248 D
INAM IKA
P
UTU SAN
MA
DALAM
B
IDA NG
P
ERD ATA
I
SL AM
3. Mahkamah Agung membenarkan pertimbangan hukum Pengadilan Agama yang dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Agama yang berbunyi,
“bahwa dalam persidangan terbukti almarhum X meninggalkan ahli waris seorang Y istri, tergugat, A seorang ibu, dan tiga orang saudara
kandung para penggugat; B saudara laki-laki, C dan D saudara perempuan. Di samping itu almarhum X meninggalkan harta warisan
yang dikuasai oleh Y tergugat. Oleh karena itu gugatan para penggugat A, B, C dan D dapat dikabulkan. Mengenai besarnya bagian masing
masing berdasarkan Q.S. Al-Nisa’ [4] : 11, 12, dan 58 sebagai berikut: Y istri, tergugat mendapat 14, A ibu mendapat 16, dan B, C, D
saudara mendapat sisa dengan ketentuan bagian laki-laki mendapat dua kali bagian perempuan.”
48
4. Mahkamah Agung membenarkan pertimbangan Pengadilan Agama yang dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Agama yang berbunyi, “bahwa dalam
persidangan telah terbukti almarhumah Y meninggalkan ahli waris penggugat Y suami, para tergugat A ibu, B seorang saudara
perempuan seibu, C, D dua orang saudara perempuan sekandung, E seorang saudara laki-laki sekandung, F seorang saudara seayah. Di
samping meninggalkan ahli waris almarhumah juga meninggalkan harta warisan yang dikuasai oleh para tergugat A, B, C, D, E dan F. Oleh
karena itu gugatan tergugat dapat dikabulkan. Mengenai bagian masing- masing ahli waris berdasarkan Q.S. Al-Nisa’ [4] : 12:
“Dan bagimu suami-suami seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak.”
suami mendapat 12 bagian, dan berdasarkan Q.S. Al-Nisa’ [4] : 11:
“Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya saja, maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.”
ibu mendapat 16, berdasarkan pendapat qaul sahabat ‘Umar ibn Khat}t}ab mengenai ‘umariyah saudara sekandung dan saudara seibu
221Pdt.G1996PA.JB; Putusan MA No. 313KAG2000 jis. Putusan PTA Ujung Pandang No. 120Pdt.G1977PTA.UP dan Putusan PA Ujung Pandung No. 495Pdt.G1996PA.UP.
48
Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 211KAG1993 tanggal 29 September 1994 jis. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh Nomor 611992 tanggal 29 April
1993 dan Putusan Pengadilan Agama Nomor 211988 tanggal 13 Februari 1992.
249 D
INAM IKA
P
UTU SAN
MA
DALAM
P
ERKARA
H
UKUM
K
E WAR ISAN
mendapat sisa berbagi sama, sedangkan berdasarkan Pasal 182 KHI dan Hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh al-Tirmidhi:
49
“Saudara sekandung laki-laki itu saling mewaris dan menghijab saudara seayah.”
Maka saudara seayah terhijab oleh saudara laki-laki sekandung sehingga tidak mendapat bagian warisan.
50
5. Mahkamah Agung membenarkan pertimbangan hukum Pengadilan Agama dengan perbaikan pertimbangan hukum mengenai anak angkat.
Pertimbangan Pengadilan Agama tersebut berbunyi, “bahwa dalam persidangan terbukti almarhum X meninggalkan ahli waris terdiri dari
ibu kandung A, istri Y, tiga orang saudara kandung B, C, D; para penggugat, seorang anak angkat E; tergugat dan seorang anak
perempuan di luar perkawinan F. Di samping itu almarhum X meninggalkan harta warisan yang dikuasai oleh tergugat E anak
angkat. Oleh karena itu gugatan para penggugat dapat dikabulkan. Bahwa mengenai bagian masing-masing ahli waris berdasarkan Pasal
186 KHI anak di luar perkawinan F tidak dapat warisan, berdasarkan Pasal 209 ayat 2 KHI anak angkat E mendapat 13 bagian sebagai
wasiat wajibah, akan tetapi karena ia sudah mendapat hibah dari almarhum X maka ia tidak dapat bagian lagi dari harta warisan, dan istri
Y mendapat 14, ibu A mendapat 16, tiga saudara kandung B, C, D mendapat sisa
as}abah berbagi sama.” Perbaikan pertimbangan dari Mahkamah Agung berbunyi, “Bahwa tergugat sebagai anak angkat E
berhak menerima wasiat wajibah dari peninggalan orang tua angkatnya dan karena ia telah menerima hibah, maka bagiannya ditetapkan sebesar
14 bagian dari harta peninggalan orang tua angkatnya.”
