Plankton Kualitas Air Danau Siais

4.2.8. Plankton

Dari hasil penelitian terhadap analisis plankton di Danau Siais dari 4 stasiun ditemukan 9 kelas Chlorophyceae, Chytridiales, Bacilarophyceae, Mastigophora, Xanthophyceae, Cyanophyceae, Chrysophyceae, Branchiopoda dan Adenophorae, 16 genus Rhizidiaceae, Ulotrichaceae, Desmidiaceae, Zygnemataceae, Navuculaceae, Coscinodiscaceae, Surirellaceae, Euglenaceae, Tribonemataceae, Merismopediaceae, Oscillatiriaceae, Chrysocapsaceae, Ochromonadaceae, Basminidae, Chydiridae, dan Monhysteridae dan 25 spesies plankton Rhizoclosmatium, Ulotrix, Closterium, Pleurotaenium, Staurastrum, Spirogira, Zygnemopsis, Caloneis, Diatomella, Gyrosigma, Navicula, Pinnularia, Coscinodiscus, Melosira, Surirella, Trachelomona, Tribonema, Merismopedia, Lyngbya, Phormidium, Chrysocapsa, Dynobryon, Basmina, Alonella, dan Monhystera dari setiap stasiun pengamatan. Masing-masing terdiri dari 7 kelas, 13 genus dan 23 spesies fitoplankton serta 2 kelas, 3 genus dan 3 spesies zooplankton. Diperoleh nilai kelimpahan berkisar antara 428 – 684 individuliter dengan indeks dominansi 0,000000854964 – 0,05284714 yang artinya Indeks Dominansi D mendekati 0, nilai ini menyatakan bahwa tidak ada spesies yang mendominasi di perairan Danau Sias. Jika ditinjau dari Indeks Keanekaragaman H ’ berkisar 2,555 – 2,826 yang artinya 1 H’ 3 keanekaragaman sedang dan Indeks Keseragamannya E berkisar 0,784 – 0,867 nilai ini menunjukkan bahwa E mendekati 1, merupakan nilai yang menyatakan bahwa perairan Danau Siais memiliki spesies plankton dengan sebaran yang merata dan seimbang adapun hasil analisis plankton yang diperoleh terlampir pada lampiran 4. Universitas Sumatera Utara Dari keempat stasiun pengamatan, nilai kelimpahan tertinggi diperoleh pada stasiun tiga dan untuk nilai kelimpahan terendah diperoleh pada stasiun satu. Hal ini disebabkan pada stasiun tiga nilai kecerahan, total fosfat dan nitrat yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya, sedangkan pada stasiun satu nilai total fosfat dan nitrat yang diperoleh lebih rendah dibandingkan stasiun lainnya, selian itu tata letak KJA stasiun 3 berada agak ditengah danau, memungkinkan arus relatif kecil. Dengan adanya kondisi tersebut merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan plankton diperairan. Untuk nilai dominansi pada keempat stasiun pengamatan menyatakan tidak ada spesies yang dominan, keanekaragaman spesies berada pada sebaran yang merata, hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya 25 spesies plankton disetiap stasiun pengamatan. Nilai keanekaragaman plankton digunakan untuk menyatakan berbagai jenis organisme yang terdapat pada suatau ekosistem. Nilai keanekaragaman plankton yang diperoleh di Danau Siais tergolong sedang. Seperti yang dinyatakan oleh Hayati et al. 2012 tinggi rendahnya nilai keanekaragaman plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, dimana semakin baik kondisi lingkungan maka akan tinggi keanekaragaman plankton, sebaliknya semakin buruk kondisi lingkungan maka keanekaragamn semakin rendah. Keberadaan jumlah plankton sebagai produktifitas primer dan indikator pencemaran limbah organik di perairan, yang diperoleh di Danau Siais dilihat dari dominansi, keanekaragaman dan keseragaman merupakan nilai yang menyatakan bahwa perairan Danau Siais masih dalam kondisi yang baik yang mampu mendukung kelangsungan hidup organisme aquatik, dan tidak terjadinya pengkayaan unsur hara eutrofikasi yang menyebabkan bloming alga. Universitas Sumatera Utara Kondisi plankton dengan sebaran yang merata, tidak terdapatnya spesies yang mendominasi di perairan Danau Siais terjadi disebabkan oleh jumlah bahan organik di perairan tersebut baik yang berasal dari KJA dan aktifitas lainnya masih dalam jumlah yang kecil. Diperoleh nilai unsur hara fosfat dan nitrat di Danau Siais 10 mgL yang artinya Danau Siais termasuk ke dalam tipe danau Oligotrof adalah status trofik air danau dan atau waduk yang mengandung unsur hara denngan kadar rendah, status ini menunjukkan kualitas air masih bersifat alamiah belum tercemar dari sumber unsur hara nitrogen dan fosfat KLH, 2009.

4.3. Kegiatan Perikanan

Dokumen yang terkait

Model Pengelolaan Keramba Jaring Apung (KJA) Masyarakat Berkelanjutan di Danau Toba

8 102 161

Etnografi mengenai Berbagai Aturan Hukum Pengelolaan Keramba Jaring Apung di Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun

2 84 125

Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien (Nitrat dan Fosfat) dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba

6 46 116

Analisis Daya Dukung Perairan Danau Toba Terhadap Kegiatan Perikanan Sebagai Dasar Dalam Pengendalian Pencemaran Keramba Jaring Apung

18 137 102

Perbandingan Makrozoobenthos di Lokasi Keramba Jaring Apung dengan Lokasi yang tidak Memiliki Keramba Jaring Apung

0 51 62

Analisis daya dukung lingkungan perairan Teluk Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan bagi pengembangan budidaya bandeng dalam keramba jaring apung

0 3 296

Model Pengelolaan Kualitas Lingkungan Berbasis Daya Dukung (Carrying Capacity) Perairan Teluk Bagi Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu (Studi KAsus di Teluk Tamiang, Kabupaten Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan)

3 20 166

MONITORING STATUS DAYA DUKUNG PERAIRAN WADUK WADASLINTANG BAGI BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG Monitoring of Carrying Capacity Status of Wadaslintang Reservoir on Cage Net ) | Widyastuti | Jurnal Manusia dan Lingkungan 18700 37313 1 PB

0 0 8

Cover Perbandingan di Lokasi Keramba Jaring Apung dengan Lokasi yang tidak Memiliki Keramba Jaring Apung

0 0 12

Daya Dukung Lingkungan (Carrying Capacity) Danau Siais Terhadap Kegiatan Keramba Jaring Apung

0 0 14