Latar Belakang Dr. Khairul P. Surbakti, SpS 10. Dr. Cut Aria Arina, SpS

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Stroke adalah penyebab kematian terbanyak ketiga di Amerika Serikat demikian juga di seluruh dunia setelah penyakit jantung dan kanker dan setiap tahunnya 700.000 orang mengalami stroke baru atau berulang. Kira-kira 500.000 merupakan serangan pertama dan 200.000 merupakan serangan ulang. Rata-rata, setiap 45 detik seseorang di Amerika Serikat akan mengalami stroke Machfoed, 2003; Hacke dkk, 2003; William, 2001; Manji, 2007; Fitzsimmons, 2007; Air and Kissela, 2007; Rosamond dkk, 2007. Dari data penderita yang rawat inap di bangsal neurologi Rumah Sakit H. Adam Malik Medan pada tahun 2006 diperoleh bahwa dari 598 orang yang opname, 203 33 orang merupakan stroke iskemik dan 417 orang merupakan stroke hemoragik Departemen Neurologi, 2006. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh Survei ASNA ASEAN Neurological Association di 28 Rumah Sakit di seluruh Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di Rumah Sakit hospital based study . Penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun yaitu 11,8, usia 45 – 64 tahun berjumlah 54,2 dan diatas usia 65 tahun 33,5 Misbach, 2007. Resiko stroke akan meningkat seiring dengan beratnya dan banyaknya faktor resiko. Resiko untuk timbulnya serangan ulang stroke adalah 30 dan populasi yang pernah menderita stroke memiliki kemungkinan serangan ulang adalah 9 kali dibandingkan populasi normal. Tekanan darah tinggi dan diabetes masih merupakan faktor resiko jangka panjang yang penting. Kira-kira 40 - 60 pasien diebetes terkomplikasi dengan hipertensi yang mana merupakan faktor resiko yang paling kuat untuk stroke. Apabila diebetes dan hipertensi terjadi bersamaan, resiko untuk stroke semakin meningkat secara drastis Gilroy, 2000; Eguchi dkk, 2003; Kelompok Studi Serebrovaskuler Perdossi, 2004; Hu dkk, 2005; Harmsen dkk, 2006; Goldstein dkk, 2006. Diabetes jelas merupakan salah satu faktor resiko yang paling penting untuk stroke iskemik, khususnya pasien-pasien yang berumur kurang dari 65 tahun tetapi data pada stroke Roberthus Bangun: Hubungan Kadar Albumn Serum Dan Outcome Fungsional Penderita Stroke Iskemik Dengan Dan Tanpa Diabetes, 2008. peningkatan resiko stroke hemorhagik pada diabetes tipe 2. Kira-kira 30 pasien dengan aterosklerosis otak terbukti adalah diabetes melitus dan insidens stroke dua kali lipat lebih tinggi pada pasien diabetes dari pada non diabetes Gilroy, 2000; Hankey dan Lees, 2001; Ryden dkk, 2007. Penyakit serebrovaskuler merupakan komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes tipe 1 dan tipe 2 disamping penyakit jantung iskemik dan penyakit arteri perifer. Pada penelitian prospektif di Finlandia dengan follow up selama 15 tahun, diabetes adalah faktor resiko tunggal yang paling kuat untuk stroke relative risk untuk laki-laki 3,4 dan untuk wanita 4,9 Diperkirakan 20,8 juta penduduk Amerika menderita diabetes dan sebanyak 37 – 42 dari semua stroke iskemik di Amerika disebabkan oleh efek diabetes sendiri atau kombinasi dengan hipertensi Kissela dkk, 2005; Marshall dan Flyvbjerg, 2006; Rodbard dkk, 2007; Ryden dkk, 2007. Komponen sindroma metabolik dengan hubungan yang paling kuat dengan stroke iskemik dan Transient Ischemic Attack TIA adalah hipertensi dan gangguan glukosa puasa. Walaupun sindroma metabolik tanpa diabetes adalah faktor resiko yang kurang kuat untuk stroke iskemik dan TIA dari pada dengan diabetes Koren-Morag dkk, 2005. Kenaikan kadar glukosa darah ditemukan pada 43 penderita stroke akut, dan 25 diantaranya adalah penderita diabetes dan dalam jumlah yang sama 25 ditemukan kenaikan Hemoglobin A 1c pada serum. Setengahnya lagi 50 yaitu penderita nondiabetes dengan respon hiperglikemia akibat stroke Misbach, 1999. Diabetes secara nyata meningkatkan resiko aterosklerosis di pembuluh koroner, serebral dan perifer dengan konsekuensi klinis berupa infark miokard, stroke, iskemia ekstremitas dan kematian Luscher dkk, 2003. Pada penderita diabetes tipe 2, resiko untuk terjadinya infark miokard atau stroke meningkat 