belajar maka khasanah kognitif subjek bernalar akan diperkaya dengan macam- macam sudut pandang dan alternatif tindakan.
3 Belajar lewat pengalaman sendiri Perkembangan kognitif subjek belajar akan lebih berarti apabila didasarkan
pada pengalaman nyata daripada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan
kognitif subjek belajar cenderung mengarah ke verbalisme. Penelitian ini memiliki keterkaitan dengan teori belajar Piaget yaitu belajar aktif
dengan berinteraksi sosial melalui kegiatan bekerjasama dengan teman sebaya dan belajar dengan pengalaman sendiri.
Teori tersebut sesuai dengan pembelajaran dengan model discovery learning, dimana dalam proses pembelajaran siswa dituntut aktif. Selain itu
belajar juga dapat melalui interaksi sosial berupa kegiatan diskusi dalam kelompok dan interaksi dengan guru.
2.4 Kemampuan Komunikasi Matematis
Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan mengenai ide,
pendapat atau perilaku baik secara langsung, tak langsung maupun melalui media. Dalam berkomunikasi harus diperhatikan bagaimana cara agar pesan yang
disampaikan oleh pembawa pesan dapat dipahami oleh penerima pesan. Hal ini membuat komunikasi menjadi sangat penting. Menurut Sukendar 2014
Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa yang mencakup kegiatan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, dan ekspresi
matematik untuk memperjelas masalah atau keadaan. Wahyudin dalam Rachmayani, 2014: 14 menyatakan bahwa komunikasi adalah bagian esensial
dari matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki siswa dan guru selama
belajar, mengajar dan mengevaluasi matematika. Melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematis
mereka Sumirat: 2014. Komunikasi matematis merupakan suatu cara siswa untuk mengungkapkan ide-ide matematis mereka baik secara lisan, tulisan,
gambar, diagram, menggunakan benda, menyajikan dalam bentuk aljabar, atau menggunakan simbol matematika NCTM, 2000: 60.
Baroody Rachmayani, 2014: 16-17 mengemukakan terdapat lima aspek dalam komunikasi, kelima aspek tersebut adalah:
1 Representasi representing Representasi merupakan bentuk baru dari hasil translasi suatu masalah atau
ide. Representasi dapat membantu siswa menjelaskan konsep atau ide dan memudahkan anak mendapatkan strategi pemecahan.
2 Menyimak listening Dalam proses diskusi aspek mendengar yang merupakan salah satu aspek yang
penting. Dengan menyimak siswa dapat menangkap topik yang sedang dibicarakan atau didiskusikan sehingga nantinya dapat memberikan
tanggapan. Menyimak secara baik-baik pernyataan orang lain dalam sebuah kelompok dapat membantu siswa untuk mengonstruksi pengetahuan
matematisnya lebih lengkap dan strategi matematika yang lebih efektif.
3 Membaca reading Aspek ini merupakan aspek yang kompleks, karena didalamnya terdapat aspek
mengingat, memahami, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasikan, dan mengaitkan apa saja yang terkandung dalam bacaan.
Dengan membaca, siswa dapat memahami ide matematis orang lain dalam bentuk tulisan.
4 Diskusi discussing Diskusi merupakan sarana bagi siswa untuk mengungkapkan dan
mengomunikasikan ide yang berkaitan dengan materi yang sedang dibicarakan. Dalam diskusi, siswa dapat mengemukakan ide matematisnya
mengenai topik matematika yang sedang dibicarakan. 5 Menulis writing
Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran, dipandang sebagai proses berfikir
yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Menulis sangat bermanfaat dalam memperoleh pengalaman matematika. Karena dengan menulis siswa dapat
mengaitkan konsep yang sudah dipahami sebelumnya. Sehingga dapat memperjelas pemahaman matematisnya.
Lin et al. 2008: 1 menyatakan komunikasi matematis harus diperhatikan dan merupakan kompetensi yang harus diajarkan dan dipelajari di sekolah. Kist
Clark et al, 2005: 1, yang menambahkan bahwa kemampuan komunikasi secara efektif pada siswa sekolah menengah harus ditunjukkan di semua mata pelajaran.
Clark et al 2005: 1 juga mendukung pernyataan tersebut bahwa pengalaman
belajar yang menggunakan komunikasi secara menyeluruh dapat digunakan dengan maksud tertentu.
Secara umum, Nurahman Rachmayani, 2014: 17 menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis dapat dibedakan menjadi kemampuan
komunikasi matematis lisan dan tertulis. Kemampuan komunikasi matematis lisan merupakan kemampuan siswa untuk menyampaikan dan menjelaskan secara
detail melalui berbicara, mandengarkan, berdiskusi, maupun bertukar pendapat. Sedangkan kemampuan komunikasi matematis tulisan adalah kemampuan siswa
untuk menyampaikan dan menjelaskan secara tertulis melalui grafik, gambar, tabel, persamaan melalui jawaban soal.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa untuk menyampaikan ide
matematisnya baik secara lisan maupun tulisan agar memperoleh pemahaman yang lebih baik. Melalui komunikasi suatu ide dapat di diskusikan dan
dikembangkan agar ide tersebut menjadi lebih lengkap. Silver et al. Kosko Wilkins, 2012: 79 menyatakan bahwa komunikasi secara tertulis dianggap lebih
mampu membantu individu memikirkan dan menjelaskan secara detail mengenai suatu ide. Jordak et al. Kosko Wilkins, 2012: 79 komunikasi secara tertulis
membantu siswa untuk mengeluarkan pemikiran mereka untuk menyelesaikan strategi, meningkatkan pengetahuan dalam menuliskan algoritma, dan secara
umum mampu meningkatkan kemampuan kognitif. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi
tertulis. Untuk mengetahui komunikasi matematis siswa, dapat kita lihat dari
indikator menurut NCTM 2000: 268 sebagai berikut: 1 mengorganisari serta mengkonsolidasi pemikiran dan ide matematika dengan cara dikomunikasikan;
2 mengomunikasikan pemikiran matematika mereka secara logis dan jelas kepada siswa lain; 3 meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika
siswa dengan cara memikirkan pemikiran dan strategi lain; dan 4 menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide mereka secara tepat.
Sumarmo 2006 menyatakan hal serupa, bahwa kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat dari:
1 Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika;
2 Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar;
3 Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; 4 Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
5 Membaca presentasi matematika tertulis dan menyusun pertanyaan yang relevan;
6 Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.
Sedangkan Widjajanti 2013 menyebutkan aspek-aspek komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam:
1 Menulis pernyataan, alasan atau penjelasan; 2 Menggunakan istilah-istilah, notasi, tabel, diagram, grafik, gambar, ilustrasi,
model matematika atau rumus.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut, indikator kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Menulis pernyataan, alasan atau penjelasan yang relevan; 2 Menyajikan permasalahan terkait gambar, tabel, diagram dan grafik;
3 Mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari- hari dalam bahasa atau simbol matematika.
2.5 Self- Esteem