Strategi Komunikasi Pengajardan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Strategi Komunikasi Pengajar Terhadap motivasi Belajar Santri/wati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

BIODATA

DATA PRIBADI

Nama : Reni Satrianty Lubis Temapat/Tanggal Lahir : Binjai, 25 Juli 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Kenanga gang Anyelir No 48, Medan

Agama : Islam

Telepon : 0857 6149 5685

PENDIDIKAN

a. SDN 050751 P.Brandan b. SMP Negeri 1 Babalan

c. SMA Negeri 1 Ranah Batahan d. Ilmu Komunikasi FISIP USU

KELUARGA

Ayah : Drs. Mizani. Y. Lubis


(6)

DAFTAR REFERENSI

Adi, Riyanto.2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum.Jakarta : Granit

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian : Pendekatan Praktek, Edisi Revisi Kelima.Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Black, James A dan Dean J Champion.2009.Metode dan Masalah Penelitian Sosial.Jakarta : Refika Aditama

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press.

______________. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta : Kencana.

Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunkasi.Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Dayakisni, T. & Hudaniah. 2003. Psikologi sosial. Malang : Universitas

Muhammadiyah.

Edwards, Allen L. 1966. Statistical Methods For The Behavioral Sciences. Amerika Serikat: Holt, Rinehart And Winston.

Effendy, Onong Uchajana. 1992. Kamus Komunikasi. Bandung : Mandar Maju.

_____________________. 1999. Dinamika Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti. _____________________. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti.

_____________________. 2006. Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.

Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. 2009.Teori Komunikasi. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.

Lubis, Suwardi.1998. Metode Penelitian Komunikasi. Medan : USU Press

Nawawi, Hadari. 1997. Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Rakhmat, Jalaludin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


(7)

Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

West, Richard & Turner, Lynn H. 2008.Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 1. Jakarta : Salemba Humanika.

____________________________. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2. Jakarta : Salemba Humanika.


(8)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1 Identitas Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan

Nama Sekolah : Pesantren Tarbiyah Islamiyah

Ar-Raudhatul Hasanah Medan

Alamat Sekolah :

a. Jalan : Jamin Ginting Km. 11

b. Keluruhan : Ladang Bambu

c. Kecamatan : Medan Tuntungan

d. Kota : Medan

e. Provinsi : Sumatera Utara

f. Kode Pos : 20138

g. Telepon : (061) 8362534

3.1.2 Sejarah Ringkas Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan

Sejak tahun 1970-an, budaya pengajian membahas masalah-masalah keislaman dan pembacaan wirid yasin mingguan telah menjadi budaya rutin masyarakat Paya Bundung dan sekitarnya. Dengan kondisi dan kebutuhan akan tempat ibadah untuk menyatukan kebersamaan itu, adalah Bapak H. Ahkam Tarigan yang memulai mewakafkan tanahnya seluas 256,5 m2 pada tahun 1978. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Bapak H. Mahdian Tarigan juga mewakafkan tanahnya seluas 243 m2.

Pada tahun 1977 H. Fakhruddin Tarigan mewakafkan tanahnya di jalan Binjai kepada Yayasan Keluarga Dukun Patah Pergendangan, selanjutnya direncanakan pendirian sebuah Perguruan Islam di atasnya. Pada tahun 1981, memindahkan tanah wakaf tersebut ke sebuah lokasi di Medan Tuntungan (Km 11.5) yang sudah dikenal dengan nama Paya Bundung, tanah tersebut dijual. Hasil penjualannya dibelikan tanah seluas 3.933 m2 di Paya Bundung sebagai ganti wakaf yang ada di jalan Binjai. Tanah


(9)

wakaf yang baru ini disatukan dengan tanah wakaf dari H. Ahkam Tarigan dan H. Mahdian Tarigan, sehingga luasnya menjadi ± 4.432,5 m2dengan memberikan nama pesantren ini dengan ‘Ar-Raudhatul Hasanah’ yang artinya (taman surga yang indah).

Setelah melalui proses yang panjang, pada tanggal 18 Oktober 1982, bertepatan dengan peringatan tahun baru Hijriah 1 Muharram 1403, dideklarasikanlah pendirian Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah yang berlokasi di Jl. Jamin Ginting km 11 Paya Bundung Medan atau Jl Setia Budi Simpang Selayang secara resmi dan sampai saat ini tetap berdiri dengan kokoh.Sejak diwakafkan, dan dengan diaktenotariskannya Badan Wakaf, berarti para pewakif telah melepaskan hak milik pribadinya secara turun-temurun demi kepentingan Islam, umat Islam dan Pendidikan Islam. Dengan demikian, Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah secara resmi telah berpindah status dari milik pribadi menjadi milik umat yang dalam hal ini diwakili oleh institusi Badan Wakaf.

Wakaf menurut Undang-undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2004 adalah perbuatan hukum wakaf untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagaian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah. Pada awal perkembangan Islam macam-macam wakaf hanya terbatas pada benda yang tidak bergerak ataupun bertahan lama menurut zatnya namun melalui perkembangan sekarang wakaf tunai sudah termasuk jenis wakaf yang sudah diakui oleh umum.Sesuai dengan perkembangan kebutuhan umat wakaf tidak boleh didiamkan namun wakaf produktif di dalam pengelolaan harta wakaf harus sesuai dengan syariah dan hasilnya sepenuhnya digunakan untuk kesejahteraan dan kepentingan umum.Keberhasilan pengelolaan wakaf merupakan tanggung jawab nadzir.

Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah merupakan lembaga pendidikan wakaf, Badan Wakaf merupakan lembaga tertinggi dalam Organisasi Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah. Selain bertanggungjawab atas kelestarian wakaf, Lembaga ini juga berwenang memilih dan mengangkat serta mengganti Majelis Pimpinan Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, memberikan pengesahan keanggotaan Majelis Pengasuh yang diangkat oleh Majelis Pimpinan, dan memberikan Persetujuan atas Direktur yang dipilih


(10)

secara bulat oleh Majelis Pengasuh dan disahkan oleh Majelis Pimpinan. Di samping itu, Badan Wakaf juga berhak mendapatkan laporan kegiatan dan keuangan dari semua Bidang dan Biro dalam Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

Pengurus Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan terdiri dari 17 orang dengan susunan sebagai berikut : Musyrif, Ketua Umum, Ketua I, Ketua II, Sekretaris Umum, Sekretaris I, Bendahara Umum, Bendahara I, dan Anggota. Pada saat diresmikan tahun 1986, Pengurus Badan Wakaf Ar-Raudhatul Hasanah adalah sebagai berikut :

Musyrif : H. Hasan Tarigan

H. M. Arsyad Tarigan Usman Husni, BA

Ketua Umum : dr. H. M. Mochtar Tarigan

Ketua I : H. Abdul Muthalib Sembiring, SH

Ketua II : Drs. H. M. Ardyan Tarigan

Sekretaris Umum : Drs. H. M. Ilyas Tarigan

Sekretaris I : H. Goman Rusdy Pinem

Sekretaris II : Ir. H. Musa Sembiring Bendahara Umum : dr. H. Hilaluddin Sembiring

Bendahara I : H. Panji Bahrum Tarigan

Anggota : Prof. Dr. drg. Hj. Moendyah Mochtar H. Sya'ad Afifuddin Sembing, M.Sc Ir. H. Sehat Keloko


(11)

H. Raja Syaf Tarigan dr. H. Benyamin Tarigan dr. H. Nurdin Ginting dr. H. Ja'far Tarigan

Sejak dibentuk, telah terjadi pergantian anggota Badan Wakaf, karena telah banyak di antara mereka yang meninggal dunia atau sebab lainnya. Para anggota Badan Wakaf yang telah wafat adalah : H. Hasan Tarigan, H.M. Arsyad Tarigan, dr. H. M. Mochtar Tarigan, H. Panji Bahrum Tarigan, Ir. H. Musa Sembiring, H. Raja Syaf Tarigan, Drs. H. M. Ardyan Tarigan, MM dan Prof. Dr. drg. Hj. Moendyah Mochtar.

Meskipun sudah banyak pergantian, namun peremajaan kepengurusan belum pernah dilaksanakan, sehingga kepengurusan Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah hingga Februari 2011 adalah sebagai berikut :

Musyrif : Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA

H. Abdul Muthalib Sembiring, SH dr. H. Benyamin Tarigan

Ketua Umum : Drs. H. Muhammad Ilyas Tarigan

Ketua I : Ir. H. Sehat Keloko

Ketua II : dr. H. Nurdin Ginting

Sekretaris Umum : dr. H. Hilaluddin Sembiring

Sekretaris I : H. Goman Rusdy Pinem

Sekretaris II : Prof. Dr. H. Sya’ad Afifuddin S, M.Ec Bendahara I : Drs.H.Wahidin Tarigan, Ak


(12)

Bendahara II : Drs. M. Amin Tarigan, Ak

Anggota : dr.H.Ja’far Tarigan, Sp.B, Sp.B DigK

Dr.Ir.H.Ahmad Perwira Mulia Tarigan, M.Sc Akhmad Tarigan, Amd

H.Abdul Aziz Tarigan, Lc Ramadhan Sembiring, SE Nur M. Ridha Tarigan, SE, MM

Pada akhir Desember 2007, Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah bermusyawarah untuk meremajakan kepengurusannya. Dalam musyawarah ini terdapat kemajuan besar sesuai dengan status 'wakaf' pada Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, yaitu dengan dimasukkannya beberapa tokoh umat menjadi Musyrif Badan Wakaf. Salah satu tokoh yang sudah disepakati adalah Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA (Pimpinan Pondok Modern Darusalam Gontor).

Yayasan menentukan kebijakan umum pesantren dan bertanggung jawab baik di luar maupun di dalam.Di samping itu ada pengasuh pesantren yang bertugas mengadakan pembinaan sehari-hari baik di bidang pendidikan, penyuluhan dan produksi.Pengasuh pesantren adalah guru-guru yang menetap di perkampungan sekitar pesantren maupun yang menetap tinggal di pesantren.

