dalam setiap materi yang diajarkan. Media gambar yang ditampilkan berupa gambar-gambar kartun yang siswa sering lihat di televisi. Gambar kartun tersebut
mewakili setiap pertanyaan dan langkah dalam menjawabnya. Disini peneliti tertarik untuk meneliti penggunakan media dalam pembelajaran
matematika terkait materi bangun ruang. Materi bangun ruang termasuk materi yang sulit dimengerti karena harus mengenal bangun datar terlebih dahulu, karena
bangun ruang merupakan gabungan dari beberapa bangun datar. Berangkat dari pernyataan tersebut, peneliti mencoba menggunakan media puzzle puzzle
geometri yang terdiri dari bangun datar persegi dan persegi panjang yang jika digabungkan akan membentuk bangun ruang. Media ini dapat digunakan pada
pembelajaran materi bangun ruang, karena siswa tidak hanya mengenal bangun ruang dengan hanya melihat, tetapi mereka dapat merangkai bangun ruang
tersebut dengan media puzzle geometri yang digunakan dalam pembelajaran. 2.
Abdul Hadi dalam skripsinya yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA KARTU KOTIF KOIN POSITIF NEGATIF TERHADAP
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA” memaparkan bahwa pada kelas eksperimen yang menggunakan media hasil belajarnya lebih tinggi daripada hasil
belajar dengan pembelajaran ekspositori. Penggunaan media dalam penelitian ini ditunjukkan pada permainan kartu koin positif dan koin negatif pada materi
bilangan. Siswa lebih mengerti terhadap materi yang diajarkan dalam belajar. Siswa menikmati permainan tersebut sehingga seperti bermain ketika belajar.
Hasil belajar yang dinilai pada penelitian ini tidak hanya dilihat pada aspek kognitifnya saja, aspek psikomotorik pun dinilai dari cara siswa terampil dalam
memainkan kartu.
D. Kerangka Berfikir
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku baik aspek pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Belajar matematika adalah suatu kegiatan mental yang
tinggi karena matematika berkenan dengan ide abstrak sehingga memerlukan suatu pola fikir yang terorganisir dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep yang
ada. Pembelajaran matematika diperlukan pengetahuan dan pemahaman guru yang
baik tentang matematika sebagai wahana pendidikan sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu guru tidak terlepas dari
berbagai macam pendekatan, metode, dan strategi dalam pembelajaran. Selama ini metode pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah metode yang berpusat pada
guru, guru mendominasi kegiatan siswa yang menyebabkan siswa selalu pasif sedangkan guru aktif bahkan segala inisiatif berasal dari guru, siswa hanya didikte
untuk melakukan sesuatu. Hal ini menyebabkan kurangnya perhatian siswa dalam belajar sehingga siswa kurang memahami atau menarik kesimpulan dari informasi
konsep yang diberikan oleh guru. Pada pelajaran matematika dengan metode tradisional menganggap guru
sebagai gudang ilmu dan menempatkan guru sebagi obyek yang aktif dalam pembelajaran sementara siswa bersikap pasif. Pola pembelajaran yang cenderung
statis dan rutin mengakibatkan siswa mengalami kejenuhan sehingga siswa menjadi kurang berminat terhadap matematika yang akhirnya dapat mempengaruhi hasil
belajar. Hasil belajar matematika juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu
pembelajaran yang diciptakan guru. Hal ini berkaitan dengan metode dan teknik yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Berdasarkan penelitian oleh British Audio-
Visual Assiciation bahwa pengetahuan lebih banyak diperoleh melalui indera penglihatanvisual sebanyak 75. Dengan demikian dalam pembelajaran perlu
memanfaatkan media visual. Media puzzle sebagai media visual mampu menarik perhatian siswa dan menampilkan informasi dalam bentuk yang lebih sederhana dan
ringkas sehingga memudahkan siswa dalam memahami informasi atau materi pelajaran.
Media puzzle menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Puzzle yang sifatnya seperti bongkar
pasang, dekat dengan dunia anak-anak dan dapat memperkuat pemahaman belajar siswa akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menjadikan
suasana belajar menjadi tidak menegangkan. Dengan begitu, diharapkan media puzzle mampu menjadi alternatif media yang dapat digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Penggunaan media puzzle di kelas, dituangkan dalam bentuk mainan anak-
anak dan dibagikan pada setiap perwakilan kelompok. Potongan puzzle ini disusun untuk membentuk suatu bangun ruang yang terdiri dari beberapa jenis bangun datar.
Dengan demikian siswa diarahkan sampai pada suatu konsep matematika. Melalui media puzzle diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami dan
menyelesaikan soal-soal. Diharapkan juga dengan media puzzle dapat merangsang kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, memotivasi serta
menimbulkan minat siswa dalam belajar matematika, sehingga akan tercipta proses belajar yang efektif, efisien serta menyenangkan dan pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar matematika yang baik.
E. Hipotesis Penelitian