51
6. Mahkamah Agung membenarkan pertimbangan Pengadilan Agama yang dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Agama yang berbunyi, “bahwa dalam
persidangan terbukti almarhum X meninggalkan ahli waris terdiri dari istri Y; penggugat tiga orang saudara perempuan sekandung A, B, C,
dan satu orang saudara seibu D; para tergugat. Di samping itu
49
Al-Tirmidhi,
Sunan al-Tirmidhi
, 483.
50
Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 241KAG1997 tanggal 31 Agustus 1999 jis. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Padang Nomor 14Pdt.G1996PTA.PDG
tanggal 10 Mei 1997 dan Putusan Pengadilan Agama Muara Labuh Nomor 62Pdt.G1995PA.ML tanggal 23 Mei 1996.
51
Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 370KAG2000 tanggal 15 Maret 2006 dan Putusan Pengadilan Agama Jombang Nomor 500Pdt.G1998PA.Jbg. tanggal 20
November 1999.
250 D
INAM IKA
P
UTU SAN
MA
DALAM
B
IDA NG
P
ERD ATA
I
SL AM
almarhum X meninggalkan harta warisan yang dikuasai oleh para tergugat A, B, C, D. Oleh karena itu gugatan penggugat Y dapat
dikabulkan. Bahwa mengenai bagian masing-masing ahli waris sebagai berikut: istri Y mendapat 14, tiga orang saudara kandung A, B, C
mendapat 23, dan seorang saudara seibu D mendapat 16 jumlah 2624 diaul menjadi 2626, sehingga masing-masing istri Y mendapat
626, tiga orang saudara kandung A, B, C mendapat 1626, dan seorang saudara seibu D mendapat 426.”
52
Beberapa pertimbangan Mahkamah Agung membenarkan pertimbangan putusan Pengadilan Agama danatau Pengadilan Tinggi
Agama, dengan demikian pertimbangan hukum tersebut secara tidak langsung merupakan pertimbangan hukum Mahkamah Agung. Demikian
halnya beberapa pertimbangan hukum Mahkamah Agung tersebut menggambarkan bahwa dalam beberapa kasus Mahkamah Agung tidak
memperbaiki pertimbangan hukum Pengadilan Agama danatau Pengadilan Tinggi Agama yang dalam pertimbangannya tidak mencantumkan dasar
hukum baik Al-Qur’an, Hadis, qaul ulama maupun KHI. Seharusnya jika Pengadilan Agama danatau Pengadilan Tinggi Agama tidak mencantumkan
dasar hukum Mahkamah Agung harus memperbaiki, karena setiap putusan pengadilan harus memuat dasar hukum tertulis atau tidak tertulis.
53
Pertimbangan Mahkamah Agung tersebut mengandung beberapa kaidah hukum. Pertama, bagian ahli waris saudara sekandung laki-laki dua
kali bagian saudara perempuan. Kedua, saudara kandung laki-laki menghijab saudara seayah. Ketiga, saudara kandung bergabung dengan
saudara seibu dengan bagian yang sama jika tidak ada sisa atau sisa waris lebih kecil dari bagian saudara seibu. Keempat, saudara kandung, saudara
seayah, saudara seibu dapat mewaris bersama jandaduda mendiang pewaris, dan ibu. Kelima, saudara kandung, saudara seayah dan saudara seibu tidak
setara kedudukannya. Kelima kaidah hukum tersebut menggambarkan bahwa pemikiran hukum Mahkamah Agung dalam hal ahli waris saudara
belum bergeser dari kaidah hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an,
52
Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 362KAG2006 tanggal 24 Januaari 2007 jis Putusan Pengadilan Tinggi Agama Mataram Nomor 04Pdt.G2006PTA.MTR
tanggal 20 Februari 2006 dan Putusan Pengadilan Agama Praya Nomor 30Pdt.G2005PA.Pra tanggal 22 Agustus 2005.
