Strategi Komunikasi dan Efektivitas Belajar (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Strategi Komunikasi Orang tua Dalam Meningkatkan Efektivitas Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan)

(1)

Strategi Komunikasi dan Efektivitas Belajar

(Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Strategi Komunikasi Orang tua Dalam Meningkatkan Efektivitas Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah

Umum Methodist-1 Medan)

Diajukan Oleh :

Desi Citra Sari Tarigan

070922073

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

NAMA : DESI CITRA SARI TARIGAN

NIM : 070922073

JURUSAN : ILMU KOMUNIKASI

JUDUL : “STRATEGI KOMUNIKASI DAN

EFEKTIVITAS BELAJAR”

(Studi Korelasional Tentang Hubungan Strategi Komunikasi Orangtua Dalam meningkatkan Efektivitas Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan )

Medan, Oktober 2009

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Hendra Harahap, Msi Drs. Amir Purba, MA NIP. 196710021994031002 NIP. 195102191987011001

Dekan

Prof. Dr. M. Arif Nasution NIP. 196207031987111001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Departemen Ilmu Komunikasi oleh:

Nama : DESI CITRA SARI TARIGAN NIM : 070922073

Judul : “STRATEGI KOMUNIKASI DAN EFEKTIVITAS BELAJAR”

(Studi Korelasional Tentang Hubungan Strategi Komunikasi Orangtua Dalam meningkatkan Efektivitas Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan )

Hari/Tanggal : Pukul :

Tempat :

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji :

Penguji :


(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI DAN EFEKTIVITAS BELAJAR” (Studi Korelasional Tentang Hubungan Strategi Komunikasi Orangtua Dalam meningkatkan Efektivitas Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan ). Perumusan penelitian yaitu Apakah terdapat hubungan strategi komunikasi orangtua dalam meningkatkan Efektivitas Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan.

Ujian dari penelitian ini selain untuk mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan orangtua terhadap anak, juga untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadil dalam meningkatkan efektivitas belajar anak, dan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat serta pendukung. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 712 orang dan sampel sebanyak 87 orang, pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, dengan ketentuan usia 15-18 tahun, siswa kelas X, XI, XII segala jurusan yang masih aktif. Dan juga teknik Proportional Random Sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian dengan menggunakan wawancara terstruktur yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan tersusun secara sistematis, dan juga menyebarkan kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisa table tunggal dan analisa table silang. Uji hipotesa dengan menggunakan korelasi

Spearman’s dengan menggunakan program SPSS 14,0. Dari hasil penelitian ini

diperoleh nilai r = 0,583, dengan taraf signifikansi 0,00, menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat dengan sifat hubungan antar variabel linier positif. Uji hipotesa menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara stretegi komunikasi dan efektivitas belajar.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, segala puji dan ucapan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas rahmat dan karunia-Nya yang dianugerahkan kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini sesuai rencana awal.

Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan kasih sayang yang tidak terhingga kepada Alm. Ayahanda tercinta Pdt. Bhenarson Tarigan, STh dan juga kepada ibunda tercinta Sri. D. Maria Sinuhaji yang telah membesarkan, menyayangi, dan mendidik penulis, dan berkat doa dan semangat kedua orang tua, saya dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang saya Samuel Julius Tarigan, Ssi.Teol, kakak saya Natalea Abigail Tarigan, STh, dan adik saya Pagit Isaura Tarigan yang memberikan support atas penyelesaian skripsi ini. Dan buat seluruh keluarga basar Tarigan dan Sinuhaji, terima kasih atas motivasi yang besar agar penulis mampu menyelesaikan perkuliahan ini. Terima kasih ya Tuhan Yesus, mereka anugerah terindah yang penulis miliki atas berkat-Mu yang luar biasa pada ku. Saya bersyukur untuk semuanya yang telah Engkau berikan kepadaku sepanjang hidup ku ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Strata -1 pada Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU, Medan. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, nasehat, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih atas apa yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi ini, mulai dari persiapan awal hingga akhir, ditujukan kepada:


(6)

1. Bapak Prof. Arif Nasution, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Medan.

2. Bapak Drs. Humaizi, MA, Pembantu Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

4. Bapak Drs. Hendra Harahap, Msi, sebagai dosen pengajar dan dosen pembimbing penulis, yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dengan segenap perhatian untuk maksimalnya hasil yang dicapai melalui penelitian ini. Semua itu memberikan saya bersemangat dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga terucap dari rasa ikhlas agar kiranya semua yang selama ini diberikan kepada penulis dalam proses pembimbingan bernilai ibadah, dan dibalas dengan keberkahan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Amin.

5. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU, serta seluruh civitas akademika yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam kesempatan ini, terima kasih atas bantuannya.

6. Pimpinan, staf, dan seluruh pegawai Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, yang telah membantu penelitian ini, mulai dari pemberian izin penelitian, dan penyediaan berbagai data penelitian yang dibutuhkan. Terima kasih atas semua bantuannya.


(7)

7. Kepada Miranda, Riana, Hotlas, Yonche, Ellen, Kak Fitri, Kak Lely, Kak Ida, Kak Echy, Bg Sam, Benny, Hetty, Jenny, Nonie, Maria, Tulank Evans, Pra Darlis, Sheriq, Emma, Zhuzhu, Juntex thanks dengan semua kecerewetannya dengan kesabarannya menghadapi sifatku yang aneh dan lebih sering jauh diatas normal, buat kebersamaan dan kesedian membagi semua cerita tentang kita. Aku bersyukur untuk semua keadaan ini. Dan seluruh anak-anak kelas A stambuk ’07 Ilmu Komunikasi Ekstension. Terima kasih atas semua dukungan kalian, dan waktu yang telah kita lewati bersama. Semoga kita semua lulus dengan nilai terbaik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, yang merupakan keterbatas penulis. Kritik dan saran diperlukan untuk perbaikan skripsi ini, baik dari segi redaksi, dan penyusunannya. Akhir kata penulis berharap agar penelitian ini bermanfaat seperti tujuan yang ada dalam penelitian ini.

Medan. Oktober 2009

Desi Citra Sari Tarigan 070922073


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Perumusan Masalah. 7

1.3Pembatasan Masalah 7

1.4Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 7

1.5Kerangka Teori 8

1.6Kerangka Konsep 16

1.7Model Teoritis 17

1.8OperasionalVariabel 17

1.9Defenisi Operasional 18

1.10 Hipotesis 21

BAB II KERANGKA TEORI 22

2.1 Strategi Komunikasi 22

2.1.1 Komunikasi 24

2.1.2 Komunikasi Antar Pribadi Orangtua 27

2.2 Efektivitas Belajar 39

2.3 Teori Self Disclosure 44


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47

3.1 Metode Penelitian 47

3.2 Lokasi Penelitian, populasi, dan Sampel 47

3.1.1 Lokasi Penelitian 47

3.1.2 Populasi 49

3.1.3 Sampel 50

3.3 Teknik Penarikan Sampel 50

3.1.1 Purposive Sampling 50

3.1.2 Proportional Random Sampling 51

3.4 Metode Pengumpulan Data 52

3.5 Teknik Analisa Data 53

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 56

4.1 Penyajian Data Karateristik Responden 56

4.2 Penyajian Data Komunikasi Antar Pribadi oleh Orangtua 63

4.3 Penyajian Data mengenai Meningkatkan Efektivitas Belajar Remaja di SMU Metodist-1 Medan 80

4.4 Analisis Statistik Deskriptif Tabel Silang 89

4.5 Analisis Korelasi 95

BAB V PENUTUP 98

5.1 Kesimpulan 98

5.2 Saran 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar tabel Operasional Variabel 18

2. Gambar Analisis Statistik Frekuensi Usia 56

3. Gambar Analisis Statistik Frekuensi Jenis Kelamin 57

4. Gambar Analisis Statistik Frekuensi Pendidikan Orangtua Terakhir 58

5. Gambar Analisis Statistik Frekuensi Pekerjaan Orangtua 59

6. Gambar Analisis Statistik Frekuensi Urutan Anak Dalam Keluarga 60

7. Gambar Analisis Statistik Frekuensi Status Dalam Keluarga 61

8. Gambar Analisis Statistik Frekuensi Tempat Tinggal 62

9. Gambar Analisis Statistik Frekuensi Waktu Berbicara 65

10.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Topik Pembicaraan 66

11.Gambar Analisis Statistik Frekuensi kegiatan Ekstrakurikuler yang Diikuti 67 12.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Cara Berkomunikasi 69

13.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Ketika Mempunyai Masalah 70

14.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Rata-Rata Berdialog Dengan Orangtua 71 15.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Hubungan Komunikasi dgn Orangtua 72 16.Gambar Analisis Statistik Frekuensi dalam Kegiatan Sehari-hari 73

17.Gambar Analisis Statistik Frekuensi nilai Saya Menurun 74

18.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Pergaulan dengan Teman-teman 76

