Helostema temmincki, kapiek Puntius schwanafeldi, motan Thynnicthyis tynnoides, udang Macrobrachium, dan baung Macrones brachium.
Sedangakan ikan jenis endemik Danau Siais adalah ikan kapiek
Puntius schwanafeldi atau bahasa lokalnya disebut ikan lappam. Berkurangnya hasil tangkapan ikan baik dari segi jumlah dan ukuran ikan
tangkapan yang dialami oleh masyarakat di Danau Siais disebabkan oleh eksploitasi berlebihan over fishing dilihat dari banyaknya jumlah alat tangkap
yang beroperasi di perairan Danau Siais. Seperti yang dikemukankan oleh Dahuri et al. 2001 bahwa masalah utama yang dihadapi perikanan tangkap pada
umumnya adalah menurunnya hasil tangkapan yang disebabkan oleh 1 Eksploitasi berlebihan over fishing dan 2 Degradasi lingkungan menurunnya
kualitas fisika, kimia dan biologi lingkungan perairan. Untuk mengatasi masalah perikanan tangkap di Danau Siais oleh
pemerintah dan masyarakat setempat perlu melakukan restoking pemasukan bibit ikan endemik ke dalam Danau Siais dan dilakukan managemen penangkapan
ikan dimana tidak dibolehkan melakukan penangkapan ikan untuk sementara waktu dengan tujuan agar ikan-ikan yang di restoking dapat melakukan
reproduksi untuk kelanjutan hidupnya.
4.3.2. Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung
Kegiatan Keramba Jaring Apung merupakan kegiatan Budidaya Perikanan yang telah beroperasi di Danau Sias sejak tahun 2008. Kondisi saat ini ada 3 unit
KJA yang beroperasi di Danau Siais, yang terdiri dari 31 buah. Masing-masing KJA memiliki ukuran 6 m x 12 m x 4 m, jumlah padat tebar berkisar antara
12.000 sd 30.000 ekor, ukuran benih berkisar 5 – 10 cm, dengan masa panen
Universitas Sumatera Utara
produksi KJA yaitu 4 – 5 bulan. Adapun jenis ikan yang dipelihara di KJA adalah ikan mas Cyprinus carpio., dan nila Oreochromis niloticus. Benih ikan yang
digunakan adalah benih kualitas unggul, yang didatangkan dari panti dengan kisaran harga Rp. 200 sd Rp. 500 per ekor. Luas lahan danau yang terpakai untuk
lokasi budidaya KJA + 8.964 m
3
Tabel 4.2. Data Kegiatan Keramba Jaring Apung di Danau Siais atau 0,9 ha dari luas danau keseluruhan. Adapun
data Keramba Jaring Apung yang diperoleh di perairan Danau Siais pada saat pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :
KJA Jlh KJA
lubang
Ukuran KJA
m Luas
Lahan m
Padat Tebar
3
ekor Jlh
Pakan ton
Hasil Panen
ton FCR =
jlh pakanjlh
panen
1 2
6x12x4 300
12.000 3,5
4 0,9
2 17
6x12x4 4.908
14.000 dan
20.000 3,5
4 0,9
3 12
6x12x4 3.468
25.000 dan
30.000 10
6 1,7
Jlh 31
Lubang 8.676 m
3
17 ton 14 ton
1,2
Keramba satu berjumlah 2 buah dengan ukuran 6 m x 12 m x 4 m, jenis
ikan yang dipelihara di dalam KJA ini adalah ikan mas Cyprinus carpio, jumlah padat tebar yaitu 12.000 ekor, dengan ukuran benih 5 cmekor dan telah
beroperasi selama + 6 bulan. Jarak antara keramba satu dengan keramba dua berkisar 1,5 km ke arah hilir. Pakan yang digunakan adalah merk bintang 888,
dengan jumlah pakan yang dibutuhkan hingga panen yaitu 3,5 tonpanenbuah lubang KJA. Masa panen membutuhkan waktu 4-5 bulan, dan diperoleh hasil
panen 4 tonpanenbuah. KJA ini memiliki jumlah hasil panen sebesar 16 tontahun.
Universitas Sumatera Utara
Keramba kedua berjumlah 17 buah dengan ukuran 6 m x 12 m x 4 m. Jenis ikan yang dipelihara di dalam KJA ini yaitu ikan mas Cyprinus sp., dan nila
Oreochromis sp., ukuran benih yang digunakan baik ikan mas maupun ikan nila yaitu berukuran 5 cm, dengan jumlah padat tebar masing-masing 14.000 ekor
buah dan 20.000 ekor buah. Untuk pemeliharaan ikan mas terdiri dari 12 buah lubang KJA, sedangkan ikan nila sebanyak 5 buah lubang KJA, keramba ini telah
beroperasi selama + 1,6 bulan. Jarak antara keramba dua dengan keramba tiga berkisar 500 m ke arah hilir. Pakan yang digunakan adalah bintang 888, dengan
jumlah pakan yang dibutuhkan hingga panen yaitu 3,5 tonpanenbuah lubang KJA. Baik ikan mas dan nila membutuhkan waktu 4-5 bulan untuk panen, dan
diperoleh hasil 4 tonpanenbuah. KJA ini memiliki jumlah hasil panen 136 tontahun.