53
Pasal 50 UU Kekuasaan Kehakiman berbunyi: “Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-
undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.” Bunyi pasal serupa tercantum pula dalam Pasal 62 ayat 1 UU Peradilan
Agama, Pasal 184 ayat 2 HIR, dan Pasal 195 ayat 2 RBg.
251 D
INAM IKA
P
UTU SAN
MA
DALAM
P
ERKARA
H
UKUM
K
E WAR ISAN
Hadis, qaul ulama dan Kompilasi Hukum Islam. Demikian halnya dalam hal bagian saudara laki-laki sekandung dengan saudara perempuan sekandung
masih mempertahankan dua berbanding satu sebagaimana kaidah hukum yang tercantum secara tekstual dalam Q.S. Al-Nisa’ [4] : 176. Pemikiran
hukum Mahkamah Agung dalam ahli waris saudara masih berpegang pada keadilan formal dibanding keadilan materiil. Dalam istilah teori hukum
Islam, Mahkamah Agung masih menerapkan ijtihad
intiqa’i dibanding ijtihad
insha’i.
D. Ahli Waris Paman
Para fuqaha mazhab empat menetapkan bahwa yang dimaksud paman adalah paman dari pihak ayah yang sekandung dan seayah,
sedangkan paman dari pihak ayah yang seibu dan paman dari pihak ibu tidak termasuk ahli waris melainkan termasuk
dhawi al-arh}am. Paman pihak ayah yang sekandung dan seayah tersebut hanya dapat mewaris jika ahli
waris ayah, kakek, anak, keturunan anak laki-laki dari pancang laki-laki, dan ahli waris saudara sekandungseayah dan keturunannya dari pancang laki-
laki tidak ada. Sedangkan keturunan paman yang dapat mewaris hanya yang berjenis laki-laki dari pancang laki-laki.
54
Kasus ahli waris paman paling sedikit dijumpai dalam putusan Mahkamah Agung. Dari 186 sampel kasus waris, kasus ahli waris paman
hanya berjumlah 3 kasus 1,6. Perinciannya yaitu: satu kasus keturunan paman bergabung dengan anak angkat, satu kasus keturunan paman dengan
saudara kandung perempuan, dan satu kasus lagi dengan orang lain yang tidak punya hubungan kewarisan. Dari tiga kasus tersebut, dua kasus
dikabulkan dan satu kasus lainnya ditolak karena tidak terbukti.
Pemikiran hukum Mahkamah Agung dalam kasus waris paman dapat dilihat dari pertimbangan hukum di bawah ini:
1. Mahkamah Agung membenarkan pertimbangan hukum Pengadilan Agama yang dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Agama yang berbunyi,
“bahwa dalam persidangan terbukti bahwa almarhumah X meninggalkan ahli waris seorang perempuan saudara sepupu penggugat dan harta
warisan yang dikuasai oleh keluarga dari suami kedua ibu almarhumah. Oleh karena itu, berdasarkan qaul ulama dalam kitab
Qalyubi wa ‘Umayrah juz. 3, hal. 138:
54
Ibn Ah}mad al-Mah}alli,
Sharh} al-Mah}alli ‘ala Minhaj al-T{alibin
, vol. 3, 136; Ibn ‘Abidin,
Radd al-Mukhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar
, 427-428; Ibn Rushd,
Bidayat al- Mujtahid wa Nihayat al-Muqtas}id
, 680; dan Shams al-Din Ibn Qudamah,
al-Sharh} al- Kabir
, vol. 8, 318.
252 D
INAM IKA
P
UTU SAN
MA
DALAM
B
IDA NG
P
ERD ATA
I
SL AM
“Apabila mereka tidak memiliki dhawi al-arh}am, maka diberikan
kepada dhawi al-furud} sebagai warisan asabah, maka dia mewarisi orang
per orang.” gugatan penggugat dapat dikabulkan dan penggugat mewaris seluruh
harta warisan.”