19.Gambar Analisis Statistik Frekuensi dalam menentukan Cita-cita 77

20.Gambar Analisis Statistik FrekuensiPergaulan dengan Teman-teman 78

21.Gambar Analisis Statistik Frekuensi hubungan Saya dengan Saudara 79

22.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Belajar Dirumah 80


(11)

24.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Alasan Saya Mengulang Pelajaran

dirumah 82 25.Gambar Analisis Statistik Frekuensi pergi Keperpustakan 83 26.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Apakah Mengikuti Kegiatan Les 84 27.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Dukungan Terhadap Kegiatan

Ekstrakurikuler Anak 85 28.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Berdiskusi dengan Orangtua 86 29.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Apakah Orangtua Memberikan

Latihan-latihan Pelajaran 87 30.Gambar Analisis Statistik Frekuensi Pemberian Penghargaan Orangtua

Prestasi 88 31.Gambar Analisis Statistik Deskriptif Tabel Silang hubungan antara frekuensi

komunikasi yang dilakukan orangtua dgn yang menyuruh belajar dirumah 90 32.Gambar Analisis Statistik Deskriptif Tabel Silang hubungan antara nilai saya

menurun dengan frekuensi berdiskusi dengan orangtua 92 33.Gambar Analisis Statistik Deskriptif Tabel Silang hubungan antara frekuensi

waktu berbicara dengan orangtua dengan yang menyuruh belajar dirumah 94 34.Gambar Tabel analisis korelasi 96


(12)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI DAN EFEKTIVITAS BELAJAR” (Studi Korelasional Tentang Hubungan Strategi Komunikasi Orangtua Dalam meningkatkan Efektivitas Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan ). Perumusan penelitian yaitu Apakah terdapat hubungan strategi komunikasi orangtua dalam meningkatkan Efektivitas Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan.

Ujian dari penelitian ini selain untuk mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan orangtua terhadap anak, juga untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadil dalam meningkatkan efektivitas belajar anak, dan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat serta pendukung. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 712 orang dan sampel sebanyak 87 orang, pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling, dengan ketentuan usia 15-18 tahun, siswa kelas X, XI, XII segala jurusan yang masih aktif. Dan juga teknik Proportional Random Sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian dengan menggunakan wawancara terstruktur yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan tersusun secara sistematis, dan juga menyebarkan kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisa table tunggal dan analisa table silang. Uji hipotesa dengan menggunakan korelasi

Spearman’s dengan menggunakan program SPSS 14,0. Dari hasil penelitian ini

diperoleh nilai r = 0,583, dengan taraf signifikansi 0,00, menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat dengan sifat hubungan antar variabel linier positif. Uji hipotesa menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara stretegi komunikasi dan efektivitas belajar.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kebijakan yang berlaku di negara kita, standar keberhasilan belajar siswa pada suatu jenjang pendidikan berdasarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, yang diberikan pada jenjang pendidikan tersebut, yang saat ini diasumsikan terlihat nilai test hasil belajar yang diperoleh siswa dalam ujian nasional (UN). Oleh karena itu, semua sekolah berjuang keras untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.

Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), standar UN telah dimulai dari 3,01 pada tahun 2002/2003, 4,01 pada tahun 2003/2004, 4,25 pada tahun 2004/2005, dan pada tahun 2006/2007 ditetapkan, bahwa peserta UN dinyatakan lulus UN jika memenuhi standar kelulusan UN sebagai berikut: (1) memiliki nilai rata-rata minimum 5,0 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan (termasuk nilai uji kompetensi untuk SMK), dengan tidak ada nilai bawah 4,25; atau (2) memiliki nilai minimum 4,00 pada salah satu mata pelajaran, dengan nilai mata pelajaran lainnya yang diujikan pada UN masing-masing minimum 6,00. Angka tersebut masih jauh dari standar Internasional.

Berdasarkan standar kelulusan UN yang telah ditetapkan itu banyak dari mereka yang kecewa karena gagal lulus ujian ini kemudian ada yang berunjuk rasa. Ada yang menuntut ujian ulangan, dan bahkan ada yang meminta agar ujian nasional ini dihapuskan saja karena dianggap bukan menjadi ukuran keberhasilan suatu pendidikan (Kompas, Agustus 2007).


(14)

Selama beberapa tahun pelaksanaan UN di kota Medan tidak terlalu mengalami kesulitan seperti yang terjadi di kota-kota besar lainnya, seperti Bandung, Padang, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Makasar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah siswa yang mengalami gangguan psikologis akibat kegagalannya dalam mengikuti UN bila dilihat lebih jauh lagi dari kota Medan. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan dan metode pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi.

Rendahnya mutu pendidikan Indonesia telah disadari berbagai pihak. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat antara lain dari rendahnya rata-rata Nilai Ebtanas Murni (NEM) untuk semua bidang studi yang diebtanaskan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Pendidikam memeang telah menjadi


(15)

penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu kita harusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia di negara kita.kualitas pendidikan yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 8.036 SMU ternyata hanya 7 sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia.

Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, dan di tempat kerja. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memilili suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi.

Komunikasi penting artinya bagi manusia, sebab tanpa komunikasi tidak akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman. Khususnya bagi anak remaja yang pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Remaja adalah anak yang berusia 13-18 tahun. Pada usia seperti ini remaja memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan yang dapat memuaskan dirinya, belum lagi masalah-masalah pelajaran ataupun dengan orangtuanya. Pada usia 17 tahun, biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada di ambang perbatasan, dimana remaja harus sadar akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terpikirkannya. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama


(16)

masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama masa awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.

Dalam perkembangan anak, tidak hanya terjadi proses-proses perkembangan dalam diri anak sesuai teori kematangan, namun dalam banyak hal proses perkembangan dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam hal ini lingkungan keluarga merupakan keluarga sosial yang pertama kali tempat anak berinteraksi.

Strategi komunikasi yang terjadi dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan dan perkembangan anak terutama dalam pendidikannya. Selanjutnya masalah strategi banyak dikaitkan dengan istilah metode, teknik, dan taktik. Ketiga istilah ini sebenarnya masih dalam lingkungan strategi hanya mempunyai garapan yang lebih praktis, sempit, dan rinci. Kalau dikatakan strategi komunikasi adalah perencanaan yang menyeluruh tentang kegiatan komunikasi, maka metode komunikasi mempunyai arti yang lebih sempit dari itu, yakni prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan dan menjelaskan aspek-aspek komunikasi. Sejak dilahirkan manusia memiliki sejumlah kebutuhan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini dilakukan oleh lembaga primer yang bernama keluarga. Baik kebutuhan jasmani , kebutuhan rohani, maupun kebutuhan sosial anak yang meliputi asuhan, bimbingan, kasih sayang, perawatan kesehatan, pembinaan rohani serta membekalinya dengan pendidikan formal yang memenuhi. Semuanya menjadi tanggung jawab keluarga, khususnya orang tua sebelum seorang anak mampu untuk memenuhi kebutuhannnya sendiri termasuk dalam pendidikan anak tersebut orang tua juga sangat berperan dalam menciptakan belajar yang efektif


(17)

bagi mereka dengan melakukan komunikasi antar pribadi, sehingga mereka dapat lebih terbuka kepada orang tua apabila ada masalah dalam pelajaran atau sekolah mereka dan dapat mengikuti proses belajar di sekolah dengan lebih baik. Apalagi dengan kebijakan pemerintah dengan standarisasi Ujian Nasional yang telah dibuat. Tidak sedikit orang tua masih mempercayakan anaknya kepada negara khususnya Departermen Pendidikan Nasional (Depdiknas) untuk mendidik dan mengantarkan masa depan.

Sehubungan kondisi tersebut, peran guru dan orangtua diharapkan dapat membantu dalam menciptakan efektivitas belajar di kalangan siswa. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan efektivitas belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran itu. Mengenai materi pelajaran yang sering dikeluhkan oleh para siswa sering terlalu sulit, membosankan, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas, tak ada manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari, dan juga sistem pendidikan kita yang berubah-ubah sehingga membingungkan para peserta didik.

Di dalam hal ini, selain guru, tentu saja peranan ayah dan ibu sangat menentukan, justru mereka berdualah yang memegang tanggung jawab seluruh keluarga. Kebanyakan anak meniru apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, dengan demikian maka jelaslah mutlaknya kedua orang tua itu harus bertindak seia sekata, seazas, setujuan, seirama dan bersama-sama terhadap anaknya dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar, dan keefektivitasan dalam belajar juga kurang. Belajar merupakan sebuah aktivitas yang mutlak dilakukan oleh seorang pelajar. Tuntutan untuk belajar secara


(18)

berkesinambungan hendaknya harus dipenuhi sepanjang yang bersangkutan ingin mendapatkan sebuah pemahaman yang utuh terhadap sebuah substansi ilmu dan pengetahuan yang sedang digeluti. Oleh karena merupakan sebuah aktivitas yang sifatnya berkesinambungan, maka tentunya dibutuhkan tata cara yang efektif sehingga waktu dan ruang yang digunakan dalam rangka memenuhi sebuah pemahaman itu melalui belajar dapat tentunya optimal dan memiliki dampak yang maksimal.