Keramba ketiga berjumlah 12 buah dengan ukuran 6 m x 12 m x 4 m. Jenis ikan yang dipelihara di dalam KJA ini adalah ikan mas Cyprinus sp., dan
nila Oreochromis sp., ukuran benih yang digunakan baik ikan mas maupun ikan nila yaitu berukuran 10 cm, dengan jumlah padat tebar masing-masing 25.000
ekor buah dan 30.000 ekor buah. Untuk pemeliharaan ikan mas dan nila masing- masing terdiri dari 6 buah lubang KJA, dan keramba ini telah beroperasi selama +
5 tahun. Pakan yang digunakan adalah Comfeed. Dengan jumlah pakan yang dibutuhkan hingga panen yaitu 10 tonpanenbuah lubang KJA. Baik ikan mas dan
nila membutuhkan waktu 4-5 bulan untuk panen, dan diperoleh hasil panen 6 ton panenbuah. KJA ini memiliki jumlah hasil panen 144 tontahun.
Universitas Sumatera Utara
Dari kondisi KJA yang ada di Danau Siais, dapat dilihat padat tebar yang dimiliki masing-masing KJA jumlahnya sangat tinggi, serta efisiensi jumlah dan
waktu pemberian pakan juga tidak sesuai dengan yang disarankan oleh manajemen KJA yang ramah lingkungan, dimana padat tebar yang disarankan
yaitu 10 ekorm
3
. Maka dengan ukuran KJA 6 m x 12 x 4 m yang ada di Danau Siais, padat tebar seharusnya adalah 2.880 ekorm
3
Dari hasil kegiatan KJA diperoleh nilai FCR yang berbeda, dimana pada kegiatan KJA ke 3 nilai FCR yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai FCR KJA 1 dan 2. Hal ini disebabkan beberapa hal, diantaranya yaitu : 1 Kegiatan manajemen pemberian pakan yang kurang biak pada masing-masing
kegiatan KJA, sehingga terjadi ketidak efisiensian pemberian pakan. Semakin rendah nilai FCR yang dihasilkan maka semakin tinggi efisiensi penggunaan
pakan oleh ikan budidaya, sehingga pakan yang tersisa baik yang tidak termanfaatkan maupun sisa-sisa kotoran oleh ikan budidaya yang mengendap di
dasar perairan semakin rendah. 2 Jumlah padat tebar ikan pada KJA 3 dengan luas keramba yang sama memiliki jumlah padat tebar yang paling tinggi
dibandingkan dengan KJA 1 dan 2, hal ini menyebabkan terjadinya persaingan dalam memperoleh pakan atau makanan dan persaingan dalam pemanfaatan
ruang. 3. Tata letak KJA 3 berada pada daerah hilir, memungkinkan kondisi arus yang lebih cepat dibandingkan KJA 1 dan 2, kondisi ini menyebabkan waktu
, efisiensi jumlah dan waktu pemberian pakan yaitu 3-5 dari bobot tubuh ikan serta diberikan 3-5 kalihari.
Hal ini dimaksud untuk mengurangi jumlah sisa pakan yang masuk ke perairan yang akan berakibat buruk terhadap penurunan kualitas perairan tersebut. Kadar
protein pakan disarankan berkisar 25–30 Arie, 2012.
Universitas Sumatera Utara
tinggal pakan sangat singkat sehingga cepat terbawa arus akibatnya pakan tidak termanfaatkan secara efisien.4. Keberadaan atau kelimpahan pakan alami
plankton pada KJA 3 lebih rendah daripada KJA 1 dan 2, hal ini disebabkan letak KJA 3 berada di bagian hilir, memungkinkan arus lebih cepat sehingga
keberadaan plankton sebagai pakan alami terbatas pada KJA tersebut. Dimana diketahui bahwa arus merupakan salah satu faktor pembatas keberadaan jumlah
plankton diperairan. Jika dilihat dari kualitas air secara fisika dan kimia pada masing-masing
KJA, hasilnya menunjukkan kondisi perairan pada kisaran toleransi yang masih mampu mendukung kehidupan organisme aquatik, dengan kisaran suhu yang
mampu mendorong nafsu makan ikan budidaya khususnya di perairan. Namun secara keseluruhan nilai FCR yang diperoleh pada ketiga KJA tersebut, nilainya
masih sesuai dengan nilai disarankan pada kegiatan KJA, yaitu antara 0,8 – 2 baik untuk budidaya KJA ikan mas maupun ikan nila.
