Suhu Penetrasi Cahaya Kualitas Air Danau Siais

Dari keempat stasiun hasil pengamatan, nilai parameter fisika dan kimia stasiun satu menunjukkan kualitas perairan yang paling baik dibandingkan stasiun yang lainnya. Hal ini disebabkan karena stasiun satu merupakan lokasi yang terlepas dari aktivitas KJA. Tingginya nilai COD, BOD 5, fosfat, dan nitrat yang diperoleh pada stasiun 2, 3 dan 4 dibandingkan stasiun 1, disebabkan karena stasiun tersebut merupakan stasiun yang dekat dengan aktivitas KJA. Sehingga kondisi ini mempengaruhi kualitas perairan Danau Siais, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas KJA memberikan pengaruh terhadap kualitas fisika dan kimia perairan. Namun secara keseluruhan nilai parameter fisika dan kimia yang diperoleh dari keempat stasiun masih berada pada kisaran toleransi kehidupan organisme aquatik dan masih berada pada ambang batas baku mutu air PP. No. 82 Tahun 2001 kelas 3 untuk kebutuhan budidaya perikanan.

4.2.1. Suhu

Dari hasil pengukuran suhu pada masing-masing stasiun penelitian, nilai rata-rata suhu berkisar antara 27 o C – 29,5 o C, nilai suhu tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 29,5 o Adanya nilai suhu yang bervariasi pada keempat stasiun pengamatan di Danau Siais, menunjukkan bahwa suhu yang dimiliki oleh perairan Danau Siais masih bagus dan merupakan kisaran toleransi suhu yang baik untuk mendukung kehidupan organisme aquatik di perairan Danau Siais. Khususnya untuk kehidupan ikan-ikan budidaya KJA seperti ikan mas dan nila. Dimana kisaran C. Nilai suhu yang dimiliki Danau Siais masih berada di dalam ambang batas nilai baku mutu air berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Terjadinya nilai pengukuran suhu yang bervariasi pada setiap stasiun pengamatan disebabkan karena waktu pengambilan sampel yang berbeda pada setiap stasiun. Universitas Sumatera Utara toleransi suhu unutuk perkembangan jenis ikan tersebut berada pada kisaran toleransi 25 – 30 Bila dibandingkan dengan suhu yang dimiliki beberapa danau di Sumatera yang dijadikan sebagai tempat kegiatan KJA seperti Danau Toba, Maninjau dan Singkarak masing-masing : 24,37 - 25 C Arie, 2009. C Benny, 2009, 27,86 - 30,02 C Erlania et al. 2010 dan 27 – 29 C Hayati, et al. 2012, maka suhu yang dimiliki perairan Danau Siais masih baik untuk mendukung kegiatan KJA dan kehidupan organisme aquatik di perairan tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Darmono, 2001 bahwa suhu perairan dengan kisaran suhu yang optimum sekitar 25 – 36 C merupakan kisaran suhu yang mampu ditoleransi oleh organisme aquatik.

4.2.2. Penetrasi Cahaya

Hasil pengukuran penetrasi cahaya pada keempat stasiun berkisar antara 1,23–1,43 m. Penetrasi cahaya yang tinggi terdapat pada stasiun 3. Nilai penetrasi cahaya merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting yaitu sejauh mana cahaya menembus perairan yang akan mendukung terhadap kegiatan fotosintesis. Dengan demikian dapat diketahui sampai lapisan mana aktifitas fotosintesis dapat berlangsung. Tinggi rendahnya nilai penetrasi cahaya dipengaruhi oleh kekeruhan dan sedimentasi perairan mempengaruhi warna perairan. Terlihat warna air yang dimiliki oleh perairan Danau Siais yaitu coklat kejernihan sehingga nilai penetrasi cahaya yang diperoleh di Danau Siais tinggi. Universitas Sumatera Utara Bila dibandingkan dengan nilai kecerahan yang dimiliki oleh Danau Rawa Pening yaitu berkisar antara 0,4375 – 0,825 m Rovita et al. 2012 maka nilai penetrasi cahaya yang dimiliki oleh Danau Siais merupakan nilai parameter yang cukup tinggi dan baik mendukung kegiatan organisme aquatik khususnya fitoplankton dalam melakukan fotosintesis. Sebagaimana Adriman 2004 menyatakan bahwa nilai penetrasi cahaya yang baik dapat mendukung kelangsungan hidup organisme perairan untuk melakukan fotosintesis adalah 0,45 m. Sehingga kondisi lingkungan Danau Siais dari nilai Intensitas cahaya masih dapat mendukung kehidupan organisme aquatik dan keberlangsungan kegiata KJA.

4.2.3. pH Air

Dokumen yang terkait

Model Pengelolaan Keramba Jaring Apung (KJA) Masyarakat Berkelanjutan di Danau Toba

8 102 161

Etnografi mengenai Berbagai Aturan Hukum Pengelolaan Keramba Jaring Apung di Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun

2 84 125

Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien (Nitrat dan Fosfat) dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba

6 46 116

Analisis Daya Dukung Perairan Danau Toba Terhadap Kegiatan Perikanan Sebagai Dasar Dalam Pengendalian Pencemaran Keramba Jaring Apung

18 137 102

Perbandingan Makrozoobenthos di Lokasi Keramba Jaring Apung dengan Lokasi yang tidak Memiliki Keramba Jaring Apung

0 51 62

Analisis daya dukung lingkungan perairan Teluk Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan bagi pengembangan budidaya bandeng dalam keramba jaring apung

0 3 296

Model Pengelolaan Kualitas Lingkungan Berbasis Daya Dukung (Carrying Capacity) Perairan Teluk Bagi Pengembangan Budidaya Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu (Studi KAsus di Teluk Tamiang, Kabupaten Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan)

3 20 166

MONITORING STATUS DAYA DUKUNG PERAIRAN WADUK WADASLINTANG BAGI BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG Monitoring of Carrying Capacity Status of Wadaslintang Reservoir on Cage Net ) | Widyastuti | Jurnal Manusia dan Lingkungan 18700 37313 1 PB

0 0 8

Cover Perbandingan di Lokasi Keramba Jaring Apung dengan Lokasi yang tidak Memiliki Keramba Jaring Apung

0 0 12

Daya Dukung Lingkungan (Carrying Capacity) Danau Siais Terhadap Kegiatan Keramba Jaring Apung

0 0 14