Didalam keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak-anak mengharapkan terciptanya suasana yang harmonis diantara sesama anggota keluarga adalah dengan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan anaknya. Sikap orang tua meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hukuman maupun hadiah, cara orang tua menunjukkan otoritasnya dan juga cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak.

Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkrit dan abstrak, penglaman yang sudah lalu dan yang akan datang. Tanpa penguasaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun banyaknya tak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.

Pengasuhan anak merupakan suatu interaksi sosial meliputi beberapa aspek kognitif, melalui isyarat-isyarat sosial seperti: senyuman, anggukan kepala, penghargaan / perhatian, dimana orang tua menanamkan pengertian dan nilai terhadap anak..

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimanakah strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dalam


(19)

meningkatkan efektivitas belajar pada remaja Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah hubungan antara strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar pada remaja di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan“

I.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah, dan tidak meluas sehingga menyulitkan peneliti dalam penelitiannya. Karena itu peneliti membatasi masalah antara lain pada:

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yang mencari hubungan dan menguji hipotesis.

2. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan, karena sekolah ini dianggap memiliki disiplin yang cukup ketat.

3. Subjek penelitian, peneliti menentukan sampel adalah siswa kelas 1,2,3 pada segala jurusan.


(20)

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mencari hubungan strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar pada remaja.

2. Untuk mencari hubungan efektivitas belajar pada remaja sebagi hasil dari strategi komunikasi yang dilakukan orang tua.

3. Untuk mencari hubungan gambaran tentang strategi komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan remaja.

I.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan penulis mengenai ilmu komunikasi.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan/ referensi khususnya bagi orang tua, agar mereka mengetahui komunikasi yang tepat dilakukan kepada anaknya.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa jurusan ilmu komunikasi FISIP USU.

I.5 Kerangka Teori

Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana masalah penelitian yang dipilih itu akan disorot (Nawawi, 1991:40-41).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian disoroti.


(21)

Menurut Kerlinger, teori adalah sebuah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakann pandangan sistematis tantang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2006:6). Dengan adanya kerangka teori, penulis akan memiliki landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitiannya.

I.5.1 Strategi Komunikasi

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan komunikasi tersebut terutam efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi. Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapt menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi (Onong, 2001: 32).

Suatu perencanaan komunikasi meliputi strategi dan manajemen. Perencanaan strategi menyangkut tindakan apa yang dilakukan, sedang perencanaan manajemen meliputi bagaimana hal itu dapat terjadi. Karena


(22)

berhasil-tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif lebih banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Begitu juga dengan kegiatan komunikasi antar pribadi.

I.5.2 Komunikasi

Komunikasi adalah hal yang wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung semenjak manusia lahir. Dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas, namun ketika harus membuat tulisan, mengemukakan pikiran, dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.

Dalam mendefenisikan atau menafsirkan komunikasi juga terjadi kesulitan. Kesulitan ini muncul karena konsep komunikasi itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak dan mempunyai berbagai makna. Kesulitan lainnya adalah karena makna komunikasi yang digunakan sehari-hari berbeda dengan penggunaan komunikasi yang dimaksud oleh para ahli komunikasi untuk kepentingan keilmuwan.

Kata komunikasi sendiri berasal dari perkataan latin yakni communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Dengan demikian, komunikasi itu berlangsung atau tarjadi apabila pesan yang disampaikan oleh seseorang dapat dipahami atau tidak ada kesamaan pengertian.

Menurut Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.


(23)

I.5.3 Komunikasi Antar pribadi Orang Tua dan Remaja

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Dalam proses mempengaruhi, remaja akan memperoleh sikap dan pembelajaran dan sikap mereka diubah lewat proses yang sama ketika pembelajaran terjadi, ini merupakan teori pembelajaran dari Albert Bandura. Melalui komunikasi tatap muka, kita dapat melihat langsung reaksi dari lawan bicara, apabila dia mau menerima pesan yang kita sampaikan atau tidak.

Oleh karena itu, komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam upaya untuk mengubah sikap, pendapat, pikiran, perasaan, dan minat maupun tindakan tertentu. Pada tahap inilah suatu kegiatan komunikasi antar pribadi dapat dirancang, apakah komunikasi hanya mengharapkan perubahan pikiran dan pendapat saja atau diteruskan pada mimik dan perasaan ataukah hanya pada tindakan saja.

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjelaskan pesan sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam


(24)

lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga orang lain, guru, temen sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik didalam maupun diluar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memeperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan temen sebaya dan lingkungan masyarakat lainnya.

Dalam perkembangan kepribadian seseorang, maka masa remaja mempuyai arti yang khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalm rangkaian proses perkembangan seseorang. Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa anak-anak dan masa orang dewasa. Masyarakat melalui orang tua dan guru bertanya kepada remaja untuk memilih satu peran. Dalam masyarakat kita ketika anak memasuki SMU anak harus sudah memilih jurusan pendidikan yang akan ditempuh yang akhirnya akan menentukan perannya nanti. Jadi ketika berumur sekitar 15 atau 16 tahun seseorang sudah mulai menempatkan dirinya pada satu jalur yang akan membawa akibat pada apa yang akan dilakukannya pada tahun-tahun selanjutnya.

Kita selalu berpikir tentang lingkungan anak, tetapi lingkungan keluarga juga memberikan kontribusi pada perkembangan anak dengan pengaruh yang kuat pada fungsi keluarga. Dalam komunitas mungkin, atau tidak mungkin, sebagai


(25)

sumber dan kebutuhan hubungan keluarga. Dengan pengaturan komunitas, setiap keluarga membangun jaringannya sendiri dalam tersedianya sumber dari dukungan dari formal dan informal. Sebuah keluarga mungkin menempa banyak hubungan, beberapa hubungan yang kuat, atau tidak ada sama sekali sumber hubungan. Mata rantai hubungan keluarga bersumber pada komunitas nyata dan tidak nyata. Lingkungan anak menawarkan tantangan dan kesempatan, pengaturan komunitas menawarkan tantangan dan kesempatan untuk fungsi kesehatan keluarga.

Selanjutnya untuk mempertegas pengertian komunikasi antar pribadi, Devito (1976 dalam Liliweri, 1991: 13) mengemukakan ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang efektif. Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi, antara lain:

• Keterbukaan (openess)

Pihak orang tua dan remaja saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut dan malu. Jadi antara remaja dan orang tua daapat berkomunikasi secara jujur.

• Empati (emphaty)

Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain. Dalam melakukan komunikasi segala kepentingan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh perhatian oleh kedua belah pihak. Masing-masing merasakan situasi dan kondisi yang dialami tanpa berpura-pura. Perasaan empati pada diri orang tua


(26)

akan mempelancar komunikasi sebab orang tua dapat menempatkan diri sesuai dengan kondisi remaja.

• Dukungan (suportiveness)

Situasi keterbukaan, empati masih belum cukup apabila komuniaksi berada dalam situasi keatkutan dan tekanan. Apabila kita berada pada situasi yang tidak mendukung untuk melaksanakan komunikasi maka kita tidak berani mengungkapkan gagasan kita. Setiap pendapat, ide, atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari orang tua dan remaja. Denagn demikian keinginan dan hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melakukan aktifitas dan meraih tujuan yang diinginkan.

• Rasa positif (positiveness)

Apabila seseorang yang berkomunikasi mempunyai wawasan negatif, kemungkinan dia akan menyampaikan komunikasi secara negatif dan orang lain akan menerima secara negatif. Apabila respon yang diterima mendapat tanggapan positif maka akan lebih mudah melanjutkan percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

• Kesamaan (equality)

Kesamaan disini termasuk dalam hal berbicara dan mendengar. Apabila seseorang berbicara terus dan orang mendengar terus maka tidak mungkin berkomunikai menjadi efektif. Kesamaan dimaksudkan


(27)

juga dengan kesamaan tingkat pendidikan, sosial, ekonomi, status, nasib, perjuangan dan sebagainya. Hal tersebut perlu dipertimbangkan dalam topik pembicaraan agar komunikasi antar pribadi dapat mencapai keefektifannya.

I.5.4 Teori Self Disclosure

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal ini dapat dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan Jendela Johari (Johari Window).

Jendela Johari (Johari Window)

Diketahui sendiri Tidak diketahui sendiri

1. Terbuka 2. buta

3. Tersembunyi 4. Tidak dikenal

Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui keempat bidang (jendela) itu.

Bidang1,melukiskan suatu kondisi dimana seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

Diketahui orang lain

Tidak diketahui orang lain


(28)

Bidang 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua belah pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui diri sendiri.

Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua belah pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.

Bidang 4, bidang tidak dikenal, dimana kedua belah pihak sama-sama

tidak mengetahui masalah hubungan antara mereka.