Keseluruhan hasil produksi KJA Danau Siais adalah 296 tontahun. Diperoleh nilai FCR rata-rata berkisar 1,2 nilai ini menunjukkan bahwa setiap 1
kg ikan konsumsi dihasilkan dari 1,2 kg pakan. Untuk Rfish diperoleh nilai sebesar 72, yang menyatakan bahwa 72 pakan yang menjadi daging dan
diserap oleh ikan, sedangkan 28 pakan menjadi sisa kotoran ikan dan terbuang ke dasar perairan tersebut. Nilai FCR KJA yang disarankan baik ikan mas dan nila
berkisar 0,8–2 dengan Rfish sebesar 60–65 Nur, 2007, sedangkan Azwar et. al., 2004 menyatakan dari jumlah pakan yang diberikan ada bagian
yang tidak dikonsumsi mencapai 20–25 dari pakan yang dikonsumsi tersebut akan diekskresikan ke lingkungan periaran sebagai bahan pencemar. Adapun
Universitas Sumatera Utara
komposisi pakan yang digunakan pada kegiatan KJA di Danau Siais yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.3. Komposisi Pakan yang digunakan pada KJA di Danau Siais
No. Komposisi
Merk Pakan Bintang 888
Comfeed
1. Protein
28 - 29 28 - 30
2. Lemak
Min 4 Min 4
3. Serat
Max 6 Max 8
4. Abu
Max 13 Max 12
5. Kalsium
22 22
6. Phospor
1,3 1,5
7. Kadar Air
Max 12 Max 12
Jika dianalisis secara deskriptif, dari hasil yang diperoleh selama waktu
pengamatan di lapangan terhadap kegiatan KJA di Danau Siais. Jumlah padat tebar serta efisiensi jumlah dan waktu pemberian pakan tidak sesuai dengan yang
disarankan oleh manajemen KJA yang ramah lingkungan. Namun kegiatan KJA yang ada masih berada dalam Carrying Capacity lingkungan perairan Danau
Siais. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1.
Jumlah dan luas lahan danau yang dimanfaatkan untuk kegiatan KJA, masih dalam jumlah relatif yang sedikit, yaitu 31 buah keramba dengan luas lahan
+ 0,9 ha dari luas danau secara keseluruhan. 2.
Kondisi lingkungan perairan Danau Siais secara fisika, kimia dan biologi masih baik dan mampu mendukung kelangsungan hidup organisme aquatik
di perairan khusunya ikan. Kondisi ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai masing-masing parameter yang berada pada kisaran toleransi organisme
aquatik.
Universitas Sumatera Utara
3. Pakan yang digunakan oleh petani KJA adalah pakan ikan dengan kualitas
yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai FCR yaitu sebesar 1,2. Nilai tersebut menyatakan bahwa setiap 1 kg ikan konsumsi dihasilkan
dari 1,2 kg pakan ikan. 4.
Keadaan cuaca yang baik mengikuti musim, di Danau Siais merupakan faktor pendukung yang sangat tinggi terhadap nafsu makan ikan, dengan suhu
rata-rata berkisar 27 – 29 ,5
5. Adanya sirkulasi air yang baik, hal ini dibuktikan dengan adanya manajemen
tata letak antara KJA ke arah hilir, kedalaman perairan yaitu 6,7-7,2 m dan kedalaman KJA yaitu 4 m. Dengan demikian pakan yang tersisa akan mudah
terbawa arus ke hilir perairan. Khairuman 2013 menyatakan bahwa penenmpatan KJA ke arah hilir serta kedalaman KJA minimal 3 m di perairan,
merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalisir sisa kotoran atau bahan organik akibat aktivitas KJA.
C, nilai ini sangat mendukung kelangsungan hidup organisme ikan di perairan 25-32 0C adalah suhu yang toleransi
terhadap kelangsungan hidup organisme ikan khususnya di daerah tropis Sihotang et al. 2007.