Pengurus Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhahtul Hasanah Medan Sumatera Utara berlandaskan Surat Keputusan Badan Wakaf Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Nomor 02 Tahun 1999, Surat Keputusan Pimpinan Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Nomor 06 Tahun 2004 dan Anggaran Rumah Tangga Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah. Pengurus Pesantren yaitu:

Pimpinan : Drs. H.M. Ardyan Tarigan, MM

Bidang Pendidikan : Drs. H. M. Ilyas Tarigan


(13)

Direktur : Drs. Syahid Marqum

Wakil Direktur : Drs. Junaidi

Majlis Guru : Drs. Syahid Marqum ,Drs. Basron Sudarmanto,

Drs. Maghfur Abdul Halim, Drs. Rasyidin Bina, Drs. Junaidi, H. Solihin Addin, S. Ag, H. Abdul Wahid Sulaiman, Lc, Agis Nirodi Hasbullah, S. Ag

Sekretaris : Carles Ginting, B. Hsc, Mukhlis Ihsan, Amd,

Yenni Kurniawi

Bendahara : Supar Wasesa, SE., MM, Evi Nora J. Lingga, SE

Koordinator

1. Bidang Pendidikan :H. Abdul Wahid Sulaiman, Lc

2. Bidang Pengasuhan : Drs. Rasyidin Bina

1. Bidang Kesejahteraan : Drs. Basron Sudarmanto 2. Bidang Usaha Milik Pesantren : Agis Nirodi Hasbullah, S. Ag

3. Bidang Litbang : M. Subhan, S. Ag

3.1.3 Visi dan Misi Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan 3.1.3.1 Visi Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan

Meningkatkan akidah dan mengharap ridha Allah SWT dengan segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta berkemampuan memelihara dan menyuburkan khazanah wakaf berlandaskan Al-Qur'an dan Al-Hadits dalam jamaah Ahli as-sunnah wa al-jamaah.

3.1.3.1 Misi Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan

Membina sumber daya insani muslim yang beristiqamahguna mencapai derajat muttaqin dengan belajar yang berstruktur maupun tidak berstruktur serta meningkatkan gerakan infak, zakat, wakaf dan sedekah sebagai modal melaksanakan upaya meningkatkan khazanah wakaf serta sumber daya insan muslim tersebut. Guna mencapai cita-cita yang digambarkan dalam visi dan misi di atas, perlu direncanakan program yang akan dilaksanakan secara berkesinambungan yakni,program jangka pendek, jangka menengah dan program jangka panjang.


(14)

Program Jangka Pendek:

1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas keberadaan dan mekanisme kerja Badan Wakaf.

2. Meningkatkan kegiatan gerakan amal saleh dalam berinfak, zakat, wakaf dan sedekah.

3. Menyiapkan dan mengumpulkan data dan pemikiran guna mendirikan lembaga-lembaga lain diantaranya: Perguruan Tinggi Islam, Lembaga Dakwah, Lembaga Pelatihan, Lembaga Majelis Ta'lim dan Lembaga Ekonomi.

4. Membenahi dan meningkatkan efisiensi/efektifitas manajemen organisasi Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

5. Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah.

6. Meningkatkan kesejahteraan para pendidik dan santri

7. Menertibkan personil serta administrasi hubungan di dalam dan luar negeri. Program Jangka Menengah :

1. Membentuk lembaga-lembaga yang dibutuhkan.

2. Meningkatkan kegiatan gerakan amal saleh dalam berinfak, zakat, wakaf dan sedekah.

3. Mengusahakan berdirinya pesantren unggulan.

4. Membentuk dan mendirikan Perguruan Tinggi yang dapat menghasilkan sarjana/cendikiawan muslim yang muttaqin.

5. Mengusahakan penampungan tempat pengabdian alumni Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah dan Perguruan Tingginya.

Program Jangka Panjang :

1. Mengusahakan pemekaran pembentukan lembaga-lembaga.

2. Meningkatkan kegiatan amal saleh dalam berinfak, zakat, wakaf dan sedekah. 3. Meningkatkan sistem administrai dan cara kerja berdasarkan kebutuhan.


(15)

4. Mengembangkan dan memekarkan Perguruan Tinggi Ar-Raudhatul Hasanah.

3.1.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah, Medan, yang beralamatkan di Jalan Letjen Jamin Ginting Km.11, Paya Bundung, Kel : Ladang Bambu,Kec : Medan Tuntungan, Medan,Sumatera Utara , 20138.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak lepas dari ilmu tentang penelitian yang sudah dicoba dan diatur menurut aturan serta urutan secara menyeluruh dan sistematis.

Untuk menerapkan suatu teori terhadap suatu permasalahan, diperlukan metode yang dianggap relevan dan membantu memecahkan permasalahan. Adapun pengertian dari metode menurut I Made Wirartha (2006:77), adalah sebagai berikut:

Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai

sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.”

Berdasarkan dari pengertian di atas, maka metode penelitian adalah teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah yang kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data.

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:2). Pendekatan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah bentuk pendekatan kuantitatif.

Pada umumnya penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan informasi, sehingga metode ini cocok digunakan untuk populasi yang luas dengan variabel yang terbatas (Sugiyono, 2010:18).Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap variabel yang terbatas tersebut dilakukan generalisasi, yaitu


(16)

memberikan kesimpulan sampel yang diberlakukan terhadap populasi di mana sampel tersebut diambil.

Menurut Sugiyono (2010:33) metode kuantitatif digunakan salah satunya apabila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya terjadi, atau perbedaan antara praktek dengan teori.

Dari uraian pada bab I masalah penelitian yang berhasil penulis identifikasi dan yang menjadi titik tolak penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh strategi komunikasi pengajar terhadap motivasi belajar anak santri/wati di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

Objek dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi yang dilakukan oleh seorang pengajar. Subjek dalam penelitian ini adalah santri/wati di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan yang mengikuti proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik responden. Hal inilah yang menjadi landasan peneliti menggunakan metode kuantitatif, karena penelitian kuantitatif mempunyai prinsip

objectivist sehingga terdapat jarak antara peneliti dengan objek yang diteliti. Peneliti yang bersifat subjektif, atau yang mengandung bias pribadi dari peneliti, hendaknya dipisahkan dari temuan penelitian (Wimmer & Dominick, 2000).

Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain (Rakhmat, 2002:27). Metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel.Dalam penelitian ini, metode korelasional digunakan untuk meneliti hubungan strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengajar terhadap motivasi belajar pada santri/wati di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuh-tunbuhan, gejala-gejala, nilai, peristiwa mengenai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1997).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalahsantri-santri kelas XI yang sederajat dengan tingkatan Aliyah/ SMA pada Pesantren Tarbiyah Islamiyah


(17)

Ar-Raudhatul Hasanah Medan, berdasarkan data santri tahun pelajaran 2013/2014 Pesantren Tarbiyah IslamiyahAr-Raudhatul Hasanah Medan, jumlah santri secara keseluruhan adalah 330 orang. Jumlah tersebut terbagi atas 177 orang santri dari seluruh kelas XI IPA dan 153 orang santri dari seluruh kelas XI IPS.

3.3.2 Sampel

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2006:131). Berdasarkan data yang diperoleh, maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% (bungin, 2005:105), yakni sebagai berikut:

� = �

��2+ 1=

330

(330 × 0.01) + 1= 330

4.3 = 76.74 = 77

Keterangan:

N = Jumlah Populasi n = Sampel

d2 = Presisi (digunakan 10% atau 0.1)

Setelah jumlah sampel ditentukan, kemudian diproposionalkan untuk memperoleh jumlah sampel dari setiap dari setiap kelas dengan menggunakan rumus:

� =�1�� �

Keterangan:

n1 = Jumlah santri/wati masing-masing kelas

ni = Jumlah sampel

N = jumlah populasi

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung sampel yang terpilih dari masing-masing kelas tersebut yang dibutuhkan adalah:

Santri kelas XI IPA = 177 ×77

330 =

13629


(18)

Santri kelas XI IPS = 153 ×77

330 =

11781

330 = 35.7 = 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun tenik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang ada mengenai permasalahan dengan membaca dan mempelajari buku-buku serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan wawacara terstruktur atau dengan istilah projective questioner. Pada wawancara terstruktur, hal-hal yang akan ditanyakan telah terstruktur, telah ditetapkan sebelumnya secara rinci.

Jenis-jenis dari wawacara terstruktur sebagai berikut: • Struktur pertanyaan piramid

Dimulai dari pertanyaan khusus dan diakhiri dengan pertanyaan umum. • Struktur pertanyaan corong

Dimulai dari pertanyaan umum dan diakhiri dengan pertanyaan khusus. • Struktur pertanyaan wajik

Merupakan kombinasi antara piramid dengan corong. Dimulai dari pertanyaan khusus kemudian dengan pertanyaan umum dan diakhiri dengan pertanyaan khusus.

3.5 Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995).

a. Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal adalah analisis yang dilakukan dengna membagi variabel-variabel penelitian ke dalam jumlah frekuensi dan persentase setiap kategori (Singarimbun, 1995).


(19)

Merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya.Sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut berperan positif atau bernilai negatif (Singarimbun, 1995). c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yaitu pengujian data dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak.Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diukur terdapat dalam skala ordinal.Sesuai dengan pedoman penggunaan test statistik yang berlaku, pengujian hipotesis yang berskala ordinal dapat dilakukan dengan test statistik dengan menggunakan teknik SPSS (Bungin, 2001: 242).


(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1 Proses Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, pertama sekali peneliti mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui kepustakaan dan juga observasi langsung pada saat proses belajar mengajar di kelas pada bulan Januari-Maret 2014 di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Pada proses observasi, peneliti mendapatkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi di kelas diadakan setiap hari terkecuali hari Jum’at dimulai dari pukul 07:30 WIB dan berakhir pada pukul 17:00 WIB dengan jam istirahat dari pukul 12:00 WIB sampai dengan pukul 13:30 WIB. Berdasarkan data santri tahun pelajaran 2013/2014 Jumlah santri/santriwati di kelas XI yang sederajat dengan tingkatan Aliyah/ SMA yang aktif mengikuti proses belajar mengajar di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan sebanyak 330 orang. Jumlah tersebut terbagi atas 177 orang santri dari seluruh kelas XI IPA dan 153 orang santri dari seluruh kelas XI IPS.

Setelah mendapatkan informasi dan data yang diinginkan, peneliti melanjutkan dengan proses penyusunan pendahuluan, kerangka teori dan metode penelitian, kemudian setelah itu peneliti mengajukan surat penelitian.

Peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari Dekan FISIP USU yang ditujukan kepada Kepala Sekolah di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan .Setelah itu, peneliti dapat izin menyebarkan kuesioner kepada santri/santriwatipada tanggal 3 Oktober 2014, yang mana santri/santriwati tersebut peneliti jumpai saat proses belajar mengajar sedang libur yaitu hari Jum’at. Hal ini dikarenakan padatnya jadwal pelajaran yang santri/santriwati harus ikuti setiap harinya sehingga peneliti yang sebelumnya sudah berkoordinasi dengan pihak pesantren memilih hari Jum’at untuk menghindari ketidakefektifan atas jawaban yang diberikan oleh santri/wati. Proses pemberian kuesioner dilakukan pada saat selesai kerja bakti yang mana semua santri/santriwati dikumpulkan di sebuah mesjid yang berdiri di pesantren tersebut. Pemberian kuesioner ini pun tidak begitu menghadapi kendali yang berarti, sehingga penelitian ini berlangsung selama 1 hari.


(21)

Penelitian ini berlangsung di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan tepatnya di Jalan Letjen Jamin Ginting Km.11, Paya Bundung, Kel : Ladang Bambu,Kec : Medan Tuntungan, Medan,Sumatera Utara. Setelah memperolah seluruh data, peneliti mengolah data tersebut ke dalam tabel tunggal dan tabel silang dengan menggunakan teknik SPSS hingga akhirnya melakukan uji hipotesis dan menarik kesimpulan dan saran bagi kepentingan berbagai pihak.

4.2 Teknik Pengolahan Data

Setelah peneliti megumpulkan data dari 77 responden, peneliti melakukan pengolahan data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Penomoran kuesioner

Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut berdasarkan kerangka sampel (01-23).

2. Editing

Merupakan proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian data dalam kode yang disediakan.

3. Label

Memberi label pada setiap pertanyaan sebagai tanda untuk membedakan pertanyaan yang satu dengan yang lain untuk memudahkan memasukkan data ke dalam variable view pada SPSS 13.

4. Coding

Proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak-kotak kode yang telah disediakan pada lembar kuesioner dalam bentuk angka (score).

5. Inventarisasi

Data mentah yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar FC (Fotron Cobol) sehingga membentuk satu kesatuan.

6. Tabulasi Data

Pada tahap ini, data FC di masukkan ke dalam tabel.Tabel tersebut terdiri dari tabulasi tunggal dan tabulasi silang.Sebaran data dalam tabel secara rinci meliputi kategori frekuensi, Persen %tase, dan selanjutnya dianalisa.


(22)

7. Uji Hipotesa

Pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data yang diajukan dapat diterima atau ditolak.Dalam penelitian ini digunakan rumus uji statistik yang telah ditentukan, yaitu uji korelasi dengan menggunakan teknik SPSS 13.Untuk mengukur tinggi rendahnya digunakan skala Ordinal.

4.3 Analisis Tabel Tunggal 4.3.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden disajikan untuk mengetahui latar belakang responden, Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan dan pengeluaran. Berikut rincian dari karakteristik responden :

a. Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Jenis Kelamin

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 77 responden, 40 orang (51,9%) berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 37 orang (48,1%) adalah perempuan. Jumlah responden laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, walaupun perbandingan dari laki-laki dan perempuan tidak terlampau jauh dikarenakan dalam menuntut ilmu tidak memandang jenis kelamin baik itu perempuan maupun laki-laki dan setiap umat yang beragama islam para orangtua lebih cenderung memasukkan putra-putrinya ke sekolah pesantren.

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 40 51,9 51,9 51,9

perempua

n 37 48,1 48,1 100,0


(23)

b. Jurusan

Tabel 4.2 jurusan

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IPA 41 53,2 53,2 53,2

IPS 36 46,8 46,8 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan statistic viewer tabel 4.2 menunjukkan mayoritas responden mengambil jurusan IPA, yaitu 41 orang (53,2%) sedangkan sisanya mengambil jurusan IPS, yaitu 36 orang (46,8%). Hal ini dikarenakan mereka yang memilih jurusan IPA berasumsi jika nantinya ingin melanjutkan kuliah mereka bisa lebih bebas memilih jurusan yang mereka inginkan.Sedangkan memilih jurusan IPS peluang untuk mendapatkan jurusan yang diinginkan nantinya pada saat masuk perguruan tinggi sangat kecil, hanya berkapasitas dibidang sosial saja.

4.3.2 Strategi Komunikasi Pengajar a. Kredibilitas

Kredibilatas berhubungan dengan persepsi sehingga dapat berubah bergantung pada pelaku persepsi atau dalam penelitian ini adalah para santri/samtriwati persepsi ini dapat terbentuk atas kredibilitas sang pengajar dalam memberikan motivasi melalui proses belajar mengajar.

Keahlian

Keahlian merupakan kesan yang dibentuk santri/santriwatitentang kemampuanpengajar dalam proses belajar mengajar.

Tabel 4.3 Ahli Dalam Menyampaikan Topik yang Dibicarakan

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

ahli 11 14,3 14,3 14,3

ahli 64 83,1 83,1 97,4

kurang

ahli 2 2,6 2,6 100,0


(24)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 77 responden, sebagaian besar responden menyatakan bahwa pengajar ahli dalam menyampaikan topik yang dibicarakan, yaitu sebanyak 64 orang (83,1%). Sebanyak 11 orang (14,3%) responden menyatakan sangat setuju bahwa pengajar ahli dalam menyampaikan topik atau materi pembelajaran yang dibicarakan dan hanya 2 orang (2,6%) responden yang menyatakan kurang setuju.

Berdasarkan tabel tersebut didapat bahwa penyampaian topik yang dibicarakan atau materi yang disampaikan oleh pengajar kepada para santri/santriwati adalah baik.Hal ini dikarenakan persepsi yang dibentuk pengajar kepada para santri/santriwati adalah karakter yang cerdas dengan penyampaian hal-hal yang logis dan mudah untuk dimengerti sehingga terlihat ahli dalam penyampaian topik atau materi yang disampaikan.

Kepercayaan

Kepercayaan berkaitan dengan kesan para santri/santriwatitentang pengajaryang berkaitan dengan watak yang ditampilkan pengajarberdasarkan pengalaman yang diceritakan Pengajaritu sendiri, baik pengalaman pribadidalam melaksanakan ibadah maupun pengalaman yang diperkuat oleh kitab-kitab yang telah dibaca.

Tabel 4.4 Kejujuran Pengajar Tentang Pengalamanya

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

jujur 13 16,9 16,9 16,9

Jujur 58 75,3 75,3 92,2

kurang

jujur 6 7,8 7,8 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 58 orang (75,3%) dari 77 responden setuju bahwa pengajar jujur dalam menyampaikan pengalamannya selama menekuni ilmu agama di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah. Sebanyak 13 orang (16,9%) responden menyatakan sangat setuju bahwa


(25)

pengajar jujur dalam menyampaikan pengalamanya, sedangkan sisanya 6 orang (7,8%) yang kurang setuju dengan hal tersebut.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar yang memberikan motivasi tersebut dapat dipercaya oleh para santri/santriwati yang mendengarnya.Hal ini dikarekan adanya dukungan dengan ditampilkannya kitab-kitab yang akurat dan menjadi bukti kuat.

Dinamisme

Dinamisme adalah kemampuan pengajarPesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanahyang terkesan bersemangat dalam menyampaikan materi yang disampaikan.

Tabel 4.5 Bersemangat Saat Berbicara

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

bersemangat 10 13,0 13,0 13,0

bersemangat 61 79,2 79,2 92,2

kurang

bersemangat 5 6,5 6,5 98,7

tidak bersemangat 1 1,3 1,3 100,0

Total 77 100,0 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan setuju bahwa pengajar bersemangat saat berbicara, yaitu sebanyak 61 orang (79,2%), sebanyak 10 orang (13,0%) responden menyatakan sangat setuju bahwa pengajar bersemangat saat berbicara, serta sebanyak 5 orang (6,5%) responden menyatakan kurang setuju bahwa pengajar bersemangat saat berbicara dan sisanya 1 orang (1,3%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pengajar saat berbicara.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pengajar untuk menarik perhatian para santri/santriwati sangat baik karena kesan dinamisme yang ditampilkan pengajar berbicara dengan semangat dapat terlihat dengan pergerakkan dalam menguasai isi materi yang akan disampaikan kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar berlangsung.


(26)

Sosiabilitas

Sosiabilitas merupakan kemampuan pengajar dalam menimbulkan kesan yang riang dan senang bergaul pada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung.

4. 6 Pribadi Senang Bergaul dan Periang

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

berwibawa 20 26,0 26,0 26,0

berwibawa 53 68,8 68,8 94,8

kurang

berwibawa 3 3,9 3,9 98,7

tidak berwibawa 1 1,3 1,3 100,0

Total 77 100,0 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa 53 orang (68,8%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa pengajar memiliki pribadi yang senag bergaul dan periang. Sebanyak 20 orang (26,0%) menyatakan sangat setuju bahwa pengajar memiliki pribadi yang senang bergaul dan periang, semantara 3 orang (3,9%) menyatakan kurang setuju bahwa pengajar memiliki pribadi yang senang bergaul dan periang, sedangkan sisanya 1 orang (3,1%) menyatakan bahwa pengajar memiliki pribadi yang senang bergaul dan periang.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat kesimpulan bahwa kemampuan pengajar dalam menciptakan kesan yang periang dan senang bergaul pada santri/santriwati berhasil dengan tidak meninggalkan kewibawaan yang pengajar punya di depan santri/santriwati. Hal ini dikarenakan bahwa pengajar dalam menyampaikan materi maupun motivasi yang membangun selalu dengan wajah yang ceria dan senyuman.


(27)

Koorientasi

Koorientasi adalah kesan yang ditimbulkan pengajar kepada santri/santriwati yang mewakili nilai-nilai santri/santriwati atau mewakili hal-hal yang disukai seperti kelompok, tokoh atau orang lain.

