Pembahasan Deskripsi Data Sikap Kelas Kontrol

Sikap yang ditunjukkan pada kelas kontrol tersebut berkaitan dengan media karton yang digunakan pada pembelajaran matematika. Media yang digunakan pada kelas tersebut tidak sepenuhnya membuat siswa tertib dan disiplin untuk merangkai karton menjadi sebuah bangun ruang dan menghitung volume bangun ruang tersebut dengan potongan karton yang digunakan. Dari hasil kedua data tersebut dapat diketahui bahwa perolehan hasil penilaian afektif kelas eksperimen lebih tertib dan disiplin dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen rata-rata siswa mempunyai sikap berkembang secara konsisten, ini berkaitan dengan media puzzle yang diberikan membuat siswa bersikap disiplin dan tertib dalam proses pembelajaran. Sedangkan pada kelas control siswa mempunyai sikap mulai berkembang, ini berkaitan dengan media karton yang diberikan membuat siswa mulai bersikap disiplin dan tertib dalam proses pembelajaran. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa nilai tertinggi pada penilaian afektif terdapat pada kelas kontrol dengan jumlah skor 19. Tetapi jika jumlahlahkan, rata-rata penilaian afektif siswa pada kelas kontrol terdapat pada tahap mulai berkembang MB dan skor rata-rata penilaian afektif siswa pada kelas eksperimen terdapat pada tahap berkembang konsisten BK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media puzzle pada pembelajaran matematika mempunyai pengaruh terhadap sikap siswa.