I.5.5 Efektivitas Belajar

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan-tujuan dicapai, atau tingkat pencapaian tujuan. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, penilaian mengenai sikap, nilai-nilai, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang tepat dalam berbagai bidang studi.

Sementara itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap dan tugas atau pekerjaan tertentu. Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan.

Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Sehingga


(29)

dalam belajar agar lebih dapat diakses dengan mudah bagi para siswa yang sangat beragam, kebiasaan para siswa perlu dipahami secara jelas.

I.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai adanya konsep dapat menuntun penelitian pada rumusan hipotesis ( Nawawi, 1991:40 ).

Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang ditelitinya. Inilah yang disebut konsep, yakni istilah dan defenisi yang digumnakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Konsep yang akan dikemukakan dalam penelitian ini dijabarkan atas kelompok-kelompok variabel sebagai berikut:

1. Variabel Bebas ( Independent Variabel )

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau tidak adanya gejala atau faktor atau unsur lain ( Nawawi, 1991:56 ). Yang menjadi variabel adalah strategi komunikasi orang tua.

2. Variabel Terikat ( Dependent Variabel )

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas ( Nawawi, 1991:57 ). Yang menjadi variabal terikat adalah efektifivitas belajar remaja pada siswa SMU Methodist-1 Medan.


(30)

I.7 Model Teoritis

Strategi komunikasi yang

dilakukan orang tua

Efektivitas belajar remaja pada siswa SMU Methodist-1


(31)

I.8 Operasional Variabel

Operasioanal variabel-variabel disusun untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep yang telah disusun dalam operasionalisasi lainnya. Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

Operasioanalisasi Variabel

Variabel Teoritis

Variabel Operasianal

Variabel bebas

- Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi

- Karakteristik Responden

1. Keterbukaan (openess) 2. Empati (emphaty)

3. Dukungan (suportiveness) 4. Rasa positif (Positiveness) 5. Kesamaan (equality) - Usia

- Jenis kelamin

- Pendidikan orang tua - Urutan anak dalam keluarga

Variabel terikat

Efektivitas belajar remaja

- Giat belajar ( mengulang pelajaran )

- Berdiskusi - Ke perpustakaan


(32)

I.9 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun ( 1989:46 ) defenisi operasioanal adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Maka untuk memperjelas uraian dalam penulisan ini peneliti memberikan penjelasan yang dianggap penting untuk diperhatikan, yakni:

1. Strategi Komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communication management) untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi (Onong, 2001: 32). Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi, antara lain:

• Keterbukaan (openess)

Pihak orang tua dan remaja saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut dan malu.

• Empati (emphaty)

Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain.

• Dukungan (suportiveness)

Apabila kita berada pada situasi yang tidak mendukung untuk melaksanakan komunikasi maka kita tidak berani mengungkapkan gagasan kita. Setiap pendapat, ide, atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari orang tua dan remaja. Dukungan membantu


(33)

seseorang untuk lebih bersemangat dalam melakukan aktifitas dan meraih tujuan yang diinginkan.

• Rasa positif (positiveness)

Apabila respon yang diterima mendapat tanggapan positif maka akan lebih mudah melanjutkan percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

• Kesamaan (equality)

Kesamaan disini termasuk dalam hal berbicara dan mendengar. Apabila seseorang berbicara terus dan orang mendengar terus maka tidak mungkin berkomunikai menjadi efektif.

2. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan orang lain.

3. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan, yang berupa peningkatan pengetahuan.

4. Usia adalah tingkatan umur responden.

5. Jenis kelamin adalah penggolongan sex pada responden, yakni laki-laki dam perempuan.

6. Pendidikan adalah latar belakang tingkatan sekolah terakhir responden. 7. Giat belajar adalah mengulang pelajaran kembali di rumah secara

terus-menerus.

8. Berdiskusi adalah membahas dan bertukar pikiran mengenai pelajaran yang tidak dimengerti dengan guru atau temen-temen


(34)

9. Keperpustakaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menambah referensi bahan-bahan pelajaran yang dipelajari.

I.10 Hipotesa Penelitian

Menurut Champion (1981, dari Rakhmat, 1984:14 ) hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai penelitian tersebut mengumpulkan data. Karenanya hipotesis adalah pernyataan sementara mengenai hal-hal yang oleh peneliti ingin didukung atau ditolak.

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar remaja di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan.

Ha : Terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar remaja di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan.


(35)

BAB II

KERANGKA TEORI

II.1 Strategi Komunikasi

Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan komunikasi tersebut terutam aefek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi. Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapt menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi (Onong, 2001: 32).

Suatu perencanaan komunikasi meliputi strategi dan manajemen. Perencanaan strategi menyangkut tindakan apa yang dilakukan, sedang perencanaan manajemen meliputi bagaimana hal itu dapat terjadi. Karena berhasil-tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif lebih banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Begitu juga dengan kegiatan komunikasi antar pribadi.


(36)

Untuk strategi komunikasi yang memadai adalah teori seorang ilmuwan politik dari Amerika Serikat. Teori ini dikemukakan oleh Harold Laswell tersebut termasuk dalam kategori model-model dasar dalam strategi komunikasi. Formula sederhana ini telah digunakan dengan berbagai cara, terutama untuk mengatur dan mengorganisasikan dan membentuk struktur entang proses komunikasi. Formula Laswell menunjukkan kecenderungankecenderungan awal model-model komunikasi, yaitu menganggap bahwa komunikator pasti mempunyai receiver “penerima” dan karenanya komunikasi harus semata-mata dianggap sebagai proses persusif. Juga selalu dianggap pesan-pesan itu pasti ada efeknya.

Cara yang paling baik dalam menerangkan komunikasi antar pribadi sesuai dengan paradigma yang dikemukakan oleh Harold Laswell yang terkenal dengan model komunikasinya berupa ungkapan verbal ini adalah dengan menjawab pertanyaan who, says what, in which channel, to whom, with what effect (Effendy, 1992: 10). Adapun formula Harold Laswell tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam

proses komunikasi, bisa perseorangan atau mewakili suatu lembaga, oraganisasi, maupun suatu instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur siapa memerlukan analisis control yaitu analisis yang merupakan subdivisi dan riset lapangan.

2. Says what (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa suatu

ide, informasi, opini, pesan, dan sikap yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan.


(37)

3. In which channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran

yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komuniaksi. Dalam hal ini dapat digunakan primary technique, secondary technique, direct

communication (Edward Sapir dalan Dasar-Dasar Retorika, Komunikasi dan Informasi, Lathief Rousydi, 1985: 68)

4. To whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi

sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak.

5. With what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha

penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju.

1I.1.1 Komunikasi

Keberadaan manusia sebagai individu maupun makhluk sosial tidak terlepas dari komunikasi yang setiap saat dilaksanakannya baik secara verbal (bahasa lisan dan tulisan) maupun non verbal (isyarat). Komunikasi adalah hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling komplit dan rumit. Baik dalam berpikir, menyatakan keinginannya, keragu-raguan, sedih, dan gembira, mempertahankan, dan memeperteguh pendapat dalam menumbuhkan saling pengertian dan kerja sama serta masih banyak hal lainnya. Situasi demikian menunjukkan berlangsungnya proses komuniksi yang melibatkan berbagai komponen yang terdiri atas komunikator, komunikan, pesan, atau informasi serta saluran yang digunakan untuk menjembatani pihak-pihak yang berkomunikasi dengan tujuan yang diharapkan. Selain itu sering ditemui adanya hambatan sehingga menyebabkan hilangnya komunikasi.


(38)

Ternyata komunikasi memang perlu dan penting bagi setiap manusia, karena yang menjadi inti dalam komunikasi itu sendiri adalah manusia. Manusia dalam menerjemahkan isi komunikasi itu adalah berdasarkan lingkup pengalaman dan lingkup pengetahuannya. Komunikasi adalah suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi, denga tujuan untuk mencapai pengertian bersama yang lebih baik mengenai masalah yang penting bagi semua pihak yang bersangkutan. Proses ini dengan kaitan yang ada diantara para peserta disebut komunikasi. Istilah komunikasi diambil dari perkataan Inggris, yaitu ”

communication ”. Istialh ini bersumber dari bahasa latin communicatio yang

artinya pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran, dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya; ikut mengambil bagian.

Sedangkan menurut Carl.I. Hovland (dalam Onong, 2001: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku prang lain (communication is the process to

modify the behavior of other individuals). Jadi pada akhirnya Laswell (dalam

Onong, 2004: 29) menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who, says what, in which channel, to whom, and with what effect. Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media dan menimbulkan efek tertentu. Jika diperhatikan dari defenisi diatas, pada dasarnya mengemukakan bahwa komunikasi itu merupakan proses penyampaian dari seseorang kepada orang lain dengan maksud agar mengerti, memperkuat, atau mempengaruhu sikap, pendapat atau perilaku seseorang.