Tabel 4.7 Mirip dengan Seseorang/Kelompok yang Disukai

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

mirip 10 13,0 13,0 13,0

Mirip 42 54,5 54,5 67,5

kurang

mirip 13 16,9 16,9 84,4

tidak mirip 12 15,6 15,6 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebanyak 42 orang (54,5%) dari 77 respnden menyatakan setuju bahwa pengajar mewakili kelompok, tokoh atau orang lain yang disukai. Sebanyak 13 orang (16,9%) responden menyatakan kurang setuju bahwa pengajar mewakili kelompok, tokoh atau orang lain yang disukai. Sebanyak12 orang (15,6%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pengajar mewakili kelompok, tokoh atau orang lain yang disukai, dan sisanya 10 orang (13,0%) menyatakan sangat setuju bahwa pengajar mewakili kelompok, tokoh atau orang lain yang disukai.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar baik dalam menunjukkan hal-hal yang diteladani oleh santri/santriwati, walaupun tidak semua santri/santriwati merasa pengajar mirip dengan orang yang mereka sukai.

Karisma

Karisma adalah kemampuan pengajar dalam menimbulkan kesan jiwa pemimpin sehingga menimbulkan rasa kagum pada santri/santriwati.


(28)

Tabel 4.8 Jiwa Pengajar yang Luar Biasa

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat kagum 16 20,8 20,8 20,8

kagum 51 66,2 66,2 87,0

kurang kagum 7 9,1 9,1 96,1

tidak kagum 3 3,9 3,9 100,0

Total 77 100,0 100,0

Tabel di atas menunjukkan 51 orang (66,2%) dari 77 responden setuju bahwa pengajar yang memberikan motivasi memiliki jiwa pemimpin yang luar biasa dalam arti rasa kagum. 16 orang (20,8%) menyatakan sangat setuju. Sebanyak 7 orang (9,1%) responden menyatakan kurang setuju, dan sisanya 3 orang (3,9%) responden menyatakan tidak setuju bahwa pengajar yang memberikan motivasi memiliki jiwa pemimpin.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil menimbulkan kesan jiwa pemimpin, berwibawa sehingga menimbulkan rasa kagum pada santri/santriwati. Hal ini dikarenakan pengajar menunjukkan sifat wibawa dan mengayomi kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

b. Atraksi

Atraksi berkaitan segala hal yang dipertunjukkan atau diperlihatkan pengajarkepada santri/santriwati baik itu fisik ataupun ide dengan tujuan menarik perhatian santri/santriwatiuntuk mendengar dan memahami apa yang disampaikan.

Fisik

Atraksi fisik menyebabkan pengajar menarik.Pengajar yang lebih menarik dipandang mata secara fisik akan lebih besar kemungkinannya untuk mempengaruhi santri/santriwati. Dari diri pengajar yang menjadi daya tarik adalah pakaian, pakaian yang dimaksud adalah gaya pakaian modis yang digunakan pengajar saat memberi motivasi yang dapat menarik perhatian santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar berlangsung.


(29)

Tabel 4. 9 Gaya Berpakaian yang Rapi

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

rapi 23 29,9 29,9 29,9

rapi 47 61,0 61,0 90,9

kurang

rapi 6 7,8 7,8 98,7

tidak rapi 1 1,3 1,3 100,0

Total 77 100,0 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa 47 orang (61,0%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa gaya berpakaian pengajar rapi dan bersih. 23 orang (29,9 %) menyatakan sangat setuju, 6 orang (7,8%)menyatakan kurang setuju dan 1 orang (1,3%) menyatakan tidak setuju bhawa gaya pakaian pengajar rapi.

Tabel tersebut menunjukkan gaya berpakaian pengajar rapi dan bersih sehingga dapat menarik perhatian santri/santriwati. Hal ini dikarenkan pengajar memberikan motivasi atau pengajaran tentang bagaimana hidup disiplin serta teratur dan bersih sehingga dapat menimbulkan peningkatan dalam keseriusan belajar.

Selain itu, penampilan fisik yang menarik dan sesuai dengan tuntunan syariat islam adalah penampilan fisik pengajar yang dapat membuat santri/santriwati tertarik sehingga ada keinginan untuk menjadi seperti pengajar nantinya.

Tabel 4. 10 Penampilan Fisik yang Menarik Perhatian

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

menarik 11 14,3 14,3 14,3

menarik 58 75,3 75,3 89,6

kurang

menarik 8 10,4 10,4 100,0

Total 77 100,0 100,0

Tabel di atas menunjukkan 58 (75,3%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa pengajar yang memberi motivasi memiliki penampilan fisik yang menarik perhatian. 11 orang (14,3%) responden menyatakan sangat setuju, dan sisanya 8


(30)

orang (10,4%) responden menyatakan kurang setuju bahwa pengajar yang memberi motivasi maupun pembelajaran memiliki penampilan fisik yang menarik perhatian.

Berdasarkan tabel di atas, didapat bahwa penampilan fisik pengajar yang memberik motivasi berhasil menarik perhatian santri/santriwati.Hal ini dikarenakan pengajar memiliki wajah yang bersih serta menggunakan make-up jika perempuan namun tidak berlebihan.

Kesamaan

Kesamaan merupakan segala hal yang dilihat santri/santriwatidari sang pengajaryang sama dengan dirinya, seperti : pembawaan fisik, pendapat mengenai masalah pandangan mengenai materi pemebelajaran, sehingga menimbulkan kepercayaan.

− Pembawaan fisik

Pembawaaan fisik yaitu berkaitan dengan bahasa tubuh pengajaryang santri/santriwatirasakan sama dengan dirinya.

Tabel 4. 11 Ada Kesamaan Pembawaan Fisik

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

sama 10 13,0 13,0 13,0

Sama 44 57,1 57,1 70,1

kurang

sama 14 18,2 18,2 88,3

tidak sama 9 11,7 11,7 100,0

Total 77 100,0 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa 44 orang (57,1%) dari 77 responden menyatakan setuu bahwa sang pengajar memiliki kesamaan pembawaan fisik dengan dirinya. 14 orang (18,2%) menyatakan kurang setuju, 10 orang (13,0%) sangat setuju dan 9 orang (11,7%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memiliki kesamaan pembawaan fisik dengan dirinya.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa santri/santriwati merasa ada kesamaan pembawaan fisik antara pengajar dengan santri/santriwati sehingga tertarik dengan atraksi pengajar.


(31)

Kesamaan pendapat mengenai masalah pandangan yang dimaksud adalah kesamaan pandangan akan materi pembelajaran pengajar sebelum mengikuti proses pembelajaran di Pesantren dengan pandangan akan materi pembelajaran santri/santriwati sehingga memutuskan untuk mendalami materi pembelajaran di Pesantren.

Tabel 4. 12 Ada Kesamaan Pendapat Mengenai Masalah pandangan

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

menimbulkan kepercayaan

10 13,0 13,0 13,0

menimbulkan

kepercayaan 57 74,0 74,0 87,0

kurang menimbulkan kepercayaan

9 11,7 11,7 98,7

tidak

menimbulkan kepercayaan

1 1,3 1,3 100,0

Total 77 100,0 100,0

Tabel 4.12 di atas menunjukkan 57 orang (74,0%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa pengajar yang memberikan materi memiliki kesamaan pendapat mengenai masalah pandangan materi pembelajaran dengan diri santri/santriwati. 10 orang (13,0%) sangat setuju, 9 orang (11,7%) kurang setuju dan sisanya 1 orang (1.3%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar yang memberikan materi memiliki kesamaan pendapat mengenai masalah pandangan materi pembelajaran dengan diri santri/santriwati.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa ada kesamaan pendapat mengenai masalah pandangan materi pembelajaran antara santri/santriwati dengan pengajar yang memberikan materi pembelajaran dan motivasi sehingga diharapkan dapat menjadi alasan untuk meningkatkan motivasi belajar santri/santriwati di Pesantren.


(32)

c. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan pengajar menimbulkan ketundukan terhadap para santri/santriwati.Ketudukan timbul dari interaksi antara pengajar dengan santri/santriwati.Kekuasaan menyebabkan seseorang pengajar dapat “memaksakan” kehendaknya kepada santri/santriwati, karena memiliki sumber daya yang sangat penting.

1. Kekuasaan Koersif

Kekuasaan koersif adalah Pengajar/Guru mampu menunjukkan kemampuannya untuk mendatangkan gajaran atau hukuman pada santri/watinya.

Tabel 4. 13 Kekuasaan Memberikan Ganjaran/Hukum

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

sering 16 20,8 20,8 20,8

sering 43 55,8 55,8 76,6

jarang 17 22,1 22,1 98,7

tidak pernah 1 1,3 1,3 100,0

Total 77 100,0 100,0

Tabel di atas menunjukkan 43 orang (55,8%) dari 77 responden yang menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan ganjaran/hukuman bila santri/santriwati tidak melaksanakan tugas. 17 orang (20,8%) sangat setuju. 17 orang (22,1%) menyatakan kurang setuju dan sisanya 1 orang (1,3%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memberikan ganjaran/hukuman bila santri/santriwati tidak melaksanakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil memberikan ganjaran atau hukuman kepada santri/santriwati yang tidak melaksanakan tugas yang diberikan oleh pengajar sehingga hal ini menimbulkan para santri/santriwati tunduk akan perintah pengajar.

2. Kekuasaan Keahlian

Kekuasaan Keahlianadalah pengajar/Guru memiliki keahlian yang berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan.sehingga ia dapat menyuruh santri/watinya menafsirkan sesuatu materi dengan pendapatnya.


(33)

Tabel 4. 14 Kekuasaan Memberikan Tugas/Latihan

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

sering 14 18,2 18,2 18,2

sering 48 62,3 62,3 80,5

jarang 12 15,6 15,6 96,1

tidak pernah 3 3,9 3,9 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.14 di atas menunjukkan 48 orang (62,3%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan tugas-tugas/latihan kepada santri/santriwati. 14 orang (18,2%) menyatakan sangat setuju. 12 orang (15,6%) menyatakan kurang setuju dan sisanya 3 orang (3,9%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memberikan tugas-tugas/latihan kepada santri/santriwati.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil memberikan tugas-tugas/latihan kepada santri/santriwati dengan baik sesuai dengan pemahamannya sebagai seorang pengajar dan dipatuhi oleh para santri/santriwati.

3. Kekuasaan informasional

Kekuasaan informasional adalah pengajar/Guru memiliki kekuasan ini yang berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimilikinya.