55
2. Mahkamah Agung membenarkan pertimbangan hukum Pengadilan Agama yang dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Agama yang berbunyi,
“bahwa dalam persidangan terbukti almarhumah X meninggalkan ahli waris tiga orang saudara perempuan sekandung A, B, dan C para turut
tergugat, tujuh saudara sepupu anak laki-laki dari paman X yang bernama D yaitu D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7, dan enam saudara
sepupu anak anak laki-laki dari paman X yang bernama E yaitu E1, E2, E3, E4, E5, E6 para penggugat. Di samping itu almarhumah
meninggalkan harta warisan yang dikuasai oleh dua orang anak dari A yaitu A1 dan A2 para tergugat. Oleh karena itu gugatan para
penggugat dapat dikabulkan. Dan menetapkan ahli waris X adalah tiga orang saudara perempuan sekandung yaitu A, B, dan C serta tiga belas
saudara sepupu yaitu D1, D2, D3, D4, D5, D6, E1, E2, E3, E4, E5, E6, E7. Bahwa mengenai bagian masing-masing ahli waris berdasarkan
Q.S. Al-Nisa’ [4]
: 176:
“ Jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan
mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan
saudaranya yang laki-laki mempusakai seluruh harta saudara perempuan, jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal.
” tiga orang saudara perempuan mendapat 23 berbagi sama dan
berdasarkan qaul ulama dalam kitab al- Bajuri juz 2 hal. 354:
55
Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 12KAG1991 tanggal 21 Juli 1992 jis. Putusan Pengadilan Tinggi Ujung Pandang Nomor 07Pdt.G1990PTA.UP dan Putusan
Pengadilan Agama Polewali Nomor 124Pdt.G1989PA.Pol tanggal 23 November 1989.
253 D
INAM IKA
P
UTU SAN
MA
DALAM
P
ERKARA
H
UKUM
K
E WAR ISAN
“Paman si mayyit, bapak si mayyit, kakek si mayyit dan anak si mayyit sebagai ahli waris, kecuali kakek dari ibu.”
sisa as}abah diberikan kepada 13 saudara sepupu, 16 bagian untuk
enam saudara sepupu D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7 dan 16 bagian untuk enam saudara sepupu E1, E2, E3, E4, E5, E6.”
56
3. Mahkamah Agung membenarkan pertimbangan Pengadilan Tinggi Agama yang berbunyi, “bahwa dalam persidangan terbukti almarhumah
X meninggalkan ahli waris tujuh keponakan anak dari saudara laki-laki X yang bernama A yaitu A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, tiga keponakan
anak dari saudara laki-laki X yang bernama B yaitu B1, B2, B3, sembilan keponakan anak dari saudara perempuan X yang bernama C
yaitu C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9, sepuluh keponakan anak dari saudara perempuan X yang bernama D yaitu D1, D2, D3, D4, D5, D6,
D7, D8, D9, D10, satu keponakan anak dari saudara perempuan X yang bernama E yaitu E1, tujuh keponakan anak dari saudara perempuan X
yang bernama F yaitu F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7, lima saudara sepupu anak dari bibi X yang bernama G yaitu G1, G2, G3, G4, G5, dan lima
saudara sepupu anak dari paman X yang bernama H yaitu H1, H2, H3, H4, H5. Di samping itu almarhumah X meninggalkan harta warisan
yang dikuasai oleh G1, G2, G3, G4, G5 saudara sepupu X. Menimbang bahwa oleh karena itu gugatan para penggugat G1, G2, G3, G4, G5, H1,
H2, H3, H4, H5 dapat dikabulkan. Dan berdasarkan Hadis Nabi Muhammad:
57
“Bagikan bagian ahli waris kepada ahli waris yang sudah ditentukan bagiannya, sisanya diberikan kepada laki-laki yang terdekat kepada
pewaris.”
