mudah Butir Soal Tingkat Kesukaran Kriteria 3c 0,833 Mudah 4a 0,85 Mudah 4b 0,733 Mudah 4c 0,867 Mudah Hasil analisis yang lebih lengkap beserta cara perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 13.

3.5.1.3.4 Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Soal yang dapat dijawab benar oleh siswa yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah termasuk soal yang tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda Arikunto, 2009:211. Menurut Arifin 2013: 278 menjelaskan bahwa untuk menentukan daya pembeda soal berbentuk uraian digunakan rumus uji t sebagai berikut. = − √∑ + ∑ − Dengan: = rata-rata dari kelompok atas = rata-rata dari kelompok bawah = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah = 27 x N baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah Hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai pada tabel dengan = + + + dan ∝= , jika � � � maka daya pembeda soal tersebut dikatakan signifikan. Hasil analisis daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Butir Soal � �� Kriteria 1a 3,416 2,76 Signifikan 1b 4,582 Signifikan 2a 5 Signifikan 2b 3,36 Signifikan 3a 4,583 Signifikan 3b 3,034 Signifikan 3c 3,304 Signifikan 4a 4,582 Signifikan 4b 0,552 Tidak signifikan 4c 3,415 Signifikan Dalam penelitian ini dari sepuluh butir soal terdapat satu soal yang memiliki daya beda tidak signifikan, sehingga sembilan butir soal dibuang dan satu butir soal dibuang. Hasil perhitungan selengkapnya dari daya pembeda dapat dilihat pada lampiran 14.

3.5.1.4 Instrumen Pedoman Wawancara

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL 4K BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK KELAS VII

46 101 247

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X DALAM PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERDASARKAN GAYA BELAJAR SISWA

21 89 206

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Problem Based Learning Dan Discovery Learning Berbasis Ict Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII.

0 2 19

PENDAHULUAN Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Problem Based Learning Dan Discovery Learning Berbasis Ict Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII.

0 3 6

PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF-ESTEEM MATEMATIS SISWA SMP.

14 17 82

Keefektifan Pembelajaran Lingkaran Menggunakan Guided Discovery Learning dengan Setting Kolaboratif Ditinjau dari Prestasi Belajar Matematika, Kemampuan Komunikasi Matematis, dan Self-Efficacy Matematis Siswa Kelas VIII SMP.

0 0 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN SELF ESTEEM SISWA SMP MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING - repository UPI T MTK 1404583 Title

0 0 3

HUBUNGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN SELF ESTEEM SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATERI SEGIEMPAT

0 0 11

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN CORE DENGAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA SMA

0 0 10