Tabel 4. 15 Kekuasaan Memberikan Rekomendasi Buku

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

sering 14 18,2 18,2 18,2

sering 39 50,6 50,6 68,8

jarang 18 23,4 23,4 92,2

tidak pernah 6 7,8 7,8 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan 39orang (50,6%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan rekomendasi bahan materi kepada santri/santriwati. 14 orang (18,2%) menyatakan sangat setuju. 18 orang (23,4%) kurang setuju dan sisanya 6 orang (7,8%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memberikan rekomendasi bahan materi kepada santri/santriwati.


(34)

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil memberikan rekomendasi bahan materi pembelajaran kepada santri/santriwati dengan baik sesuai dengan pemahamannya sebagai seorang pengajar dan dipatuhi oleh para santri/santriwati.

4. Kekuasaan Rujukan

Kekuasaan rujukan adalah pengajar/Guru mampu menamakan kekaguman pada santri/wati sehingga seluruh perilakunya diteladani.

Tabel 4. 16 Kekuasaan Memberikan Contoh Teladan

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

sering 21 27,3 27,3 27,3

sering 46 59,7 59,7 87,0

jarang 8 10,4 10,4 97,4

tidak pernah 2 2,6 2,6 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan 46 orang (59,7%) dari 77 responden menyatakan bahwa pengajar mampu menjadi teladan bagi para santri/santriwati di pondok Pesantren. 21 orang (27,3%) menyatakan sangat setuju. 8 orng (10,4%) kurang setuju dan sisanya 2 orang( 2,6 %) menyatakan tidak setuju pengajar mampu menjadi teladan bagi para santri/santriwati di pondok Pesantren.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar mampu menjadi teladan bagi para santri/santriwati di dalam pondok Pesantren selama mereka menjadi santri/santriwati disana.

5. Kekuasaan Legal

Kekuasaan legal adalah pengajar /Guru memiliki kekuasaan yang berasal dari seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan pengajar/guru berwenang untuk melakukan suatu tindakan kepada santri/watinya.


(35)

Tabel 4. 17 Kekuasaan yang Berasal dari Jabatan

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

sering 5 6,5 6,5 6,5

sering 31 40,3 40,3 46,8

jarang 28 36,4 36,4 83,1

tidak pernah 13 16,9 16,9 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.17 menunjukkan 31 orang (40,3%) dari 77 responden menyatakan bahwa pengajar menggunakan jabatannyauntuk membuat santri/santriwati patuh dan taat akan perintah yang ia berikan kepada mereka. 28 orang (36,4%) menyatakan kurang setuju. 13 orang (16,9%) menyatakan tidak setuju dan 5 orang (6,5%) menyatakan sangat setuju bahwa pengajar menggunakan jabatannyauntuk membuat santri/santriwati patuh dan taat akan perintah yang ia berikan kepada mereka.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar menggunakan jabatannya dengan baik untuk membuat para santri/santriwati patuh akan perintah dari sang pengajar tersebut.

4.3.3 Motivasi Belajar Santri/wati

Untuk membangkitkan motivasi para santri/santriwati, maka pengajar harus mampu memberikan dorongan-dorongan yang positif untuk para santri/santriwati. Pada tahap awal pengajar tentunya harus memberikan dorangan berupa dorongan hasrat dan keinginan untuk berhasil pada santri/santriwati, dari sini lah maka akan terciptanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar akan suatu harapan yang akan dicapai oleh para santri/santriwati dengan memalui penghargaan yang terima, kegiatan yang dilakukan setiap harinya dan lingkungan sekolahyang kondusif.

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Dalam meningkatkan motivasi belajar terhadap para santri/santriwati, pengajar harus mampu mendorong santri/santriwati termotivasi dengan berupa dorongan hasrat dan keinginan untuk berhasil kepada para santri/santriwati tersebut.


(36)

Tabel 4. 18 Adanya Hasrat dan keinginan Berhasil

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

sering 8 10,4 10,4 10,4

sering 42 54,5 54,5 64,9

jarang 21 27,3 27,3 92,2

tidak pernah 6 7,8 7,8 100,0

Total 77 100,0 100,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa 42 orang (54,5%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan dorongan motivasi berupa penanaman hasrat dan keinginan untuk berhasil pada jiwa santri/santriwati. 21 orang (27,3%) menyatakan orang kurang setuju. 8 orang (10,4%) menyatakan sangat setuju dan sisanya 6 orang (7,8%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memberikan dorongan motivasi berupa penanaman hasrat dan keinginan untuk berhasil pada jiwa santri/santriwati.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil memberikan penanaman hasrat dan keinginan untuk berhasil pada benak santri/santriwati.Hal ini membuat para santri/santriwati termotivasi untuk belajar.

2. Adanya Dorongan dan kebutuhan untuk Belajar

Dorongan dan kebutuhan belajar disini maksudnya adalah suatu pemberian berupa stimulus atau dorongan untuk belajar yang ditujukan kepada para santri/santriwati akan suatu hal sehingga membuat para santri/santriwati butuh untuk belajar.

Tabel 4. 19 Dorongan dan kebutuhan untuk Belajar

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

termotivasi 26 33,8 33,8 33,8

termotivasi 46 59,7 59,7 93,5

kurang

termotivasi 5 6,5 6,5 100,0

Total 77 100,0 100,0

Medasarkan tabel 4.19 di atas menunjukkan bahwa 46 orang (59,7%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan dorongan motivasi


(37)

berupa dorongan dan kebutuhan untuk belajar kepada para santri/santriwati. 26 orang (33,8%) menyatakan sangat setuju dan sisanya 5 orang (6,5%) menyatakan kurang setuju bahwa pengajar memberikan dorongan motivasi berupa dorongan dan kebutuhan untuk belajar kepada para santri/santriwati.

Menurut tabel tersebut, didapat hasil yang mengungkapkan bahwa sebanyak 59,7 % pengajar berhasil mendorong para santri/santri untuk lebih memiliki kebutuhan untuk belajar sehingga hal ini menimbulkan motivasi dalam diri santri/santriwati untuk belajar dan terus belajar.

3. Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan

Harapan dan cita-cita dalah sesuatu hal yang tumbuh dan ingin dicapai oleh setiap individu. Adanya Harapan dan cita-cita membuat individu termotivasi untuk melakukan hal-hal apa saja yang akan membuat harapannya tercapai. Pengajar sebagai fasilitator hanya mengarahkan santri/santriwatinya sehingga tercapainya harapan dan cita-cita masa depan dari para santri/santriwatinya.

Tabel 4.20 Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

bermakna 16 20,8 20,8 20,8

bermakna 57 74,0 74,0 94,8

kurang

bermakna 3 3,9 3,9 98,7

tidak bermakna 1 1,3 1,3 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 57 orang (74,0%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan dorongan motivasi dengan menumbuhkan rasa harapan dan cita-cita masa depan ke dalam benak para santri/santriwati. 16 orang (20,8%) menyatakan sangat setuju. Di antaranya 3 orang (3,9%) menyatakan kurang setuju dan sisanya 1 orang (1,3%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memberikan dorongan motivasi dengan dengan menumbuhkan rasa harapan dan cita-cita masa depan ke dalam benak para santri/santriwati.


(38)

Berdasarkan tabel tersebut, didapat pengajar berhasil memberikan motivasi dengan menumbuhkan rasa harapan dan cita-cita masa depan ke dalam benak para santri/santriwati. Dengan menumbuhkan rasa harapan dan cita-cita masa depan ke dalam benak para santri/santriwati membuat para santri/santriwati termotivasi untuk belajar.

4. Penghargaan dalam Belajar

Adanya dorongan untuk belajar dalam diri anak dikarenakan adanya suatu penghargaan yang diterima olenya.Dengan adanya penghargaan membuat para santri/santriwati termotivasi untuk belajar.

Tabel 4. 21 Adanya Dorongan dalam Belajar

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

termotivasi 25 32,5 32,5 32,5

termotivasi 49 63,6 63,6 96,1

kurang

termotivasi 2 2,6 2,6 98,7

tidak

termotivasi 1 1,3 1,3 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 49 orang (63,6%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan penghargaan dalam belajar yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran sebagai suatu dorongan motivasi agar santri/santriwati lebih termotivasi dalam pelajaran. 25 orang (32,5%) menyatakan sangat setuju. 2 orang diantaranya (2,6%) menyatakan kurang setuju dan sisanya 1 orang (1,3 %) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memberikan penghargaan dalam belajar untuk membuat suatu perhatian terhadap pelajaran sebagai suatu dorongan motivasi agar santri/santriwati lebih termotivasi dalam pelajaran.

Berdasarkan tabel tersebut, didapat bahwa pengajar berhasil memberikan penghargaan dalam belajar untuk mendorong motivasi belajar para santri/santriwati.


(39)

5. Kegiatan Menarik dalam Belajar

Dalam menumbuhkan rasa motivasi belajar dalam diri para santri/santriwati. Pengajar harus mampu memberikan kegiatan yang dilakukan didalam proses belajar mengajar menarik dan menyenangkan untuk para santri/santriwati.

Tabel 4. 22 Kekuasaan Memberikan Tugas/Latihan

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

percaya 15 19,5 19,5 19,5

percaya 58 75,3 75,3 94,8

kurang

percaya 3 3,9 3,9 98,7

tidak percaya 1 1,3 1,3 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.22 menunjukkan bahwa 58 orang (75,3%) dari 77 responden menyatakan setuju bahwa pengajar memberikan kegiatan yang sehari-hari dilakukan dalam proses belajar mengajar menarik bagi para santri/santriwati. 15 orang (19,5%) menyatakan sangat setuju. 3 orang (3,9%) menyatakan kurang setuju dan sisanya 1 orang (1,3%) menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memberikan kegiatan yang sehari-hari dilakukan dalam proses belajar mengajar menarik bagi para santri/santriwati.

Dari hasil tabel di atas, didapat bahwa pengajar berhasil melalukan kegiatan dalam proses belajar mengajar menarik bagi para santri/santriwaiti. Dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan bagi santri/santriwati menumbuhkan rasa motivasi dalam diri para santri/santriwati untuk belajar.

6. Lingkungan Belajar yang Kondusif

Kenyaman, keamanan akan suatu hal tentunya akan membuat seseorang individu akan senang hati melakukan suatu hal itu juga. Dalam pembelajaran lingkungan belajar yang kondusif sangat diperlukan untuk peningkatan belajar mengajar pada diri santri/santriwati tersebut.