56
Lihat Putusan Mahkamah Agung Nomor 402KAG2006 tanggal 2 Mei 2007 jis. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Palangkaraya Nomor 3Pdt.G2004PTA.Palangkaraya
tanggal 27 Desember 2004 dan Putusan Pengadilan Agama Palangkaraya Nomor 104Pdt.G2003PA. Palangkaraya tanggal 5 Agustus 2004.
57
Lihat al-Bukhari,
S{ah}ih} al-Bukhari
, 1644-1645; Abu Dawud,
Sunan Abu Dawud
, 675; al-Tirmidhi,
Sunan al-Tirmidhi
, 473; Ibn Majah,
Sunan Ibn Majah
, 466; Ibn H{ibban,
S{ah}ih} Ibn H{ibban
, 1033; Muslim,
S{ah}ih} Muslim
, 777; Ah}mad,
Musnad Ah}mad Ibn H{anbal
, 224, 239, dan 247; dan al-H{akim,
al-Mustadrak ‘ala S{ah}ih}ayn
, 1520.
254 D
INAM IKA
P
UTU SAN
MA
DALAM
B
IDA NG
P
ERD ATA
I
SL AM
dan Pasal 182 dan 185 KHI menetapkan ahli waris X adalah enam keponakan anak dari saudara laki-laki X yang bernama A yaitu A1, A2,
A3, A4, A5, A6, A7, tiga keponakan anak dari saudara laki-laki X yang bernama B yaitu B1, B2, B3, sembilan keponakan anak dari saudara
perempuan X yang bernama C yaitu C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9, sepuluh keponakan anak dari saudara perempuan X yang bernama D
yaitu D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7,D8, D9, D10, satu keponakan anak dari saudara perempuan X yang bernama E yaitu E1, tujuh keponakan
anak dari saudara perempuan X yang bernama F yaitu F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7, lima saudara sepupu abak dari bibi X yang bernama G yaitu
G1, G2, G3, G4, G5 , dan lima saudara sepupu anak dari paman X yang bernama H yaitu H1, H2, H3, H4, H5. Menimbang pula bahwa
keturunan dari paman G dan bibi H yaitu G1, G2, G3, G4, G5 dan H1, H2, H3, H4, H5, H6, H7 tidak mewaris karena terhijab oleh keponakan
X. Berdasarkan pertimbangan tersebut harta warisan X tersebut harus diserahkan kepada keponakan X keturunan A, B, C, D, E, dan F sebagai
ahli waris pengganti dengan bagian masing-masing sebagai berikut: keturunan A A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7 mendapat 28 dengan
ketentuan bagian laki-laki dua kali bagian perempuan; keturunan B B1, B2, B3 mendapat 28 dengan ketentuan bagian laki-laki dua kali bagian
perempuan; keturunan C C1, C2, C,3 C4, C5, C6, C7, C8, C9 mendapat 18 dengan ketentuan bagian laki-laki dua kali bagian
perempuan; keturunan D D1, D2, D3, D4, D5, D6, D7, D8, D9, D10 mendapat 18 dengan ketentuan bagian laki-laki dua kali bagian
perempuan; keturunan E E1 mendapat 18 bagian; keturunan F F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7 mendapat 18 dengan ketentuan bagian laki-laki
dua kali bagian perempuan. Keturunan G dan H tidak dapat mewaris dari X karena G dan H paman X terhijab oleh keturunan saudara.”
58
Tiga pertimbangan Mahkamah Agung membenarkan pertimbangan
putusan Pengadilan Agama danatau Pengadilan Tinggi Agama, dengan demikian pertimbangan hukum tersebut secara tidak langsung merupakan
pertimbangan hukum Mahkamah Agung. Pertimbangan Mahkamah Agung tersebut mengandung enam kaidah hukum:
Kaidah hukum pertama, anak perempuan dari paman sekandung termasuk ahli waris
dhawi al-arh}am. Kaidah hukum ini merupakan kaidah hukum yang dianut oleh mazhab empat.
59
KHI tidak menganut ahli waris
58
Lihat putusan Mahkamah Agung Nomor 226KAG2004 tanggal 21 Maret 2007 jis. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor 243Pdt.G2003.
59
Ibn H{ajar al-Haytami,
Tuh}fat al-Muh}taj bi Sharh} al-Minhaj
, vol. 6, 394.