(39)

Menurut DeVito (dalam Liliweri, 1991: 12) komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang denagn efek dan umpan balik yang langsung. Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi.

Selanjutnya menurut Miller dan Steinberg (dalam Liliweri, 1991: 30) keduanya beranggapan bahwa jika kita mendefenisikan komunikasi antar pribadi hanya dengan meemperhatikan situasi maka hal itu sifatnya statik, tidak seorangpun dapat mengembangkannya lagi. Padahal situasi hubungan antar manusia demikian bebasnya dan selalu dapat berubah-ubah. Berdasarkan pendapat Miller dan Steinberg maka kedudukan komunikator yang dapat bergantian dengan komunikan pada tahap lanjutan harus menciptakan suasana hubungan antar manusia yang terlibat didalamnya. Pada tahap ini maka komunikasi antar manusia harus benar-benar manusiawi sehingga orang-orang yang tidak saling mengenal satu sama lain lebih kurang mutu komunikasinya daripada komunikasi antar pribadi diantara pihak-pihak yang sudah saling mengenal sebelumnya.

Menurut Rogers dalam Depari (dalam Liliweri, 1991: 12) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antar beberapa pribadi. Apabila dihubungkan dengan penelitian ini berupa komunikasi antara orang tua dengan remaja. Saluran dari mulut ke mulut meliputi komunikasi verbal (bahasa lisan) dan non verabal (isyarat) sewaktu orang tua memberi nasehat atau memberi informasi dan sebaliknya menerima tanggapan dari remaja.


(40)

Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi antar pribadi berlangsung karena manifestasi dari diri manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial yang dibutuhkan orang lain.Halloran (1980 dalam Liliweri, 1991: 48) mengemukakan beberapa faktor pembentuk komunikasi antar pribadi antara lain sebagai berikut:

1. Perbedaan antar pribadi.

2. Manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap mempunyai kekurangan

3. Kebutuhan akan harga diri harus mendapat pengakuan dari orang lain. Komunikasi antar pribadi saling melengkapi bagi manusia, karena dalam pertumbuhan dan perkembangannya manusia selalu berusaha untuk semakin lebih maju dan bahagia hidupnya. Semua ini mensyaratkan adanya ketrampilan berkomunikasi untuk mengadakan kerjasama atau pendekatan pribadi melalui komunikasi antar pribadi.

II.1.2 Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua dan Remaja

Komunikasi antar pribadi merupakan bentuk komunikasi yang pada dasarnya bersifat dua arah atau timbal balik, artinya kedudukan komunikator dan komunikan sama-sama sebagai penyampai pesan atau gagasan, saling membagi informasi dan sekaligus sebagai penerima suatu informasi. Pada saat aktivitas komuniksi antar pribadi berlangsung, media yang digunakan berupa bentuk kontak langsung secara tatap muka atau juga melalui telepon atau surat. Dalam situasi ini dapat segera diketahui reaksi yang timbul mengenai isi pembicaraan.


(41)

Masing-masing pihak dapat menilai kemampuan atau ketrampilannya pada saat meemberikan tanggapan dari isi komunikasi tersebut.

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjelaskan pesan sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga orang lain, guru, temen sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik didalam maupun diluar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memeperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan temen sebaya dan lingkungan masyarakat lainnya.

Dalam perkembangan kepribadian seseorang, maka masa remaja mempuyai arti ysng khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalm rangkaian proses perkembangan seseorang. Masa remaja dikenal


(42)

sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa anak-anak dan masa orang dewasa. Masyarakat melalui orang tua dan guru bertanya kepada remaja untuk memilih satu peran. Dalam masyarakat kita ketika anak memasuki SMU anak harus sudah memilih jurusan pendidikan yang akan ditempuh yang akhirnya akan menentukan perannya nanti. Jadi ketika berumur sekitar 15 atau 16 tahun seseorang sudah mulai menempatkan dirinya pada satu jalur yang akan membawa akibat pada apa yang akan dilakukannya pada tahun-tahun selanjutnya.

Karena banyak remaja barada dalam dilema. Mereka tidak bisa menjawab pertanyaan tentang peran sosial yang akan mereka jelaskan tanpa menyelesaikan beberapa pertanyaan lain tentang dirinya sendiri. Jawaban terhadap perangkat pertanyaan yang satu saling tergantung dengan jawaban terhadap perangkat pertanyaan yang satu saling tergantung dengan jawaban terhadap rangkaian pertanyaan yang lain. Prestasi belajar siswa yang mendapat perhatian dari orang tua lebih baik dibandingkan dengan prestasi siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Peranan perhatian orang tua dalam lingkungan keluarga yang penting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak. Itu karena pengalaman pertama merupakan fator penting dalam perkembangan pribadi dan menjamin kehidupan emosional anak. Fungsi hubungan antara anak dan dewasa dalam kehidupan mereka dikarateristikkan. Meningkatkan karakteristik itu dalam hubungan anda adalah cara yang terbaik untuk memperbaiki komitmen, komunikasi, kerjasama, dan persetujuan, dan mengurangi stress dan konflik dengan baik.


(43)

• Proaktif

Kemampuan untuk mengakui dan kapanpun yang mungkin, menyesuaikan kebutuhan anak untuk kasih sayang yang tak bersyarat dan penerimaan, rasa aman, rasa dimiliki, sukses, rasa senang, pengakuan, dankontrol tanpa mengizinkan orang lain menganggu.

• Orientasi sukses

Kemampuan untuk membantu anak dengan memberikan arahan yang jelas, pengaturan batas-batas, menawarkan kesempatan untuk memilih dan bernegoisasi, permintaan perilaku dan respon pada umur yang cocok, penyesuaian kebutuhan pembelajaran individual, memberikan kesempatan untuk mengatur diri dan tetap pada masa kini. Alternatif untuk dugaan yang tidak realistik, kesalahpahaman,instruksi atau lingkungan yang tidak baik untuk kebutuhan anak, dan pengaturan untuk kegagalan, ketidakpedulian atau penentangan.

• Kepastian

Kemampuan untuk membedakan nilai anak dari perilakunya. Kemampuan untuk fokus pada apa yang dilakukan remaja dan membangun kekuatan. Kemampuan untuk menciptakan lingkungan yang berorientasi pada penghargaan yang mana berakibat munculnya hasil positif dan hak istimewa yang diterima atau pengalaman sebagai hasil kerjasama. Berkomunikasi secara positif (menggunakan janji daripada ancaman, atau penghargaan daripada hukuman). Kemampuan untuk menggunakan rasa humor. Alternatif untuk rasa negatif dan orientasi menghukum.


(44)

Kemampuan untuk menggabungkan apa yang anda inginkan dengan apa yang anak inginkan dalam cara yang positif. Kemampuan untuk memotivasi dan menguatkan perilaku kerja sama dengan menghasilkan persetujuan orang dewasa atau menghindari reaksi orang dewasa yang negatif (rasa malu. Kecaamn, ketertinggalan). Kurangnya kemauan untuk memegang konsekuensi yang positif sampai anak mengakhiri persetujuan.

• Kurangnya dukungan

Kemampuan untuk menanggapi masalah anak atau merasakan denagn rasa penerimaan, dukungan, dan pengesahan. Kurangnya kemauan untuk menyadiakan jalan keluar untuk perasaan anak akan memberikan anak untuk mengeluarkan perasaan tanpa menyakiti dirinya sendiri atau orang lain.

• Tanggung jawab

Kemampuan untuk mengambil tanggung jawab pada perasaan, tanpa berusaha membuat orang lain bertanggung jawab. Kemampuan untuk memperlihatkan perasaan dengan cara yang tidak menyakitkan. Kemampuan untuk menurut dan memecahkan konflik. Kurangnya kemauan untuk menggunakan secara teratur, kontak positif dengan anak.

• Perhatian diri

Kemampuan untuk mengidentifikasikan kebutuhan seseorang dan perasaan, mengatur batasan, menyenangkan diri sendiri, mengakui diri danmendapatkan pertolongan ketika membutuhkan. Kemampuan untuk membedakan antara memperhatikan diri dan keegoisan diri. Kemampuan untuk merasakan pantas untuk menjaga perilaku sendiri dan keputusan.


(45)

Memperoleh kebebasan merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Pada umumnya orang tua yang memiliki anak yang sudah berada dalam tahap perkembangan remaja berada pada usia 35-40 tahun. Pada usia ini orang tua sering mengadakan perubahan dari kehidupannya sebelumnya. Orang tua mulai menarik diri dan cara berpikirnya berusaha untuk mencari yang aman.