6. Terjadinya kondisi pemulihan lingkungan self furification, kondisi ini
dimaksudkan agar pakan dan kotoran yang menumpuk di dasar perairan tidak dalam keadaan jumlah yang banyak yang mengakibatkan pegkayaan unsur hara
eutrofikasi serta penurunan terhadap kualitas perairan Danau Siais. Kondisi ini dibuktikan dengan adanya masa istirahat produksi KJA setelah pasca panen
oleh petani KJA.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai data pembanding untuk perairan danau, beberapa danau yang ada di Indonesia yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan KJA yaitu Danau
Maninjau, Danau Toba dan Danau Limboto, dan dalam jumlah kecil di perairan Danau Batur Provinsi Bali. Di perairan Danau Toba, pada tahun 1999 tercatat
sekitar 2.400 unit KJA telah beroperasi, dan direncanakan akan dikembangkan lagi menjadi 55.375 unit. Pada tahun 2008 jumlah KJA di
perairan Danau Toba yang berada di wilayah kabupaten Simalungun ini mencapai 3816 unit, yang terpusat di Haranggaol dengan jumlah 2.911 unit, sedangkan
lokasi lainnya adalah Pematang Sidamanik 159 unit, Dolok Pardamean 190 unit, dan Girsang Sipangan Bolon 550 unit. Di perairan Danau
Maninjau, jumlah KJA yang tercatat pada tahun 1997 mencapai 2000 unit. Sementara itu di perairan Danau Limboto, jumlah KJA yang beroperasi mencapai
2.5 59 KJA dengan luas total perairan yang dimanfaatkan adalah 5,15 ha Lukman, 2011.
Untuk data pembanding perairan waduk, di perairan-perairan waduk di Jawa Barat, yaitu Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur
perkembangan KJA demikian pesat. Pada tahun 1991 jumlah KJA dari masing- masing waduk tersebut adalah 1.800, 1.613 dan 502 unit sedangkan jumlah KJA
pada tahun 1999 masing-masing telah mencapai 4.425, 27.786 dan 2.194 unit Garno, 2002. Jumlah KJA yang beroperasi di waduk-waduk tersebut sangat tidak
direkomendasikan sebagai pembanding jumlah KJA yang dapat dikembangkan di perairan danau, terutama jika dihubungkan dengan luasan maupun volume
perairannya. Hal ini karena yang harus menjadi pertimbangan utama
Universitas Sumatera Utara
menentukan jumlah KJA yang dapat beroperasi, sebagaimana dikemukakan sebelumnya, adalah waktu tinggal air dan karakteristik biologis di dalamnya.
Produksi ikan KJA dari perairan Danau Toba, di wilayah Haranggaol diperkirakan 57,3 tonhari, yang terdiri dari ikan nila 49,7 ton dan ikan mas
7,6 ton, dengan prodiksi total mencapai 20.910 tontahun Lukman, et al. 2010. Data produksi KJA di Danau Toba tersebut, belum
termasuk produksi dari Perusahaan Penanaman Modal Asing PMA, yang diperkirakan jauh lebih tinggi. Sedangkan produksi ikan dari KJA di Danau
Maninjau pada tahun 2009 sekitar 31.758 ton. Sementara produksi ikan dari KJA di Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur, sebelum krisis moneter
mencapai produksi tertinggi 49.171 ton pada tahun 1997 di Waduk Cirata, produksi tertinggi di Waduk Saguling 8.33 1 ton pada tahun 1992, dan di
Waduk Jatiluhur mencapai 3.498 ton pada tahun 1999. Tampak peningkatan produksi ikan yang sangat pesat di Waduk Cirata, dibanding waduk-waduk
lainnya. Produksi ikan tersebut didukung oleh jumlah KJA yang beroperasi mencapai 25.558 unit Garno, 2002.
Produksi ikan dari KJA di Waduk Saguling cenderung menurun, yang diduga ini terkait dengan kondisi waduk tersebut yang mengalami pencemaran
yang parah tidak hanya sebagai akibat dari aktivitas KJA itu sendiri tetapi karena pencemaran dari kawasan Bandung dan sekitarnya. Sementara itu di
Waduk Jatiluhur, produksi ikan dari KJA relatif tetap, terkait pengaturan jumlah KJA yang dapat beroperasi berdasarkan Surat Keputusan Bupati
Purwakarta dan pengaturan dari Perusahaan Jasa Tirta PJT II karena
Universitas Sumatera Utara
kepentingan air waduk tersebut sebagai sumber pemasok air bersih Kota Jakarta Lukman, 2011
Melihat data-data pembanding dari beberapa perairan danau dan waduk di atas, dapat dilihat bahwa untuk meningkatkan hasil produksi maka terjadi
peningkatan jumlah KJA di perairan, hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap penurunan kualiatas lingkungan perairan tersebut. Sehingga dari data
pembanding yang ada dapat disumpulkan, untuk perairan Danau Siais jumlah KJA dan hasil produksi masih relatif sedikit serta jauh dari jumlah produksi
maksimum. Dimana lahan danau untuk kegiatan KJA masih luas untuk dapat meningkatkan jumlah hasil produksi KJA. Untuk itu diperlukan manajemen
pengelolaan KJA yang bersifat daya dukung lingkungan, agar kelestarian lingkungan perairan dapat dipertahankan serta usaha KJA akan berkelanjutan
dimasa yang akan datang.
4.4. Kegiatan Keramba Jaring Apung KJA terhadap Kondisi Kualitas