(40)

Tabel 4. 23 Lingkungan Belajar yang Kondusif

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat

termotivasi 24 31,2 31,2 31,2

termotivasi 50 64,9 64,9 96,1

kurang

termotivasi 3 3,9 3,9 100,0

Total 77 100,0 100,0

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 50 orang ( 64,9%) dari 77 responden menyatakan bahwa pengajar memberikan lingkungan belajar yang kondusif bagi para santri/santriwati. 24 orang (31,2%) menyatakan sangat setuju dan sisanya 3 orang (3,9%) menyatakan bahwa pengajar memberikan lingkungan belajar yang kondusif bagi para santri/santriwati.

Berdasarkan tabel di atas, didapat bahwa penagajar berhasil dengan baik memberikan lingkungan belajar yang kondusif kepada para santri/santriwati.Dengan lingkungan belajar yang kondusif diharapkan membuat termotivasi santri/santriwati untuk lebih giat belajar.

4.4 Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang pada bagian ini, akan membuat tentang penilaian dan data dalam satu tabel. Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif. Namun, analisa tabel ini bukanlah dapat dijadikan sebagai penentu utama untuk melihat hubungan variabel yang diteliti, tetapi ditujukan untuk melihat bagaimana penilaian data yang satu dan hubungannya dengan data yang lain.


(41)

4.4.1 Uji Silang antara Kesamaan Pembawaan Fisik dengan Kegiatan Menarik dalam Belajar

Tabel 4.24 Uji Silang antara Kesamaan Pembawaan Fisik dengan Kegiatan Menarik dalam Belajar

Dependent Variable: KC

Source

Type III Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Noncen t. Paramet

er

Observed Power(a) Corrected

Model 1,636(b) 3 ,545 2,089 ,109 6,266 ,514

Intercept 176,374 1 176,374 675,341 ,000 675,341 1,000

KN 1,636 3 ,545 2,089 ,109 6,266 ,514

Error 19,065 73 ,261

Total 290,000 77

Corrected

Total 20,701 76

a. R Squared = ,079 (Adjusted R Squared = ,041)

Berdasarkan output “SPSS Statistic Viewer”, diketahui nilai fhitung sebesar 2,089

lebih besar dari ftabel sebesar 0,05. Dengan demikian, bila analisis data

tersebutdirumuskan melalui hipotesis, maka didapat:

fhitung : 2,089 ≥ ftabel : 0,05

maka hipotesis nol ditolak. Kesimpulannya, terdapat hubungan yang signifikan antara kesamaan pembawaan fisik dan kegiatan menarik dalam belajar.


(42)

4.4.2 Uji Silang antara kesamaan Pandangan dengan Dorongan dan Kebutuhan Belajar

Tabel 4.25 Uji Silang antara kesamaan Pandangan dengan Dorongan dan Kebutuhan Belajar

Dependent Variable: PM

Source

Type III Sum

of Squares df

Mean

Square F Sig.

Noncent. Parameter

Observed Power(a) Corrected

Model 2,184(b) 3 ,728 2,785 ,047 8,354 ,649

Intercept 34,416 1 34,416 131,620 ,000 131,620 1,000

SB 2,184 3 ,728 2,785 ,047 8,354 ,649

Error 19,088 73 ,261

Total 251,000 77

Corrected

Total 21,273 76

A. R Squared = ,103 (Adjusted R Squared = ,066)

Berdasarkan output “SPSS Statistic Viewer”, diketahui nilai fhitung sebesar 2,785

lebih besar dari ftabel sebesar 0,05. Dengan demikian, bila analisis data

tersebutdirumuskan melalui hipotesis, maka didapat:

fhitung : 2,785 ≥ ftabel : 0,05

maka hipotesis nol ditolak. Kesimpulannya, terdapat hubungan yang signifikan antara kesamaan pandangan dan dorongan dan kebutuhan belajar.


(43)

4.4.3 Uji Silang antara Sosiabilitas dengan Lingkungan Belajar yang Kondusif

Tabel 4.26 Uji Silang antara Sosiabilitas dengan Lingkungan Belajar yang Kondusif

Dependent Variable: IT

Source

Type III Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Noncent. Parameter

Observed Power(a) Corrected

Model 6,922(b) 3 2,307 9,179 ,000 27,538 ,995

Intercept 51,641 1 51,641 205,436 ,000 205,436 1,000

KM 6,922 3 2,307 9,179 ,000 27,538 ,995

Error 18,350 73 ,251

Total 255,000 77

Corrected

Total 25,273 76

a. R Squared = ,274 (Adjusted R Squared = ,244)

Berdasarkan output “SPSS Statistic Viewer”, diketahui nilai fhitung sebesar 9,179

lebih besar dari ftabel sebesar 0,05. Dengan demikian, bila analisis data

tersebutdirumuskan melalui hipotesis, maka didapat:

fhitung : 9,179 ≥ ftabel : 0,05

maka hipotesis nol ditolak. Kesimpulannya, terdapat hubungan yang signifikan antara sosiabilitas dan lingkungan belajar yang kondusif.

4.5 Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak.Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus Spearman Rho Koefisien. Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data untuk hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Jika rho< 0, maka hipotesis ditolak Jika rho > 0, maka hipotesis diterima

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford, yaitu sebagai berikut:

Kurang dari 0,20 : hubungan rendah sekali

0,20 – 0,40 : hubungan rendah


(44)

0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi; kuat

Lebih dari 0,90 : hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat di andalkan.

Tabel 4.27 Koefisien korelasi Spearman variabelx Variabely Spearman's rho variabelx Correlation

Coefficient 1,000 ,462(**)

Sig. (2-tailed) . ,000

N 77 77

variabely Correlation

Coefficient ,462(**) 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 77 77

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada hasil perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan Spearman Rho Koefisien, terlihat angka .462 yang berarti sebagai 0,462. Angka tersebut adalah angka koefisien korelasi. Diambil dua digit terakhir dibelakang koma menjadi 0,46. Angka tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti dikarenakan terletak pada interval 0,41 – 0,70 pada skala Guilford. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan atau diuraikan terdapat hubungan yang cukup berarti tetapi pasti antara strategi komunikasi pengajar dan motivasi belajar.

Selanjutnya berdasarkan nilai rs yang diperoleh maka dapat dilakukan Uji Determinan Korelasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi komunikasi pengajar dalam membentuk peningkatan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

��= (�s)2� 100% ��= (0,99)2 100%

��= 0,9801� 100% ��= 98,01%

Dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh strategi komunikasi pengajar dalam membentuk peningkatan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan adalah sebesar 98,01%, sedangkan 1,99% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar strategi komunikasi pengajar.


(45)

4.6 Pembahasan

Dalam penelitian ini, setelah melalui tahapan analisis data dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan rumus tata jenjang Spearman, diperoleh koefisien korelasi (rs) sebesar 0,99 (rs> 0). Hal ini menunjukkan bahwa Hipotesis Alternatif (Ha) :

Terdapat hubungan antara pengaruh strategi komunikasi pengajar dan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan, diterima, dan Hipotesis Nol (Ho) : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh strategi komunikasi pengajar dan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan, ditolak.

Pada hasil perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan Spearman Rho Koefisien, terlihat angka .462 yang berarti sebagai 0,462. Angka tersebut adalah angka koefisien korelasi. Diambil dua digit terakhir dibelakang koma menjadi 0,46. Angka tersebut menunjukkan hubungan yang cukup berarti dikarenakan terletak pada interval 0,41 – 0,70 pada skala Guilfordyang mengindikasikan pengaruh strategi komunikasi pengajar terhadap motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan signifikan, artinya teknik strategi komunikasi pengajar dapat menimbulkan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

Peneliti juga mencari besarnya kekuatan pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel X terhadap variabel Y dan diperoleh hasil 98,01%. Hal ini berarti besarnya pengaruh strategi komunikasi pengajar terhadap motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islmiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan signifikan adalah sebesar 98,01%, sedangkan 1,99% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar strategi komunikasi pengajar.

Untuk melaksanakan komunikasi yang efektif komunikator tentunya yang memiliki dua faktor penting pada diri komunikator yaitu kepercayaan pada komunikator dan daya tarik komunikator untuk menumbukan motivasi pada diri para santri/santriwati di Pesantren. Pengajar sebagai komunikator menjadi pusat perhatian seluruh para santri/santriwati saat proses belajar mengajar tengah berlangsung. Segala hal yang ada pada diri pengajartersebut dinilai oleh para santri/santriwati, seperti : penampilan fisik, bahasa tubuh serta bagaimana interaksi-nya dengan santri/santriwati, khususnya santri/santriwati. Pada tahap ini, komunikator sebagai pemberi stimulus sudah menarik


(46)

perhatian santri/santriwati, maka santri/santriwati pun mulai membandingkan dirinya dengan pengajardan mencari kesamaan yang ada antara dirinya dan pengajartersebut, serta bagaimana pengajar menggunakan kekuasaannya dalam memberikan stimulus untuk termotivasi belajar.

Setelah mendapatkan kesamaan dalam beberapa hal, seperti kesamaan fisik dan kesamaan pandangan. Pada tabel 4.24, dari 77 responden, jumlah responden jumlah responden yang memiliki tanggapan setuju bahwa kegiatan yang dilakukan menarik pada saat proses belajar mengajar tengah berlangsung adalah 58 orang. Diantaranya 35 orang menyatakan setuju bahwa pengajar memiliki kesamaan dalam membawakan diri kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar dan 5 orang menyatakan sangat setuju bahwa pengajar memiliki kesamaan dalam membawakan diri kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar. 11 orang kurang setuju dan 7 orang menyatakan tidak setuju bahwa pengajar memiliki kesamaan dalam membawakan diri kepada santri/santriwati pada saat proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan, pengajar berhasil membawakan dirinya sama dengan mayoritas santri/santriwati.

Selain itu, berdasarkan tabel 4.26, dari 77 responden terdapat 50 orang memiliki tanggapan setuju bahwa lingkungan belajar kondusif. Diantaranya 9 menyatakan sangat setuju bahwa kemampuan pengajar dalam menimbulkan kesan yang riang dan senang bergaul pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan 38 orang menyatakan setuju. 2 orang menyatakan kurang setuju dan 1 orang menyatakan tidak setuju bahwa kemampuan pengajar dalam menimbulkan kesan yang riang dan senang bergaul pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini membuktikan bahwa sikap yang ditimbulkan kesan yang riang dan senang bergaul yang ditujukan kepada para santri/santriwati membuat santri/santriwati merasakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga menimbulkan motivasi belajar dalam diri para santri/santriwati.