Kita selalu berpikir tentang lingkungan anak, tetapi lingkungan keluarga juga memberikan kontribusi pada perkembangan anak dengan pengaruh yang kuat pada fungsi keluarga. Dalam komunitas mungkin, atau tidak mungkin, sebagai sumber dan kebutuhan hubungan keluarga. Dengan pengaturan komunitas, setiap keluarga membangun jaringannya sendiri dalam tersedianya sumber dari dukungan dari formal dan informal. Sebuah keluarga mungkin menempa banyak hubungan, beberapa hubungan yang kuat, atau tidak ada sama sekali sumber hubungan. Mata rantai hubungan keluarga bersumber pada komunitas nyata dan tidak nyata. Lingkungan anak menawarkan tantangan dan kesempatan, pengaturan komunitas menawarkan tantangan dan kesempatan untuk fungsi kesehatan keluarga. Penyamaan tentang interaksi komunitas keluarga ditemukan di literatur termasuk:

• Keluarga pedesaan memiliki beberapa kesempatan pekerjaan, rendahnya ekonomi pendapatan, kesempatan pendidikan sedikit dan kurangnya akses untuk perawatan kesehatan dan pelayanan sosial. Keluarga di perkotaan, dilain pihak, memiliki angka kriminalitas yang tinggi, hubungan tidak


(46)

kekeluargaan, kepadatan penduduk yang lebih tinggi, dan kondisi hidup yang ribut.

• Banyak orang tua harus mengatasi dengan ancaman dari kejahatan yang keras di lingkungan tetangga mereka. Respon sebuah keluarga untuk permintaan dan tantangan dari suatu lingkungan komunitas mungkin memajukan atau menghalangi fungsi kelurga dan perkembangan anak. Menarik diri, menjaga anak dalam rumah, dan membatasi aktivitas anak adalah meniri strategi orang tua digunakan ketika dihadapkan dengan kekerasan dalam lingkungan tetangga mereka, tetapi mereka mungkin juga menghalangi perkembagn yang normal.

• Keluarga dipenuhi oleh bagaiman respon aturan komunitas kepada apa yang dibutuhkan keluarga. Strategi yang membuat awal program masa kanak-kanak lebih respon kepada keluarga. Ini mencakup: peningkatan program komunikasi orang tua; memberikan orang tua pilihanantara program yang berbeda; menaksir kebutuhan keluarga dan anak; menegaskan kembali panutan dan menggunakan komunitas penduduk; keterlibatan orang tua dalam membuat keputusan.

• Hubungan antara keluaga dan perubahan komunitas mereka dan berkembang setiap waktu. Kebutuhan dan ketertarikan anggota keluarga merubah sepanjang hidup. Pokok persoalan dan kurangnya respon juga mengubah dengan menyimpan lama dan tingkat perkembangan.

• Komunitas mungkin mengarahpada hubungan dan jaringan sosial sebaik lokasi fisik. Jaringan sosial pendukung informal sebuah keluarga lebih sering menyediakan pelayanan daripada akses, kebudayaan yang tepat dan


(47)

penerimaan daripada pelayanan yang ditawarkan oleh sistem dukungan formal.

Jika kita mencoba untuk meneliti secara lebih rinci masa ini maka akan ditemukan bahwa perhatian dalam hal perkembangan dari orang tua dan remaja saling melengkapi. Pada saat ini terjadi:

1. Perubahan biologis

Pada saat yang sama remaja masuk pada periode-periode pertumbuhan fisik yang cepat, kematangan seksual. Periode dari rentang kehidupan saat ini diberi label oleh masyarakat sebagai orang yang memiliki penampilan fisik menarik, orang tua juga mulail merasakan terjadi peningkatan perhatian pada tubuhnya, serta pada tampilan-tampilan fisiknya.

2. Krisis yang tumpah tindih

Saat ini pun adalah tentang waktu dan masa depan. Pada saat yang sama remaja mulai mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara sistematik tentang masa depan dan apa yang akan dilakukan. Pada kenyataannya orang tua mulai merasakan bahwa kemungkinan untuk berubah terbatas sementara remaja memiliki ide yang lebih luas tentang masa depan. Ide-ide orang tua dengan sendirinya dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan.

3. Kekuatan dan status

Merupakan jalan menuju peran sebagai orang dewasa. Remaja merupakan waktu dimana individu berada dalam ambang pencapaian status yang baik. Bagi orang tua banyak pilihan yang telah diambil, beberapa hasil dan


(48)

lainnya tidak. Kebanyakan orang tua saat ini menjalani masa jenuh di pekerjaan.

Memiliki pekerjaan yang lebih memuaskan akan membantu orang tua lebih mampu untuk melakukan negoisasi dengan transisi dalam keluarga terhadap anak maupun mencapai otonomi dan menjalin komunikasi dengan lebih efektif. Bagi remaja, waktu dengan temen merupakan bagian penting bagi remaja dalam kesehariannya. Teman bagi remaja merupakan tempat menghabiskan waktu, berbicara, berbagi kesenangan dan kebebasan. Teman sebaya bisa merupakan kelompok yang membari pengaruh negatif terhadap anak remaja. Defenisi tentang remaja dalam relasinya dengan teman sebaya membarikan peranan dalam membentuk keterkaitan antara remaja, keluarga dan teman sebaya sebagai pesaing, pemberi kepuasan atau saling melengkapi.

Peranan orang tua dalam lingkungan keluarga yang terpenting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak, sebab pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Siswa yang mendapat perhatian baik dari orang tuanya dapat menciptakan belajar yang lebih efektif dibanding siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Di dalam keluarga, orang tua lah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Mengingat masa remaja merupakan masa yang penting daam proses perkembangan kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian amatlah penting. Meski dunia pendidikan juga turut berperan dalam memberikan


(49)

kesempatan pada anak untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri.

Bagaimana orang tua harus bertindak dalam menyikapi tuntutan seorang remaja, berikut ini terdapat beberapa saran:

1. Komunikasi

Berkomunikasi dengan anak merupakan suatu cara yang paling efektif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tentu saja komunikasi diisi harus bersifat dua arah, artinya kedua belah pihak harus mau saling mendengarkan pandangan satu dengan yang lain. Dengan melakukan komunikasi orang tua dapat mengetahui pandangan-pandangan dan kerangka berpikir anaknya, dan sebaliknya anak-anak juga dapat mengetahui apa yang diinginkan orang tuanya. Kebingungan seperti yang disebutkan tadi mungkin tidak perlu terjadi jika ada komunikasi antara remaja dengan orang tuanya. Komunikasi disini tidak berarti harus dilakukan secara formal, tetapi bisa saja dilakukan sambil makan bersama atau berlibur bersama keluarga. Orang tua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak remajanya untuk membuktikan atau melaksanakan keputusan yang telah diambilnya. Biarkan remaja tersebut mngusahakan sendiri apa yang diperlukannya dan biarkan juga ia mengatasi sendiri berbagai masalah yang muncul. Dalam hal ini orang tua hanya bertindak sebagai pengamat dan hanya boleh melakukan campur tangan jika tinadakan sang remaja dianggap dapat membahayakan dirinya dan orang lain.

Komunikasi yang dilakukan orang tua adalah dengan melakukan komunikasi antar pribadi. Menurut Rogers dalam Depari (dalam Liliweri, 1991: 12) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari


(50)

mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antar beberapa pribadi. Apabila dihubungkan dengan penelitian ini berupa komunikasi antara orang tua dengan remaja. Saluran dari mulut ke mulut meliputi komuniaksi verbal (bahasa lisan) dan non verabal (isyarat) sewaktu orang tua memberi nasehat atau memberi informasi dan sebaliknya menerima tanggapan dari remaja.

Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi. Selanjutnya untuk mempertegas pengertian komunikasi antar pribadi, Devito (1976 dalam Liliweri, 1991: 13) mengemukakan ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang efektif:

• Keterbukaan (openess)

Pihak orang tua dan remaja saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut dan malu. Jadi antara remaja dan orang tua daapat berkomunikasi secara jujur. Indikator dalam keterbukaan yang terjadi antara orangtua dan remaja antara lain :

- frekuensi berkomunikasi orangtua dan remaja - nilai-nilai pelajaran di sekolah

- prestasi di sekolah

- kesulitan dalam menerima pelajaran • Empati (emphaty)

Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain. Dalam melakukan komunikasi segala kepentingan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh perhatian oleh kedua belah pihak. Masing-masing merasakan situasi dan kondisi


(51)

yang dialami tanpa berpura-pura. Perasaan empati pada diri orang tua akan mempelancar komunikasi sebab orang tua dapat menempatkan diri sesuai dengan kondisi remaja. Indikatornya antara lain :

- masalah dengan teman-teman - masalah dengan guru

- penurunan prestasi di sekolah - keadaan fisik

• Dukungan (suportiveness)

Situasi keterbukaan, empati masih belum cukup apabila komuniaksi berada dalam situasi keatkutan dan tekanan. Apabila kita berada pada situasi yang tidak mendukung untuk melaksanakan komunikasi maka kita tidak berani mengungkapkan gagasan kita. Setiap pendapat, ide, atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari orang tua dan remaja. Denagn demikian keinginan dan hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melakukan aktifitas dan meraih tujuan yang diinginkan. Indikatornya antara lain :