4. Pembahasan

Data yang telah diinterprestasikan di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar Matematika siswa yang menggunakan media puzzle dengan hasil belajar siswa yang menggunakan media karton, baik dari aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan dalam penggunaan media terhadap kedua kelas tersebut. Pada saat pelaksaan pembelajaran Matematika di kelas kontrol ataupun di kelas eksperimen tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif serta terampil dalam setiap kegiatan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar. Ini sesuai dengan prinsip pengajaran yaitu aktivitas siswa, 3 dimana aktivitas ataupun tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya menarik bagi siswa untuk belajar serta metode yang dapat digunakan yaitu demonstrasi pemecahan masalah. Sehingga pemahaman mereka dalam pelajaran menjadi lebih baik. Pada awal kegiatan, siswa diminta untuk menyebutkan sisi, rusuk dan titik sudut kubus dan balok. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mengenal kubus dan balok serta memudahkan mereka dalam memahami konsep kedua bangun melalui media yang digunakan. Dengan siswa mengenal konsep kedua bangun tersebut, itu memudahkan mereka untuk mengidentifikasi terkait sisi, rusuk dan titik sudut bangun tersebut. Ini sesuai dengan kegunaan konsep menurut Oemar Hamalik. 4 Setelah itu, guru meminta siswa menjelaskan kembali mengenai bentuk bangun ruang. Dari kegiatan ini, siswa diarahkan untuk memahami jaring-jaring dan volume bangun kubus dan balok dengan menggunakan media berdasarkan arahan guru. Setelah itu siswa diminta untuk membuat jarring-jaring dan menghitung volume bangun ruang dengan media yang disediakan secara berkelompok. Pendekatan secara berkelompok ini dimaksudkan untuk mengembangkan rasa sosial atau kerja sama yang baik pada diri setiap siswa. Pelaksanaan pembelajaran Matematika yang dijelaskan di atas, dilakukan secara menyenangkan dan memungkinkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Kegiatan seperti ini sangat sesuai dengan aliran kontruktivisme yang menekankan pada pengalaman langsung dalam pembelajaran. Selain itu, pada pembelajaran ini siswa tidak hanya mendapatkan konsep pelajaran Matematika, akan tetapi mereka juga juga mendapatkan pembelajaran keterampilan yaitu merangkai, membentuk, membongkar pasang dengan media yang disediakan guru. Pemahaman dengan menggunakan media yang menarik membuat siswa senang dan menikmati setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Kondisi seperti ini membuat siswa senang mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru, 3 Ibrahim. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. hal, 27. 4 Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal 165. sehingga dampaknya baik terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dari berbagai aspek yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Berdasarkan dari aspek kognitif, kelas yang menggunakan media puzzle kelas eksperimen hasil belajarnya lebih tinggi, ini dapat terlihat pada lembar kerja siswa LKS pada kelas eksperimen pada Gambar 4.7 berikut: Gambar 4.7 LKS Kelas Eksperimen Dibandingkan dengan kelas eksperimen, kelas control atau kelas yang menggunakan media karton kelas kontrol hasil belajarnya lebih rendah, ini dapat terlihat pada Gambar 4.8 berikut: Gambar 4.8 LKS Kelas Kontrol Pada perhitungan aspek kognitif ini menggunakan software SPSS, hal ini dapat berbeda karena penggunaan media pada kedua kelas tersebut berbeda. Hal ini ditunjukkan berdasarkan Table 4.3 bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar pada kelas control. Meskipun pada kelas eksperimen tidak sampai dari 50 siswa mencapai nilai diatas rata-rata, tetapi pada penelitian ini rata-rata hasil belajar siswa dibandingkan pada kedua kelas tersebut, hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada uji prasyarat analisis kedua kelompok berdistribusi tidak sama. Dengan menggunakan metode Kolmograv kelompok eksperimen berdistribusi normal sedangkan kelompok control berdistribusi tidak normal. Sehingga dilanjutkan dengan uji nonparametrik. Uji nonparametrik yang digunakan yaitu metode Mann-Whitney 2 Sampel Independen dengan uji-u. Uji-u yang digunakan pada uji hipotesis diperoleh data hitung sebesar 0.007 dengan α = 0.025, karena uji-u α maka dapat disimpulkan H ditolak atau terima H 1 . Bahwa terdapat pengaruh penggunaan media puzzle pada pembelajaran matematika dengan hasil belajar siswa. Berdasarkan dari aspek psikomotorik, kelas yang menggunakan media puzzle kelas eksperimen hasil belajarnya lebih tinggi, saat pembelajara mereka lebih terampil dan ikut terlibat dalam kerja kelompoknya. Ini dapat terlihat pada Gambar 4.9 berikut: Gambar 4.9 Pembelajaran Kelas Eksperimen Dibandingkan dengan kelas yang menggunakan media karton kelas control, mereka cenderung kurang terlibat bekerja dengan kelompoknya dan akhirnya bekerja secara individu. Ini dapat terlihat pada Gambar 4.10 berikut Gambar 4.10 Pembelajaran Kelas Kontrol Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa kemampuan psikomotorik siswa pada kelas eksperimen terdapat pada tahap berkembang secara konsisten BK, sedangkan pada kelas kontrol terdapat pada tahap mulai berkembang MB. Hal ini dapat berbeda karna penggunaan media pada kelas eksperimen lebih menarik sehingga siswa tertarik untuk mencoba dan merangkai dengan media yang digunakan dibandingkan penggunaan media pada kelas kontrol yaitu media karton. Pada kelas kontrol, siswa cenderung kurang tertarik dengan media yang disediakan karena medianya kurang menarik bagi mereka. Dibandingkan dengan kelas eksperimen, kelas kontrol ini cenderung bersifat individual dan mengandalkan teman kelompoknya, sehingga banyak siswa yang hanya diam saja melihat temannya merangkai dan membentuk karton menjadi bangun ruang. Sementara itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada kelas yang mengajarkan matematika dengan menggunakan media karton membuat siswa kurang berkesan dan membosankan. Bedasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa pembelajaran Matematika yang menggunakan media karton kurang mampu menumbuhkan kreativitas kemampuan anak secara menyeluruh tentang konsep bangun ruang. Walaupun materi yang disampaikan pada kedua kelas sama tetapi pembelajaran pada kelas ini membuat siswa kurang bersemangat jika dibandingkan dengan kelas eksperimen yang menggunakan media puzzle. Hal tersebut terjadi karena, perbedaan media yang diberikan sehingga sukar dipahami oleh siswa. Kondisi seperti ini membuat sebagian siswa saja yang melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan yang sama dengan soal yang diberikan pada kelas yang melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunkan media puzzle. Jika dilihat secara keseluruhan hasil pembelajaran dari aspek psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut. Tabel 4.7 Rekapitulasi Aspek Psikomotorik Kriteria Penilaian Jumlah Siswa Tidak Berkembang TB Mulai Tampak MT 11 Mulai Berkembang MB 27 Berkembang Konsisten BK 34 Berdasarkan dari aspek afektif, kelas yang menggunakan media puzzle kelas eksperimen hasil belajarnya lebih tinggi. Ini dapat jika dihitung rata- ratanya secara keseluruhan. Mereka cenderung tertib saat pembelajaran. Ini dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut. Gambar 4.11 Pembelajaran Kelas Eksperimen Pada kelas kontrol yang menggunakan media karton, sebagian dari mereka ada yang tertib sedangkan sebagian lagi ada yang kurang tertib selama pembelajaran. Ini dapat terlihat pada Gambar 4.12 berikut: Gambar 4.12 Pembelajaran Kelas Kontrol Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa kemampuan afektif siswa pada kelas eksperimen terdapat pada tahap berkembang secara konsisten BK, sedangkan pada kelas lontrol terdapat pada tahap mulai berkembang MB. Meskipun skor tertinggi berada pada kelas kontrol, tetapi skor rata-rata yang diperoleh pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas control. Hal ini dapat berbeda karna penggunaan media pada kelas eksperimen lebih menarik sikap mereka untuk belajar sehingga siswa lebih disiplin dan tertib saat pembelajaran berlangsung. Pada kelas control, siswa cenderung tidak tertarik dengan media yang disediakan karena medianya kurang menarik bagi mereka. Dibandingkan dengan kelas eksperimen, kelas control ini kurang disiplin dan tertib selama pembelajaran berlangsung. Tabel 4.8 Rekapitulasi Aspek Afektif Kriteria Penilaian Jumlah Siswa Tidak Berkembang TB Mulai Tampak MT 9 Mulai Berkembang MB 32 Berkembang Konsisten BK 30 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika yang menggunakan media puzzle dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari hasil belajar matematika yang diperoleh kelas yang diajarkan menggunakan media puzzle menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari hasil belajar Matematika yang yang menggunakan media karton. Berdasarkan penelitian ini maka dapat dinyatakan bahwa, pembelajaran matematika menggunkan media puzzle merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang. Selain itu, pembelajaran ini juga dapat mengarahkan guru untuk mengembangkan pembelajaran dengan meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran matematika yang menggunakan media puzzle lebih menarik dan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran matematika yang menggunakan media karton. Kelebihan tersebut terletak pada kegiatan yang berlangsung selama proses pembelajaran, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bermakna dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, menumbuhkan keterampilan dalam diri siswa, dan menyajikan konsep pembelajaran yang nyata. Selain itu, penerapan pembelajaran ini juga dapat membangun kerjasama yang baik antar guru dan siswa dalam merumuskan kegiatan pembelajaran yang menarik dan dapat meninggalkan kesan yang mendalam dalam diri siswa. Meskipun terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan media puzzle dengan menggunakan media karton dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif, tetapi media puzzle dan karton tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, diantaranya: 1. Media puzzle a. Kelebihan: 1 Bentuknya konkret sehingga memudahkan siswa untuk melihat objek dengan jelas. 2 Bentuk dan warnanya menarik sehingga dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. b. Kekurangan: 1 Bentuknya yang konkret sehingga siswa tidak ditekankan dalam pengukuran geometri. 2 Puzzle yang terbatas sehingga membuat siswa dibentuk dalam kelompok yang besar. 2. Media karton a. Kelebihan: 1 Kertas karton yang tidak dalam bentuk benda konkret dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pengukuran geometri 2 Bentuk dari karton yang dibuat siswa dapat beragam sehingga efektif dalam pembelajaran dalam jumlah yang besar. b. Kekurangan 1 Bentuknya yang kurang konkret tidak memudahkan siswa dalam melihat objek dengan jelas. 2 Bentuk dan warnaya kurang menarik sehingga kurang menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.

C. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari penelitian yang dilakukan belum sempurna karena masih memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Peneliti hanya melakukan penelitian pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok sehingga belum dapat digeneralisasikan pada bangun ruang lainnya. 2. Terbatasnya media puzzle yang disediakan dalam penelitian sehingga siswa dibuat dalam kelompok dan menggunakan media secara bergilir. Mereka tidak dapat menggunakan media secara sendiri. 3. Pembelajaran difokuskan terhadap pemahaman konsep sehingga siswa jarang diberikan latihan soal terkait materi jarring-jaring dan volume bangun ruang. 4. Kondisi siswa yang selalu berinteraksi dengan kelompok dan mengerjakan tugas secara kelompok, sehingga membuat mereka kurang terampil dalam mengerjakan tugas secara individu. 5. Tingkah laku siswa yang berinteraksi dengan kelompok membuat mereka lebih banyak bermain-main dibandingkan dengan belajar.

Dokumen yang terkait

Animasi Pembelajaran Matematika tentang Bangun Ruang

7 117 72

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDN 01 GUNUNG SARI KABUPATEN LOMBOK BARAT

6 24 21

Pengaruh pembelajaran matematika menggunakan media cai (Computer-asssited insruction) dengan tipe tutorial terhadap hasil belajar matematika siswa

0 10 199

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN PERSEPSI SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA.

0 1 27

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERARAH DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERARAH DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS III DI SD NEGERI MA

0 0 15

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MEDIA BANGUN RUANG DENGAN MEMANFAATKAN BARANG BEKAS Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Media Bangun Ruang dengan Memanfaatkan Barang Bekas pada Siswa Kelas V SD Negeri Ngadirejo 02 Kecamatan Ka

0 2 16

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG.

0 1 32

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN RUANG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI KEMBANGKUNING 1 WINDUSARI.

0 4 51

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

0 0 10

PENGARUH PENGUNAAN MEDIA REALITA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

0 1 10