untuk menemukan ide pokok itu apabila kita rajin melatihnya secara teratur dan kontinu, sehingga menangkap inti bacaan atau informasi yang ada dalam
bacaan itu dapat dengan tepat dan akurat kita peroleh.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian yang ada relevansinya dengan kebiasaan membaca hubungannya dengan kemampuan menemukan gagasan utama,
sejauh pengamatan dan pengetahuan peneliti masih belum banyak dilakukan. Namun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang cukup relevan,
khususnya mengenai kebiasaan membaca, berikut di antaranya. Pertama, penelitian Heni Wahyuni 2012 yang berjudul Korelasi
antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman. Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Siliwangi Bandung
tersebut menyebut bahwa korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman sangat erat kaitannya karena sebagian
besar menuntut pemahaman siswa dalam menentukan pikiran pokok, kalimat utama, alur atau flot, amanat, setting, dan lain sebagainya.
Kedua, penelitian yang sudah dilakukan oleh Evi Rahmawati 2012 dengan judul Hubungan Kebiasaan Membaca Tajuk Rencana dengan
Kemampuan Menulis Argumentasi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Kota Yogyakarta yang Berkategori Sedang. Tujuan penelitian: 1 mendeskripsikan
tingkat kebiasaan membaca tajuk rencana, 2 mendeskripsikan tingkat kemampuan menulis argumentasi, dan 3 menguji hubungan antara kebiasaan
membaca tajuk rencana dengan kemampuan menulis argumentasi. Mahasiswi yang tercatat sudah lulus dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Yogyakarta tersebut menyimpulkan bahwa tajuk rencana dengan karangan argumentasi mempunyai hubungan timbal balik. Hal ini dikarenakan dalam
tajuk rencana pasti terdapat argumentasi yang menjadi dasar dalam sebuah tajuk rencana.
Ketiga, penelitian yang bertajuk Hubungan Kebiasaan Membaca dan Hasil Mengarang Siswa Kelas V SD Pembangunan Jaya Bintaro Jaya
Tangerang Banten yang ditulis oleh Ani Hartati. Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Atma Jaya Jakarta tahun 2006 tersebut
menyimpulkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kebiasaan membaca dan hasil mengarang siswa kelas V SD Pembangunan Jaya. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kebiasaan membaca siswa maka semakin tinggi hasil mengarang siswa. Semakin rendah kebiasaan
membaca siswa semakin rendah pula hasil mengarang siswa.
C. Kerangka Berpikir
Hakikat kebiasaan ialah sesuatu yang dikerjakan secara terus-menerus dan pada gilirannya menjadikan hal tersebut mendarah daging. Begitu pula
jika seseorang sudah menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan, maka membaca menjadi kebutuhan dasar yang mau tidak mau harus dipenuhinya.
Membaca berkaitan erat dengan kegiatan berpikir, melibatkan perasaan, gagasan, dan sikap. Membaca membuat pelakunya untuk merasakan dan
menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap dan daya pemecahan,
menyusun pengalaman,
menambah pengetahuan,
dan meningkatkan informasi dalam diri. Membaca dengan demikian menjadi salah
satu wahana untuk meningkatkan kualitas pribadi menjadi lebih baik. Gagasan utama secara sederhana dapat dikatakan sebagai inti
pembicaraan dalam suatu kalimat tertentu. Gagasan utama menjadi motor penggerak dalam suatu kalimat, sehingga kalimat tersebut utuh dan dapat
dimengerti maksudnya. Dari satu gagasan utama, dapat diuraikan melalui beberapa pikiran tambahan, sehingga bacaan tertentu bermanfaat bagi
pembacanya. Informasi yang tersirat atau yang tersurat dalam suatu bacaan, pada
dasarnya akan mudah dimengerti oleh pembaca mahir. Sementara untuk pembaca pemula, hal tersebut dirasa sukar, mengingat informasi yang
terkandung dalam setiap bacaan tidak selalu tersurat. Kadang ada di awal paragraf, kadang juga di akhir, ada pula yang tidak ada dalam kalimat tersebut
alias tersirat. Di sinilah diperlukannya kebiasaan membaca.
Semakin sering orang membaca, semakin pandai pula ia dalam menangkap pesan bacaan, yang dalam hal ini berwujud gagasan utama. Begitu
pula sebaliknya, semakin orang malas membaca, semakin sukar pula baginya menemukan gagasan utama dalam suatu bacaan. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor psikologis, di mana ada sebuah pepatah mengatakan ala bisa karena biasa. Maksudnya, seseorang itu bisa melakukan sesuatu karena dia terbiasa.
Karena sudah terbiasa itulah, timbul kepercayadirian, optimisme, dan rasa kebisaan yang tinggi, sehingga ia mampu melakukannya tanpa perlu persiapan
yang panjang. Sebagai gambaran, si A dengan mudah menangkap maksud suatu
bacaan, padahal dia sendiri belum tuntas membacanya. Namun pada saat yang bersamaan, si B membaca bacaan tersebut dan ia bereskan membacanya
hingga tuntas, akan tetapi dia tidak tahu maksud bacaan dari tulisan yang dibacanya barusan.
Usul punya usul, ternyata si A ialah seorang dengan predikat kutu buku di kelasnya, sehingga ia tahu di mana selah pokok pembicaraan dalam
suatu ulasan tertentu. Baginya, bacaan itu ialah informasi, dan suatu informasi tersusun atas informasi pokok dan beberapa informasi tambahan sebagai
penguat atau sebagai argumen tambahan. Sementara itu, si B berlatar belakang sebaliknya dari si A. Hobinya ialah bermain basket, sehari-harinya nonton
televisi dan termasuk penggila gadget mobile phone, dan sama sekali kurang tertarik terhadap hal-hal yang berbau bacaan seperti buku pelajaran, majalah,
koran, dan novel. Maka, pada saat dites membaca suatu laman tertentu dari sebuah koran, dia kesulitan untuk mengemukakan apa gagasan utama dari
laman koran tersebut. Dari uraian tersebut, dapat diambil simpulan bahwa, diduga terdapat
hubungan yang positif antara kebiasaan membaca dan kemampuan menemukan gagasan utama. Dengan kata lain, semakin biasa seseorang
membaca, semakin mudah baginya menemukan gagasan utama pada suatu bacaan.