Sastra dalam Pembelajaran Hari Ini

Dari kesimpulan Greibstein, kita dapat bayangkan bahwa karya sastra memuat bagaimana semangat zamannya yang bersifat kolektif, yang menggambarkan perkembangan sosial masyarakat atau kebudayaan yang berlaku pada saat itu. Oleh karena itu, apabila kita dapat merangsang siswa-siswa untuk memahami fakta-fakta dalam karya sastra, lama-kelamaan siswa itu akan sampai pada realisasi bahwa fakta-fakta itu sendiri jauh lebih penting dibanding karya sastra itu. Hal yang demikian akhirnya memberikan pengalaman yang berbeda ketika menelaah fakta lewat karya sastra sehingga pada akhirnya meningkatkan minat siswa untuk lebih jauh menyelami dunia pembelajaran sastra. Ketiga, sastra menunjang pembentukan watak. Perilaku seseorang pada dasarnya mengacu pada faktor-faktor kepribadiannya yang paling dalam. Tak ada satu pun jenis pendidikan yang mampu menentukan watak manusia secara pasti kecuali pendidikan yang menggunakan praktik Brain Wash atau cuci otak. Bagaimanapun pendidikan hanya dapat berusaha membina dan membentuk, akan tetapi pendidikan tidak menjamin secara mutlak bagaimana watak manusia yang dididiknya. Di sisi lain, sastra sebagai media pendidikan yang memuat pembelajaran moral diharapkan dapat menjadi tuntunan kearah pembetukan etika, sebagaimana ungkapan Nyoman Kutha Ratna bahwa “memahami karya sastra pada gilirannya merupakan pemahaman terhadap nasihat dan peraturan, larangan dan anjuran, kebenaran yang harus ditiru, jenis-jenis kejahatan yang harus ditolak, dan sebagainya.” 60 Sementara Rahmanto berpendapat bahwa seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai sebab di banding pelajaran-pel ajaran lainnya ia mengatakan bahwa “sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian 60 Kutha Ratna, Op.cit., h. 438 kemungkinan hidup manusia.” 61 Rahmanto beranggapan bahwa pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian anak didik sehingga ia akan mampu menghadapi masalah- masalah hidup dengan pemahaman, wawasan, toleransi dan rasa simpati yang lebih mendalam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan alat untuk mendidik, terlebih jika dikaitkan dengan pesan muatannya, hampir secara keseluruhan karya sastra merupakan sarana-sarana pembelajaran guna mengasah keterampilan berbahasa, menambah wawasan dan membentuk etika pada kepribadian si anak didik.

D. Tinjauan Sosiologi Sastra

1. Pengertian Sosiologi Sastra

Selain empat pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams; pendekatan objektif, ekspresif, mimetik, dan pragmatik, masih terdapat lagi kajian sastra yang merupakan interdisipliner dari ilmu sastra dengan ilmu lain. Sosiologi sastra salah satunya yang merupakan interdisipliner ilmu sastra dengan sosiologi. Sosiologi sastra sendiri berasal dari dua kata dari bahasa Yunani, yaitu sosio atau socius yang berarti bersama-sama, bersatu, kawan atau teman dan logos yang berarti sabda, perkataan, perumpamaan atau ilmu. 62 Menurut Sapardi Djoko Damono, sosiologi sastra merupakan pendekatan sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. 63 Dari buku Theory of Literature, yang ditulis oleh Wellek dan Warren, Sapardi menemukan setidaknya ada tiga sub pembahasan yang berbeda dalam sosiologi sastra, yaitu sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu 61 Rahmanto, Op.cit., h. 24 62 Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h.1 63 Damono, op. cit., h.2 sendiri; dan sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra. 64 Mengacu pada penemuan Sapardi, maka sosiologi sastra juga bisa dikaitkan dengan pendapat Kutha Ratna yang beranggapan bahwa sosiologi sastra dapat juga disebut sebagai sosiokritik sastra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya. 65 Disisi lain, Suwardi Endaswara berpendapat bahwa sosiologi sastra merupakan cabang penelitian yang bersifat reflektif dengan asumsi dasar bahwa karya sastra tidak lahir dalam kekosongan sosisal. Kehidupan sosial yang memicu lahirnya karya sastra. Pendapat Suwardi bertolak dari peryataan Glickberg yang mengemukakan bahwa seperti apapun bentuk karya sastra, fantastis atau mistis sekalipun, berangkat dari fenomena sosial. 66 Namun Hippolyte Taine, yang dianggap sebagai peletak dasar sosiologi sastra modern, mengingat bahwa fenomena sosial karya sastra merupakan fakta yang multi interpretable, yang bagi Taine kadar kepastiannya tidak sebanding jika dibandingkan dengan ilmu pasti. 67 Namun demikian, sosiologi sastra sudah semestinya tetap berusaha mengungkapkan fakta-fakta seputar sastra yang terbagi atas sastrawan sebagai pencipta karya, karya sastra itu sendiri dan publik sebagai pembaca dan yang menilai karya sastra, sebab masing-masing fakta sastra memiliki persoalan-persoalan teknis sendiri. Hal inilah yang dijelaskan oleh Escarpit, bahwa sosiologi sastra harus dapat memperhatikan kekhasan fakta sastra serta memberikan keuntungan kepada para pengarang dan pembaca dengan cara membantu ilmu sastra secara tradisional, baik sejarah maupun kritik, agar menjadi tugas-tugas khusus yang dicakupnya. 68 Jadi kesimpulannya, pendekatan ini berguna untuk mengungkapkan pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang 64 Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994, h.4 65 Kutha Ratna, op. cit,.h.7 66 Endaswara, op. cit., h.77 67 Ibid,.h.70. 68 Robert Escarpit, Sosiologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, hlm.14.

Dokumen yang terkait

Kritik Sosial Dalam Novel The Da Peci Code Karya Ben Sohib Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia

3 87 104

Kritik Sosial dalam Puisi Esai "Manusia Gerobak" karya Elza Peldi Taher dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 28 130

Nilai Sosial dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SMA

45 364 133

Social phenomenon in poetry money message and shave before sleep by joko pinurbo

0 5 24

Potret Buruh Indonesia dalam Kumpulan Puisi Nyanyian Akar Rumput Karya Wiji Thukul: Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

9 84 213

Potret buruh Indonesia pada masa orde baru dalam kumpulan puisi Nyanyian Akar Rumput karya Wiji Thukul dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah

2 61 0

Perbandingan gaya bahasa pada Puisi Ibu karya Mustofa Bisri dengan lirik Lagu Keramat karya Rhoma Irama serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

9 226 155

BAHASA FIGURATIF DALAM KUMPULAN PUISI KEPADA CIUM KARYA JOKO PINURBO: TINJAUAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA Bahasa Figuratif Dalam Kumpulan Puisi Kepada Cium Karya Joko Pinurbo: Tinjauan Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indone

1 4 15

BAHASA FIGURATIF DALAM KUMPULAN PUISI KEPADA CIUM KARYA JOKO PINURBO: TIJNAUAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI Bahasa Figuratif Dalam Kumpulan Puisi Kepada Cium Karya Joko Pinurbo: Tinjauan Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Bahasa

0 4 16

KAJIAN STILISTIKA ANTOLOGI PUISI BAJU BULAN KARYA JOKO PINURBO

0 1 14