Hal-hal tersebut menjelaskan bahwa komunikator yang efektif melibatkan kredibilitasnya, atraksinya dan juga kekuasaan pengajar yang dapat menimbulkan motivasi belajar pada santri/santriwati. Kredibilitas pengajaryang berhubungan dengan kemampuan pengajar, membentuk kesan ahli dalam menyampaikan topik di mata santri/santriwati, terkesan jujur, tidak monoton, terkesan ramah, ada jiwa pemimpin atau bahkan terkesan mirip dengan seseorang /kelompok yang disukai oleh santri/santriwati tersebut. Atraksi yang berhubungan dengan pertunjukkan yang ditampilkan oleh


(47)

pengajar, terkesan menarik oleh santri/santriwati, seperti penampilan fisik yang menarik dan juga segala hal yang terkesan sama dengan antara pengajardan santri/santriwati, baik ide-ide ataupun pemahaman akan suatu hal. Kekuasaan yang dimiliki oleh pengajar dalam menggunakan wewenang untuk memberikan motivasi belajar pada santri/santriwati.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Straegi komunikasi pengajar Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan; yang berbentuk belajar mengajar; berhasil meningkatkan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Pengajar membentuk kesan ahli dalam menyampaikan topik di mata santri/santriwati, terkesan jujur, tidak monoton, terkesan ramah, ada jiwa pemimpin atau bahkan terkesan mirip dengan seseorang /kelompok yang disukai oleh santri/santriwati tersebut. Pembawaan atraksi yang ditampilkan oleh pengajar juga terkesan menarik oleh santri/santriwati, seperti penampilan fisik yang menarik dan juga segala hal yang terkesan sama dengan antara pengajardan santri/santriwati, baik ide-ide ataupun pemahaman akan suatu hal. Kekuasaan/ wewenang yang dimiliki pengajar dalam menumbuhkan rasa motivasi belajarseperti: koersif, keahlian, imformasional, rujukan, dan legal yang digunakan dengan baik oleh pengajar terhadap para santri/santriwati.

2. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengajar telah menarik perhatian santri/santriwati sehingga memunculkan motivasi akan kebutuhan belajar. santri/santriwati setuju bahwa kegiatan yang dilakukan oleh mereka setiap harinya, dikarenakan pengajar membawakan dirinya sama dengan para santri/santriwatinya pada saat proses belajar mengajar tengah berlangsung sehingga menimbulkan rasa nyaman dan pada akhirnya memotivasi belajar para santri/santriwati untuk lebih giat kembali belajar dan lebih baik lagi daripada sebelumnya, pengajar juga memberikan lingkungan belajar yang kondusif. Selain itu, santri/santriwati merasakan persamaan pandangan akan permasalahan materi pembelajaran dimana para santri/santriwati adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam diri para santri/santriwati untuk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.


(49)

3. Terdapat hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali, antara strategi komunikasi pengajar dengan motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Berdasarkan hasil uji hipotesis, hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali menyiratkan bahwa strategi komunikasi pengajar berpengaruh kuat terhadap motivasi belajar pada santri/santriwati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

5.2 Saran dari Responden Penelitian

1. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengajar selaku komunikator pada dasarnya sudah baik, namun responden mengharapkan para pengajarlebih aktraktif dan lebih menyederhanakan penjelasan akan suatu hal agar dapat dimengerti oleh para santri/santriwati di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan melalui sebuah contoh-contoh hal kecil yang terlihat di lingkungan pesantren.

2. Kesan riang dan senang bergaul yang ditimbulkan dihadapan para

santri/santriwati tidak hanya pada saat proses belajar mengajar tengah berlangsung tetapi juga ditimbulkan di luar proses belajar mengajar. Hal ini ditujukan untuk mendekatkan para pengajar dengan para santri/santriwat tanpa harus meninggalkan kesan wibawa sebagai seorang pengajar.

3. Salah satu strategi komunikasi yang dapat dilakukan oleh pengajar dalam menumbuhkan motivasi belajar dengan memberikan lingkungan belajar yang berbeda, tetapi tetap kondusif. Seperti halnya tidak monoton melakukan pembelajaran hanya di dalam kelas tetapi melakukannya diluar sebuah taman dilingkungan Pesantren.

5.3 Saran dalam Kaitan Akademis

Adanya hasil dari penelitian ini, diharapkan mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu komunikasi dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan sudut pandang yang berbeda dan mendapatkan kesimpulan yang akan memperkaya khasanah penelitian di bidang ilmu komunikasi khususnya penelitian mengenai Komunikasi persuasif komunikator.


(50)

5.4 Saran dalam Kaitan Praktis

1. Pengajartelah menampilkan yang terbaik dalam menumbuhkan rasa motivasi belajar pada diri santri/santriwati, namun ada baiknya saat proses belajar mengajar lebih diberikan hak kepada santri/santriwati untuk berpendapat akan suatu hal sehingga terbentuk suatu pencapaian emosional secara personal akan suatu hal yang para santri/santriwati ketahui bukan dari apa yang diketahui oleh pengajar dan pengajar pun dapat memberikan penjelasan mengenai apa yang tidak diketahui oleh para santri/santriwati sehingga antara pengajar dengan para santri/santriwati melakukan pembelajaran yang bermakna.

2. Untuk memberikan hak berpendapat kepada para santri/santriwati. Ada baiknya lebih diperbanyaknya melakukan persentasi akan suatu topik yang sedang hangat dan biarkan para santri/santriwati memberikan pendapatnya sesuai dengan apa yang para santri/santriwati tersebut ketahui.

3. Mengingat strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengajar memiliki pengaruh yang sangat tinggi; kuat sekali terhadap motivasi belajar pada santri/santriwati di Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan, hendaknya tetap memperhatikan dan meningkatkan kemampuan strategi komunikassi yang dilakukan oleh pengajar selaku komunikator agar semakin meningkatkan motivasi belajar para santri/santriwati yang kedepannya dapat lebih mengembangkan pesantren dengan baik.


(51)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang dapat menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi, 1995:39). Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu.Dalam kerangka teoritis, secara logis dikembangkan, digambarkan, dan dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi antara variabel-variabel yang diidentifikasi melalui survei atau telaah literatur (silalahi, 2009:92).

Membangun kerangka teoritis akan membantu meningkatkan pengetahuan dan pengertian peneliti terhadap gejala dan hubungan antar-gejala yang diamati. Berdasarkan pengertian tersebut, maka teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Strategi Komunikasi, Teori S-O-R, Motivasi Belajar, Remaja.

2.1.1 Komunikasi dan Strategi Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi dan Strategi Komunikasi

Secara etimologis, kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latincommunis yang artinya “sama”, communico, communicare yang artinya “membuat sama” (Mulyana, 2007:46). Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa komunikasi melibatkan lebih dari satu orang.

Pengertiankomunikasiyangdipaparkandiatassifatnyadasariah,dalam

artikatabahwakomunikasiituminimalharus mengandungkesamaan makna antaradua pihakyang terlibat.Hal tersebut dikarenakan kegiatankomunikasi tidakhanya informatif, yakniagar oranglainmengertidantahu,tetapijuga

persuasif,yaituagaroranglainbersediamenerimasuatupaham ataukeyakinan, melakukan


(52)

Bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi denga sesuatu pihak, maka orang tersebut cendrung berusaha untuk mengadakan persamaan arti dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasi atau menyamakan dirinya dengan yang diajaknya berkomunikasi. Denga demikian, diharapkan akan memperoleh suatu kesepakatan arti. Kesepakatan arti dibatasi kepada pengertian bahasa dan makna dari objek yang diperbincangkan (Suwardi, 2007:6).

Komunikasi menurut Everett M,Rogers seperti yang dikutip Onong U. Effendy, segalaperilakudapatdisebutkomunikasijika melibatkanduaorangatau lebih. Richard dan

Yoshida mengatakan bahwa komunikasi terjadi jika setidaknya

suatusumbermembangkitkan responspada penerimamelaluipenyampaiansuatu pesandalambentuktandaatausimbol,baikbentukverbalataupunnonverbal, tanpaharus memastikan terlebihdahulubahwakeduapihak yangberkomunikasi punyasuatusistem simbolyangsama(Mulyana,2004:3).Komunikasiadalah proses berbagimakna melalui perilaku verbal dan non verbal.

Batasan lingkup komunikasi adalah berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap atau emosi dariseorang ataukelompokkepada yanglain (ataulain-lainnya)terutamamelalui simbol-simbol(Nawawi 1995:40). Menurut Lasswell, komunikasi yang efektif itu harus memiliki lima unsur yang tertera dalam kalimat “who says what in which channel to whom with what effect”. Adapun kelima unsur tersebut adalah:

a. Who : Komunikator (source, sender)

Dalam komunikasiantar manusia,sumberbisaterdiridarisatuorangtetapi bisajugadalam

bentukkelompokmisalnyaorganisasiataulembaga.Sumberdisebutjugasebagaipengiri m ataukomunikator.Dalam halini yang bertindak sebagai komunikatoradalah pengajar atau seorang guru yang member pengarahan, pengetahuan saat di dalam proses pembelajaran di kelas.

b. Says what : Pesan (message)

Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepadapenerima.Pesandapatdisampaikandengancaratatap


(53)

pesan yang didominasi oleh pikiran yang disampaikan pada saat proses pembelajaran di kelas.

c. In what channel : Saluran (media)

Media adalah alat yang digunakan untukmemindahkan pesan dari sumber kepadapenerima.Mediabisabermacam-macam bentuknyayaitu,indera manusia, salurankomunikasi berupa media cetak dan elektronik, dan media komunikasisosialsepertibalaidesa, kesenian rakyat, dan pesta rakyat. Dalam proses pembelajaran di kelas, media yang digunakan adalah indra manusia dan media alat tulis .

d. To whom : Komunikan (receiver)

Penerima adalah pihakyang menjadi sasaranpesan yang dikirimoleh sumber.

