11
BAB II ACUAN TEORETIS
A. Puisi
1. Pengertian Puisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia puisi berarti; 1 ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait: 2
gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam
kesadaran orang
akan berpengalaman
dan membangkitkan
tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus; 3 sajak.
1
Melihat penjelasan di atas, berarti dapat disimpulkan bahwa puisi berarti sebuah seni dengan bahasa sebagai mediumnya.
Sementara itu, tidak ada puisi tanpa realita yang berarti puisi merupakan cerminan realita kehidupan. Tidak ada satu pun karya yang tidak bertolak dari
realita. Realita dalam puisi merupakan replika dari sejumlah kejadian yang ada dalam kehidupan manusia, karena sebuah karya tidak lahir dari kekosongan
keadaan, ia tercipta dari fenomena- fenomena sosial yang terjadi pada zamannya. Jika dengan realita puisi membentuk suatu hubungan yang kreatif, dengan
orang lain ia menyediakan suatu dialog. Sebab puisi dengan sendirinya akan mendistorsi realita kehidupan sesuai dengan idealisme penciptanya. Hal ini pernah
diungkapkan oleh Seno Gumira bahwa dari fakta ke fiksi, yang terjadi hanyalah perubahan bingkai atas kenyataan akibat polesan-polesan yang dilakukan oleh
pengarangnya.
2
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 1112.
2
Seno Gumira Ajidarma, Trilogi Insiden, Yogyakarta: Penerbit Bentang Pustaka, 2010, h. 396.
Tentang apa-apa yang digambarkan dan dihadirkan dalam sebuah puisi, itu semua semacam proses kreatif yang menghubungkan antara alam kejiwaan dan
keberpikiran seorang penyair dengan fenomena alam serta fenomena sosial yang terjadi di sekitarnya. Hal ini senada dengan pendapat Goenawan Mohamad berikut
ini: Orang mengatakan bahwa zaman berbeda dari masa sekitar
1945, bahwa
suasana telah
berganti. Tapi
meskipun kesusastraan adalah suatu kesaksian atas kondisi manusia
dalam keadaan dan waktu tertentu, ia bukanlah replika yang lengkap dari sang zaman. Lagi pula perlu diingat bahwa ciri
kesusastraan di suatu masa terkadang dilahirkan oleh beberapa pribadi yang punya latar belakang pengalamannya sendiri
tanpa ada hubungannya secara langsung dengan keadaan sosial di masanya.
3
Lebih jauh Goenawan Mohamad menganalogikan bahwa sastrawan adalah manusia dengan semua masalahnya, dalam suatu kehidupan, hasil sastranya pun
bukan hasil suatu eksemplar dari suatu jumlah, melainkan hasil perseorangan yang betul-betul utuh.
Fenomena-fenomena sosial
yang terjadi
di sekitaran
sastrawan ditransformasikan ke dalam bentuk estetika oleh pengarang dengan seperangkat
bahasa. Melalui eksplorasi bahasa pengarang akan menampilkan sebuah realita kehidupan dalam bentuk yang berbeda, salah satunya yaitu lewat puisi dengan
aspek keindahan yang optimal. Namun oleh Suwardi Endaswara keindahan ini dibedakan pengertiannya menjadi tiga aspek yaitu: a keindahan yang identik
dengan kebenaran, b keindahan dalam estetik murni, yaitu keindahan dalam pengalaman sastrawan, yang mempengaruhi seseorang untuk merasa indah atau
3
Goenawan Mohamad, Di Sek itar Sajak , Jakarta: PT Tempint, 2011, h.2.