- kedisiplinan belajar - cita-cita

- kegiatan ekstrakurikuler - hobby

• Rasa positif (positiveness)

Apabila seseorang yang berkomunikasi mempunyai wawasan negatif, kemungkinan dia akan menyampaikan komunikasi secara negatif dan


(52)

orang lain akan menerima secara negatif. Apabila respon yang diterima mendapat tanggapan positif maka akan lebih mudah melanjutkan percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi. Indikatornya antara lain :

- dalam menggunakan uang

- dalam menentukan pilihan jurusan di sekolah - memilih teman dalam pergaulan

• Kesamaan (equality)

Kesamaan disini termasuk dalam hal berbicara dan mendengar. Apabila seseorang berbicara terus dan orang mendengar terus maka tidak mungkin berkomunikasi menjadi efektif. Kesamaan dimaksudkan juga dengan kesamaan tingkat pendidikan, sosial, ekonomi, status, nasib, perjuangan dan sebagainya. Hal tersebut perlu dipertimbangkan dalam topik pembicaraan agar komunikasi antar pribadi dapat mencapai keefektifannya. Indikatornya antara lain : - status anak dalam keluarga

- perlakuan terhadap anak di keluarga

- dalam memberikan opini atau pendapat dalam keluarga - hubungan persaudaraan dengan abang/kakak/adik 2. Tanggung jawab

Bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang diperbuat merupakan kunci untuk menuju kemandirian. Dengan berani


(53)

bertanggung jawab remaja akan belajar untuk tidak mengulangi hal-hal yang memberikan dampak-dampak negatif bagi dirinya.

Konsistensi orang tua dalam menerapkan disiplin dan menanamkan nilai-nilai kepada remaja dan sejak masa anak-anak di dalam keluarga akan menjadi panutan bagi remaja untuk dapat mengembangkan kemandirian dan berpikir secaea dewasa. Orang tua yang konsisten akan memudahkan remaja dalam membuat rencaan hidupnya sendiri dan dapat memilih berbagai alternatif karena segala sesuatu sudah dapat diramalkan olehnya. Mungkin masih terdapat banyak cara lain yang petut dipertimbangkan dalam meningkatkan kemandirian sang remaja agar menjadi pribadi yang utuh dan dewasa.

II.2 Efektivitas Belajar

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan-tujuan dicapai, atau tingkat pencapaian tujuan. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, penilaian mengenai sikap, nilai-nilai, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang tepat dalam berbagai bidang studi.

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.


(54)

Whittaker (dalam Syaiful Bahri, 2002: 12) merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Sementara itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap dan tugas atau pekerjaan tertentu. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya denagn memiliki pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Belajar juga bisa diartikan suatu usaha untuk mencari ilmu pengetahuan dengan cara mempelajari lewat buku-buku, menerima pelajaran di bangku sekolah atau juga melakukan penelitian-penelitian di laboratorium maupun di perpustakaan.

Jadi dalam belajar itu ada suatu usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu dengan cara membaca, berlatih, sehingga ada perubahan yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang hal itu disebabkan oleh adanya pengalaman. Dalam mencapai usaha tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, maka perlu diketahui sara belajar yang efektif.

Berikut ulasan singkat tentang cara-cara belajar yang efektif:

1. Ulang kembali pelajaran yang telah didapat, setelah itu baca singkat-singkat halaman berikutnya buat cari kerangkanya saja.

2. Konsentrasi penuh waktu mendengarkan pelajaran di sekolah

3. Mengetik ulang catatan pelajaran ke dalam komputer dan membaca kembali catatan tersebut setelah diketik.


(55)

4. Menggunakan buku catatan yang berbeda pada setiap mata pelajaran. Cara ini lebih teratur sehingga pada waktu ingin mengulang suatu pelajaran kita tidak perlu lagi harus membuka semua buku.

5. Dengan mengajari teman lain tentang materi yang baru diulang bisa membuat kita selalu ingat dan menjadi paham akan materi tersebut. 6. Sebulan sebelum ulangan adalah masa ideal buat mengulang pelajaran. 7. Waktu belajar di pagi hari, sehingga badan dan pikiran masih segar

setelah tidur cukup di malam hari, jadi semangat kita masih tinggi. 8. Kalau badan capek, bakalan susah buat konsentrasi. Oleh karena itu,

disarankan untuk libur dulu dari acara olah raga atau kegiatan fisik lainnya sehari menjelang ujian.

9. Belajar sambil mendengarkan musik. Pilih musik yang tenang tapi menggugah.

10.Membaca ulang catatan pelajaran, kemudian buat kesimpulan dengan kata-katamu sendiri.

11.Beri waktu yang cukup untuk tidur, makan, dan kegiatan hiburan. 12.Prioritaskan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Jangan

menunda-nunda dalam mengerjakan tugas rumah.

13.Luangkan waktu untuk diskusi atau mengulang bahan sebelum kelas dimulai.

14.Jadwalkan waktu 50 menit untuk setiap sesi belajar di kelas agar tidak mudah lupa.

15.Pilih tempat yang nyaman dan asri untuk belajar agar lebih mudah untuk menghapal pelajaran.


(56)

16.Meminjam buku ke perpustakaan, untuk menambah referensi buku. 17.Membuat jadwal harian atau mingguan.

18.Catat janji temu, kelas, dan pertemuan pada buku. 19.Jadwalkan review bahan pelajaran setiap mingguan.

20.Rajin bertanya kepada guru apabila ada pelajaran yang tidak dimengerti sewaktu dikelas.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Sehingga dalam belajar agar lebih dapat diakses dengan mudah bagi para siswa yang sangat beragam, kebiasaan para siswa perlu dipahami secara jelas.

Dalam kegiatan belajar sangat banyak faktor yang mempengaruhi keefektifannya, yang hal ini perlu diperhatikan sungguh-sungguh oleh setiap pelajar demi kesukesan belajarnya. Ada dua macam faktor yang sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar supaya efektif, yaitu:

1. Faktor Eksternal, yakni faktor yang muncul dari luar diri individu. Dapat dibedakan menjadi dua macam:

• Faktor Sosial

Faktor yang berupa keadaan lingkungan di sekitar pelajar, baik lingkungan di dalam rumah maupun di luar rumah. Setiap pelajar perlu mengatahui pentingnya faktor sosial ini, sebab seringkali terjadi seorang pelajar kurang menyadari bahwa suasana rumah


(57)

(keluarga) aatu lingkungan masyarakat yang dihadapi dapat berpengaruh terhadap semangat belajarnya.

• Faktor Non Sosial

Faktor yang berupa cuaca, sarana, atau peralatan belajar dan waktu belajar. Cuaca terlalu panas atau terlalu dingin akan bisa membuat diri si pelajar terganggu konsentarasi belajarnya. Oleh karena itu seorang pelajar hendaknya dapat memilih waktu yang tepat untuk belajar supaya tidak kegerahan ataupun kedinginan. Begitu pula mengenai sarana belajar, yang lazimnya meliputi kamar belajar, meja belajar, alat tulis, dan perlengkapan lainnya amat banyak berpengaruh terhadap keefektivitasan belajar.

2. Faktor Internal, yakni faktor yang berasal dalam diri individu. Dapat dibedakan menjadi dua macam:

• Faktor Psikologis

Faktor yang dapat mendorong dan memberi motivasi untuk lebih tekun belajar. Diantaranya ialah:

- Didalam diri setiap pelajar terdapat sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki segala sesuatu cara lebih luas yang tentunya akan mendorong semangat belajarnya.

- Adanya sifat kreatif pada setiap individu dan keinginan untuk maju.

- Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang lain terutama dari orang tua, guru, dan teman-teman.


(58)

• Faktor Phisiologis

Faktor yang sangat menentukan untuk mendorong dan memotivasi kegiatan belajar. Karena kondisi fisik seseorang akan selalu melatarbelakangi semua kegiatan sehati-harinya termasuk dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu seorang pelajar perlu mencari kiat –kiat bagaiman agar kondisi tubuhnya tetap sehat. Diantaranya ialah:

- Berusaha agar kebutuhan tubuh selalu tercukupi, memperoleh gizi yang cukup sesuai yang diperlukan.

- Melakukan latihan fisik dengan berolahraga yang cukup dan teratur.

- Memiliki kebiasaan cara hidup sehat. Badan dan pakaian selalu bersih.

- Berusaha untuk selalu bersikap simpatik dan berpenampilan ceria, gembira, dan penuh semangat.

II.3 Teori Self Disclosure

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal ini dapat dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan Jendela Johari (Johari Window).


(59)

Jendela Johari (Johari Window)

Diketahui sendiri Tidak diketahui sendiri

1. Terbuka 2. buta

3. Tersembunyi 4. Tidak dikenal

Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui keempat bidang (jendela) itu.

Bidang1, melukiskan suatu kondisi dimana seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.

Bidang 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua belah pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui diri sendiri.

Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua belah pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.

Bidang 4, bidang tidak dikenal, dimana kedua belah pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan antara mereka.

Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antar pribadi ialah bidang 1, dimana antara komunikator dengan komunikan saling mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun kenyataan hubungan antar pribadi tidak seideal yang diharapakan, ini disebabkan karena dalam berhubungan denagn

Diketahui orang lain

Tidak diketahui orang lain


(60)

orang lain betapa sering setiap orang mempunyai peluang untuk menyembunyikan atau mengungkapkan masalah yang dihadapinya.

Pembukaan diri (Self Disclosure) adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut (Johnson, 1981). Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu lebih melibatkan perasaan. Membuka diri tidak sama dengan mengungkapkan detal-detail intim dari masa lalu kita, mengungkapkan hal-hal yang pribadi di masa lalu dapat menimbulkan perasaan intim untuk sesaat.

Hubungan sejati terbina dengan mengungkapkan reaksi-reaksi kita terhadap aneka kejadian yang kita alami bersama atau terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh lawan komunikasi kita. Orang lain mengenal diri kita tidak dengan menyelidiki masa lalu kita, melainkan dengan mengetahui cara kita bereaksi. Masa lalu hanya mampu menjelaskan perilaku kita di masa kini.


(61)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggambarkan tentang cara pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam kegiatan penelitian ilmiah ini. Metodologi adalah penting untuk menentukan secara teoritis teknik operasional yang digunakan sebagai pegangan dalam mengambil langkah-langkah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi variabel yang lain ( Rakhmat,2004:27 ). Dalam hal ini adalah Strategi Komunikasi Orang Tua dan Efektivitas Belajar Remaja. Metode in bertujuan untuk menemukan bagaimanakah hubungannya dan berarti tidaknya hubungan itu.

III.2 Lokasi Penelitian, Populasi, Dan Sampel III.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah menengah Umum Methodist-1 Medan. Sekolah Perguruan Kristen Methodist Indonesia Satu (PKMI-1) pada awalnya bernama Methodist English School (MEC) kemudian pada tahun 1958 dengan adanya pengesaahn dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, MEC berubah nama menjadi PKMI-1 hingga sekarang ini.


(1)

13.Ketika saya mempunyai masalah : 1. Orangtua perduli dan membantu masalah saya

2. Orangtua hanya menasehati 16 3. Orangtua kurang perduli

4. Saya yang menyelesaikan masalah itu sendirian

14. Rata-rata dalam sehari saya berdialog dengan orangtua : 1. Kurang dari 1 jam

2. 1-2 jam

3. 2-3 jam 17 4. Lebih dari 3 jam

15.Hubungan komunikasi saya dengan orangtua : 1. sangat akrab dan sering

2. sesekali saja

3. jarang 18 4. seperlunya saja

5.

16.Jika saya memberikan pendapat dalam keluarga : 1. pendapat saya menjadi bahan pertimbangan

2. orangtua yang memegang kendali penuh 19 3. saling bertukaran pikiran atau membicarakannya

4. orangtua kurang peduli

17.Ketika nilai saya menurun, orangtua akan :

1. orangtua akan marah dan memberi hukuman

2. tidak peduli 20 3. menanyakan penyebabnya dan membicarakan solusinya 4. hanya sekedar bertanya saja

18.Dalam pergaulan dengan teman-teman, orangtua saya : 1. mengenal dan tau teman saya semuanya

2. kurang peduli 21 3. tau sedikit / hanya tau nama teman saya

4. tidak mau tau

19.Dalam menentukan cita-cita saya, orangtua : 1. membicarakan dengan saya

2. orangtua yang menentukan 22 3. saya yang menentukan sendiri

4. tidak mau tau

20.Pergaulan saya dengan teman-teman :

1. di atur sepenuhnya oleh orangtua 2. di awasi oleh orangtua 23


(2)

21.Hubungan saya dengan saudara (abang/kakak/adik) dirumah : 1. saling bersaing dalam mendapatkan perhatian

2. akrab dan erat

3. kurang akrab satu sama lain 24 4. tidak akrab dan jarang berkomunikasi

III. Efektivitas Belajar

22.Frekuensi saya belajar sendiri dirumah? 1. Sering

2. Sangat sering 25 3. Jarang

4. Tidak pernah

23.Yang menyuruh saya mengulang pelajaran dirumah : 1. Orang tua

2. Abang/kakak 26 3. kemauan sendiri

4. Tidak ada

24.Alasan saya mengulang pelajaran dirumah : 1. Ingin memahami dan menguasai pelajaran

2. Sadar bahwa itu penting 27 3. Terpaksa

4. Takut dimarahi

25.Frekuensi saya pergi ke perpustakaan? 1. Sering

2. Sangat sering 28 3. Jarang

4. Tidak pernah

26.Apakah saya melakukan kegiatan les tambahan diluar sekolah? 1. Ya

2. Tidak

29

27.Jika ya, yang mendorong mengikuti kegiatan les tambahan di luar sekolah?

1. Orang tua

2. Teman 30 3. Diri sendiri

4. Tidak ada


(3)

28. Apakah saya sering berdiskusi atau bertanya kepada orang tua tentang pelajaran yang tidak dimengerti?

1. Sering

2. Sangat sering 31 3. Jarang

4. Tidak pernah

29.Dalam usaha mendorong efektivitas dalam belajar, apakah pernah orang tua memberikan latihan-latihan tentang pelajaran?

a. Sangat sering b. Sering

c. Jarang 32 30.Pemberian penghargaan oleh orang tua terhadap prestasi dan disiplin

belajar agar dapat memotivasi saya dalam belajar: a. Memberikan pujian

b. Memberikan hadiah

c. Menaikkan uang jajan 33 d. Mengajak liburan ke luar kota


(4)

Pedoman Wawancara Dengan Orangtua dari Remaja di

SMU Methodist-1 Medan

1.

Nama orangtua siswa :

2.

Pekerjaan orangtua siwa :

3.

Sekarang anak bapak/ibu siswa kelas berapa?

4.

Bagaimana prestasi anak bapak/ibu di sekolah?

5.

Berapa bersaudara anak bapak/ibu?

6.

Apa yang menjadi kegiatan ekstrakurikuler anak bapak/ibu

di sekolah?

7.

Jurusan apa yang anak bapak/ibu pilih di sekolah?

8.

Apakah anak mendiskusikan dengan bapak/ibu jurusan atau

kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya?

9.

Pada saat kapan bapak/ibu melakukan dialog dengan anak?

10.

Bagaimana hubungan komunikasi dengan anak anda selama

ini?

11.

Topik pembicaraan apa yang sering bapak/ibu diskusikan

dengan anak?

12.

Strategi komunikasi apa yang bapak/ibu lakukan supaya

anak menceritakan masalah yang sedang dihadapinya

disekolah?


(5)

13.

Apa yang bapak/ibu lakukan ketika anak menghadapi

kesulitan dalam pelajaran disekolah?

14.

Apabila anak tidak mengerjakan tugas rumah/PR, bagaimana

bapak/ibu menyikapi hal tersebut?

15.

Ketika prestasi anak menurun, kebijakan apa yang bapak/ibu

lakukan?

16.

Bagaimana tanggapan anak terhadap kebijakan yang

bapak/ibu lakukan?

17.

Bagaimana anda menyikapi, jika anak tidak

peduli/membantah terhadap kebijakan yang bapak/ibu buat?

18.

Bagaimana pemberian penghargaan yang bapak/ibu lakukan


(6)

BIODATA

Nama : Desi Citra Sari Tarigan

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 05 Desember 1986

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SD ST Antonius Medan

SLTP Negeri 1 Medan SLTA Cahaya Medan

Diploma III Bahasa Jepang USU

Nama Orang Tua : a. Ayah : Alm. Pdt.Bhenarson Tarigan, STh b. Ibu : Sri.D.Maria Sinuhaji, Amd

Jumlah Saudara : 4 bersaudara : Samuel Julius Tarigan, Ssi.Teol Natalea Abigail Tarigan, STh Pagit Isaura Tarigan


Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe)

2 46 109

Pemberitaan Mobil Esemka Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional tentang Pengaruh Pemberitaan Mobil Esemka di TV One Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 2 Medan)

0 28 91

Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja pada Siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi.

1 36 116

Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar (Studi Korelasional Tentang berjudul Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar Siswa-siswi SMU HARAPAN 3 Medan Johor).

17 120 115

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Pengaruh Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Dalam Bimbingan Konseling Terhadap Motivasi Belajar Siswa/I Sma Yayasan Perguruan Sutomo I Medan)

7 51 139

HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORANG TUA – REMAJA DENGAN PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

0 3 2

Hubungan antara komunikasi orang tua dan siswa dengan prestasi belajar siswa : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pamulang

0 5 94

“PENGARUH EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA Efektivitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Iv Di Sd Negeri 1 Banjarejo Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 11

“EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV Efektivitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Iv Di Sd Negeri 1 Banjarejo Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 15

EFEKTIVITAS STRATEGI REACT DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

3 4 64