Penerimabisaterdiridari satu orang atau lebih. Penerimaadalah

elemenpentingdalamproseskomunikasikarenadialah yangmenjadi sasarankomunikasi.Dalam halini,yangbertindaksebagaikomunikan adalah santri/wati Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan yang sedang mengikuti proses pembelajaran di kelas.

e. With what effect : Efek/dampak

Efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukanolehpenerimasebelum dansesudahmenerimapesan.Efekbisa jugadiartikansebagai perubahanpadapengetahuan,sikap, dantindakan seseorang sebagai akibatpenerimaanpesan (Cangara,1998:23-25).Efek yangakanterlihatberupatermotivasinya santri/wati untuk lebih giat lagi belajar dengan meningkatnya prestasi dari setiap santri/wati.

Selain itu, ada juga unsur lain seperti TanggapanBalik (feedback), adayangberanggapan bahwaumpanbalikadalahsalah satubentuk daripada pengaruh

yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya

umpanbalikbisajugaberasaldariunsurlain sepertipesandanmedia, meski pesan belumsampai.

Lalu unsur Lingkungan, lingkungan atausituasiadalah faktor-faktortertentu yangdapat mempengaruhijalannyakomunikasi.Faktorinidapatdigolongkan atas empatmacam,yaknilingkunganfisik, lingkungan sosialbudaya, lingkunganpsikologis dan dimensi waktu (Cangara, 2004:23-27).


(54)

2.1.1.2Lingkup Komunikasi

Ilmu Komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup (scope)-nya dan banyak dimensinya. Berikut ini adalah pengelompokan komunikasi berdasarkan konteksnya (Effendy 2003 : 52):

a. Bidang Komunikasi

• Komunikasi sosial (Social communication)

• Komunikasi organisasi/manajemen (Organizationa/Management communication)

• Komunikasi bisnis (Business communication) • Komunikasi politik (Political communication)

• Komunikasi internasional (International communication) • Komunikasi antarbudaya (Intercultural communication) • Komunikasi pembangunan (Development communication) • Komunikasi tradisional (Traditional communication) b. Sifat Komunikasi

• Komunikasi Verbal (Verbal communication) − Komunikasi Lisan (Oral communication) − Komunikasi Tulisan (Written communication) • Komunikasi Nonverbal (Nonverbal communication)

− Komunikasi Kial (Gestural/body communication) − Komunikasi Gambar (Pictorial communication) • Komunikasi tatap muka (Face-to-face communication) • Komunikasi bermedia (Mediated communication)

c. Tatanan Komunikasi

• Komunikasi Pribadi (Personal communication)


(55)

− Komunikasi antarpribadi (Interpersonal communication) • Komunikasi Kelompok (Group communication)

− Komunikasi Kelompok Kecil (Small group communication)

− Komunikasi Kelompok Besar (Large group communication/public speaking)

• Komunikasi Massa (Mass communication)

− Komunikasi media massa cetak/pers (Printed mass media

communication)

− Komunikasi media massa elektronik (Electronic mass media communication)

• Komunikasi Medio (Medio communication) d. Tujuan Komunikasi

• Mengubah sikap (to change the attitude)

• Mengubah opini, pendapat dan pandangan (to change the opinion) • Mengubah perilaku (to change the behavior)

• Mengubah masyarakat (to change the society) e. Fungsi Komunikasi

• Menginformasikan (to inform) • Mendidik (to educate)

• Menghibur (to entertain) • Mempengaruhi (to influence) f. Teknik Komunikasi

• Komunikasi Informatif (Informative communication) • Komunikasi Persuasif (Persuasive communication) • Komunikasi Pervasif (Pervasive communication) • Komunikasi Koersif (Coersive communication) • Komunikasi Intruktif (Instructive communication) • Hubungan Manusiawi (Human relations)

g. Metode Komunikasi

• Jurnalisme/Jurnlistik (Journalism) • Hubungan Masyarakat (Public relations)


(56)

• Periklanan (Advertising) • Propaganda

• Perang Urat Syaraf (Psychological Warfare) • Perpustakaan (Library)

2.1.1.3Proses Komunikasi

Proseskomunikasipadahakikatnyaadalahprosespenyampaianpikiran

atauperasaandariseseorang(komunikator) kepadaoranglain(komunikan). Pikiranbisa berupagagasan,informasi,opinidanlain-lainyangmunculdari benaknya.Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran,kemarahan,keberanian,kegairahandansebagainyayangtimbul darilubuk hati.Yangmenjadipermasalahan ialahbagaimanacaranyaagar “gambarandalam benak”dan“isikesadaran”padakomunikatoritudapat dimengerti,diterima dan bahkan dilakukan olehkomunikan (Effendy, 2005:11).

WilburSchramm (Effendy,1992:32-33)dalam karyanya“How Communication

Works” mengatakan the condition of success in communication, yakni kondisi yang

harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.diringkas sebagai berikut:

a. Pesanharusdirancangdandisampaikansedemikianrupasehinggadapat menarik perhatiansasaran yang dimaksud.

b. Pesanharusmenggunakantanda-tandayangtertujukepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan menyarankan suatu carauntuk memperoleh kebutuhan tersebut.

d. Pesanharus menyarankansuatucarauntuk memperolehkebutuhanyang layak bagisituasikelompoktempatkomunikanberada padasaatia digerakkanuntuk memberikantanggapan yang dikehendaki.

Proseskomunikasipadadasarnyadapatdibagimenjadiduatahap,yaitu (Effendy, 2000;11) :

a. Proseskomunikasisecaraprimer,yaituprosespenyampaian pikiranatau perasaanseseorangkepadaorang laindenganmenggunakanlambang sebagaimedia.Lambangsebagaimediadalam proseskomunikasiadalah bahasa,kial


(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Pembatasan Masalah ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 8

1.5Manfaat Penelitian ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Komunikasi dan Strategi Komunikasi ... 9

2.1.2 Teori S-O-R ... 21

2.1.3 Motivasi Belajar ... 24

2.1.4 Remaja ... 33

2.2 Kerangka Konsep ... 36

2.3 Variabel Penelitian ... 37

2.4 Defenisi Operasional ... 39

2.5 Hipotesis ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Dekskripsi Lokasi Penelitian ... 42

3.1.1 Identitas Pesantren ... 42

3.1.2 SejarahPesantren ... 42

3.1.3 Visi dan Misi Pesantren ... 47

3.1.4 Jenis Produk ... 47

3.1.5 Lokasi Penelitian ... 49

3.2 Metode Penelitian ... 50

3.3 Populasi dan Sampel ... 51

3.3.1 Populasi ... 51

3.3.2 Sampel ... 52

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.5 Teknik Analisis Data ... 53


(2)

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Pengumpulan Data ... 55

4.2 Teknik Pengolahan Data ... 56

4.3 Analisis Tabel Tunggal ... 57

4.3.1 Karakteristik Responden ... 57

4.3.2 Strategi Komunikasi pengajar ... 58

4.3.3 Motivasi Belajar ... 71

4.4 Analisis Tabel Silang ... 78

4.5 Pengujian Hipotesis ... 80

4.6 Pembahasan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran responden penelitian ... 87

5.3 Saran dalam kaitan akademis ... 88

5.4 Saran dalam kaitan praktis ... 88

DAFTAR REFERENSI ... 89 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Operasional Variabel……….. 38

4.1 Jenis Kelamin………. 57

4.2 Jurusan……….………... 58

4.3 Ahli dalam Menyampaikan Topik yang Dibicarakan…… 58

4.4 Kejujuran PengajarTentang Pengalamannya………... 59

4.5 Bersemangat Saat Berbicara………... 60

4.6 Pribadi Senang Bergaul dan Periang……….. 61

4.7 Mirip dengan Seseorang/Kelompok yang disukai………. 62

4.8 Jiwa Pengajar yang Luar Biasa………..……… 63

4.9 Gaya Berpakaian yang Rapi………...…… 64

4.10 Penampilan Fisik yang Menarik Perhatian………. 65

4.11 Ada Kesamaan Pembawaan Fisik……….. 66

4.12 Ada Kesamaan Pendapat MengenaiPandangan...… 67

4.13 Kekuasaan Memberikan Ganjaran/Hukum ……... 68

4.14 Kekuasaan Memberikan Tugas/Latihan …...…….. 69

4.15 Kekuasaan Memberikan RekomendasiBuku………. 69

4.16 Kekuasaan Memberikan Contoh Teladan …………... 70

4.17 Kekuasaan yang Berasal dari Jabatan ………....… 71

4.18 Adanya Hasrat dan keinginan Berhasil.………. 72

4.19 Dorongan dan kebutuhan untuk Belajar...………. 73

4.20 Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan...…. 74

4.21 Adanya Dorongan dalam Belajar………...… 75

4.22 Kekuasaan Memberikan Tugas/Latihan………....… 76

4.23 Lingkungan Belajar yang Kondusif…...……… 77

4.24 Uji Silang antara Kesamaan Pembawaan Fisik dengan Kegiatan Menarik dalam Belajar ……...……… 78

4.25 Uji Silang antara kesamaan Pandangan dengan


(4)

Dorongan dan Kebutuhan Belajar... 79

4.26 Uji Silang antara Sosiabilitas dengan Lingkungan

Belajar yang Kondusif…...………... 80


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Teori S-O-R...……….. 22

2.2 Kerangka Konsep……… 36


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

- Kuesioner

- Surat Izin Penelitian

- Surat Balasan dari Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudhatul Hasanah Medan

- Dokumentasi penelitian

- Lembar Catatan Bimbingan Skripsi


Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe)

2 46 109

Strategi Komunikasi Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Strategi Komunikasi Public Relations Officer Dalam Membangun Citra Perusahaan Grand Angkasa International Hotel Medan)

1 80 133

Strategi Komunikasi dan Efektivitas Belajar (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Strategi Komunikasi Orang tua Dalam Meningkatkan Efektivitas Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan)

0 49 124

Komunikasi Antar Pribadi Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

0 61 128

Komunikasi Antarpribadi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tentang Komunikasi Antarpribadi Guru – Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 8 Medan)

8 70 93

Komunikasi Persuasif Dan Prestasi Belajar (Studi Korelasional Tentang Komunikasi Persuasif Pengajar Terhadap Prestasi Belajar Anak Didik Di Slb-E Negeri Pembina Medan)

4 54 138

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 38 109

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dalam Bimbingan Konseling Terhadap Motivasi Belajar Siswa/I Sma Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)

7 51 139

Pola Komunikasi Pengajar Kepada Anak Jalanan di Rumah Belajar Sahaja Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Pengajar Kepada Anak Jalanan di Rumah Belajar Sahaja Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar)

4 24 96

Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe)

0 0 18