4.3 Pembahasan
4.3.1 Uji Ketuntasan Belajar Klasikal
Tes kemampuan komunikasi matematis diberikan pada 32 siswa kelas VII excellent MTs N Model Brebes pada tanggal 25 April 2016 selama 72 menit yang
terdiri dari sembilan butir soal. Data hasil tes kemampuan komunikasi matematis di uji normalitasnya telebih dahulu sebelum melakukan uji proporsi. Setelah data
dinyatakan berdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji proporsi dan diperoleh = , dan
∝−
= , untuk ∝= . Karena −
∝−
maka diterima,
artinya persentase ketuntasan hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII excellent pada pembelajaran dengan model discovery learning lebih dari
atau sama dengan . Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa kelas penelitian tersebut telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ,
. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning
dapat memberikan dampak positif pada hasil pembelajaran kemampuan komunikasi matematis siswa dalam mencapai ketuntasan belajar yang ditentukan.
Sehingga pembelajaran dengan model discovery learning dapat digunakan untuk memperbaiki kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tukaryanto 2015 bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran discovery learning melalui pendekatan saintifik terintegrasi mengalami peningkatan.
4.3.2 Kemampuan Komunikasi Matematis Self-Esteem Rendah
Pada penelitian ini, subjek wawancara untuk kemampuan komunikasi matematis dengan tingkat self-esteem rendah adalah S-03, S-17, dan S-21.
Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa subjek S-03, S-17, dan S-17 kurang mampu menuliskan pernyataan, alasan, atau penjelasan yang relevan.
Indikator menuliskan pernyataan, alasan, atau penjelasan yang relevan terdapat pada soal nomor 2a dan 2b. Subjek tidak dapat memberikan pernyataan,
alasan, dan penjelasan yang relevan karena subjek salah dalam menjawab pertanyaan tersebut. Penyebab subjek salah dalam menjawab pertanyaan tersebut
dapat dilihat dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa subjek tidak memahami pertanyaan pada soal. Subjek S-17 terlihat ragu-ragu pada saat
menjawab pertanyaan dalam proses wawancara tersebut, subjek mengemukakan bahwa ia bingung terhadap pertanyaan pada soal nomor 2a dan 2b sehingga
menjawab soal tersebut sebisanya. Subjek S-21 juga menjawab salah soal tersebut dan pada saat proses wawancara ternyata subjek tidak memahami cara
mengerjakan soal tersebut. Saat peneliti bertanya kembali bagaimana cara yang benar untuk mengerjakan soal tersebut, subjek tidak mau menjawab kembali soal
tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Guindon 2010 bahwa individu dalam
hal ini siswa dengan self-esteem rendah mempunyai karakteristik kurang percaya diri karena subjek tersebut tidak percaya dengan kemampuan yang dimilikinya
dan pesimis bahwa subjek tersebut dapat menjawab kembali soal tersebut dengan benar. Ini sejalan dengan pendapat Brehn dan Kassin Dayaksini dan Hudainah,
2006: 66 yang menyatakan bahwa individu dengan self-esteem rendah mempuyai sifat pesimis. Selain itu Fadillah 2012 juga berpendapat bahwa dengan self-
esteem rendah akan cenderung bersifat pesimistik terhadap kesempatan yang dihadapinya.
Subjek dengan self-esteem rendah kurang mampu menyajikan permasalahan terkait gambar, tabel, diagram, dan grafik. Subjek dapat menyajikan permasalahan
terkait gambar, tabel, diagram, dan grafik namun namun masih terdapat kekurangan. Pada nomor 1a dan b subjek S-03 melakukan kesalahan dengan
menuliskan informasi pada soal yaitu diketahui data nomor sepatu namun dalam menjawab soal tersebut subjek S-03 menuliskannya sebagai nilai hasil ulangan.
Saat dikonfirmasi pada saat wawancara subjek mengatakan penyebab kesalahannya adalah karena kurang teliti. Selain itu, subjek S-03, S-17, dan S-21
pada soal nomor 1b dan 3c dalam menyajikan data dalam bentuk diagram batang dan diagram lingkaran belum disertai dengan identitas diagram. Saat dikonfirmasi
terhadap hasil pekerjaannya melalui proses wawancara, Subjek S-17 mengkonfirmasi hasil pekerjaan tes kemampuan komunikasi matematis pada soal
nomor 3c berupa diagram lingkaran yang hanya berisi besar sudut setiap bagian daerah lingkaran tanpa disertai identitas diagram adalah karena ia gugup, soal
tersebut dikerjakan pada saat waktu tes hampir berakhir. Sedangkan subjek S-03 dan S-21 menjawab bahwa ia lupa menyertakan identitas diagram.
Hal tersebut sesuai dengan karakteristik individu dengan self-esteem rendah menurut Guindon 2010 yaitu ceroboh, siswa tidak memeriksa kembali hasil
pekerjaan yang telah dikerjakan pada saat tes kemampuan komunikasi matematis
sehingga dia lupa dalam menyertakan identitas diagram pada saat mengerjakan tes kemampuan komunikasi matematis.
Subjek dengan tingkat self-esteem rendah mampu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika. Namun pada suatu kasus subjek S-21 melakukan sedikit kesalahan dalam menuliskan simbol-simbol matematika pada saat menuliskan suatu besar
sudut subjek sering tidak menyertakan simbol °derajat dan pada saat menuliskan permasalahan berkitan dengan persentase ia tidak menyertakan simbol
persen. Pada saat dikonfirmasi dalam sesi wawancara subjek menjawab alasannya tidak menuliskan simbol tersebut adalah untuk menyingkat waktu.
Berdasarkan fakta tersebut diperoleh bahwa subjek dengan tingkat self- esteem rendah mampu mengekspresikan permasalahan terkait gambar, tabel,
diagram, dan grafik, mampu menyajikan permasalahan terkait gambar, tabel, diagram, dan grafik namun terdapat sedikit kekurangan namun kurang mampu
menuliskan pernyataan, alasan, atau penjelasan yang relevan. Tidak semua indikator kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini dapat dicapai
dengan baik oleh subjek penelitian dengan self-esteem rendah. Hal ini sesuai dengan Guidon 2010 bahwa individu dengan self-esteem rendah kurang sukses
dalam belajar.
4.3.3 Kemampuan Komunikasi Matematis Self-Esteem Tinggi