2 – 3 kali lipat dan resiko kematian meningkat 2 kali lipat Almdal dkk, 2004. Pada populasi stroke yang berumur kurang dari 55 tahun, diabetes meningkatkan resiko stroke lebih dari 10 kali lipat Beckman dkk, 2002. Perkiraan resiko stroke pada populasi diabetes tipe 2 dibandingkan dengan populasi tanpa diabetes paling tinggi terjadi pada wanita muda, walaupun resiko ini menurun dengan bertambahnya usia. Pasien-pasien yang berumur Roberthus Bangun: Hubungan Kadar Albumn Serum Dan Outcome Fungsional Penderita Stroke Iskemik Dengan Dan Tanpa Diabetes, 2008. dengan lamanya menderita diabetes tipe 2 Mulnier dkk, 2006; Janghorbani dkk, 2007. Meskipun patogenesis stroke pada pasien-pasien dengan diabetes belum jelas, hiperglikemia dan diabetes berpengaruh pada outcome yang lebih buruk dari pada mereka yang bukan hiperglikemia dan diabetes Kagansky dkk, 2001; Beckman dkk, 2002; Air dan Kissela, 2007. Candelise dkk, menemukan bahwa hiperglikemia sebagai petanda dari stroke yang lebih berat. Sehingga outcome yang buruk diantara pasien-pasien dengan hiperglikemia dapat merupakan sebagian dari gambaran keseriusan yang terjadi pada pembuluh darah itu sendiri Adam dkk, 2007. Diabetes berhubungan dengan meningkatnya resiko stroke iskemik dan meningkatnya mortalitas pasien-pasien dengan stroke. Resiko yang tinggi ini telah dihubungkan dengan perubahan patofisiologi yang dilihat pada pembuluh darah otak pasien dengan diabetes Caplan, 2000; Sacco dan Boden-Albala, 2001; Magherbi dkk, 2003; Air dan Kissela, 2007 . Beberapa penelitian secara umum telah menemukan peningkatan angka mortalitas 30 hari dan 1 tahun diantara pasien-pasien hiperglikemia walaupun peningkatan angka mortalitas ini tidak ditemukan pada penelitian lain. Morbiditas yang ditetapkan sebagai perbaikan outcome fungsional dan neurologis, juga mengalami perburukan dalam kasus-kasus dengan hiperglikemia dan diabetes Air dan Kissela, 2007. Konsentrasi albumin dalam serum telah lama diketahui sebagai indikator kasar keadaan kesehatan umum seorang individu. Konsentrasi albumin dalam serum sedang sampai sangat rendah berhubungan dengan morbiditas dan semua penyebab mortalitas pada orang dewasa. Walaupun konsentrasi albumin serum kelihatannya berhubungan dengan survival dan outcome , tetapi masih belum jelas apakah berhubungan dengan gangguan fungsional khususnya keterbatasan fungsional yang ditemukan pada penyakit diabetes mellitus. Castaneda dkk pada penelitiannya mendapatkan bahwa konsentrasi serum albumin yang rendah berhubungan dengan diabetes dan rendahnya midupper arm muscular area dan disabilitas pada activities of daily living ADL Castaneda dkk, 2000. Diabetes mellitus menyebabkan penurunan sintesa albumin dan mRNA albumin. Konsentrasi mRNA diperlukan untuk aksi pada ribosom adalah faktor penting untuk mengontrol Roberthus Bangun: Hubungan Kadar Albumn Serum Dan Outcome Fungsional Penderita Stroke Iskemik Dengan Dan Tanpa Diabetes, 2008. Pengurangan konsentrasi mRNA albumin yang disebabkan oleh berkurangnya transkripsi gen dapat dilihat pada reaksi fase akut yang diperantarai oleh cytokine terutama interleukin -6 IL-6 dan tumour necrosis factor α TNF-α. Lingkungan hormonal juga dapat mempengaruhi konsentrasi mRNA. Insulin dibutuhkan untuk sintesa albumin yang cukup. Penderita diabetes mengalami penururnan sintesa, yang dapat diperbaiki dengan pemberian infus insulin Wanke dan Wong, 1991; Nicholson dkk, 2000. Serum albumin manusia adalah protein multifungsi yang unik yang berkhasiat sebagai neuroprotektif. Penelitian eksperimental pada binatang dengan stroke akut memperlihatkan bahwa terapi albumin pada dasarnya memperbaiki fungsi neurologis, yang ditandai dengan berkurangnya volume infark serebral, berkurangnya pembengkakan otak dan penumpukan natrium, bahkan walaupun diberikan setelah lebih dari 2 jam onset iskemia. Dziedzic dkk, 2004; Gum dkk, 2004. Pada Albumin in acute stroke ALIAS Pilot Trial , albumin manusia 25 dalam rentang dosis diatas 2,05 gkg dapat ditoleransi oleh pasien-pasien dengan stroke iskemik akut tanpa komplikasi berat yang dibatasi oleh dosis. Hanya 13 yang mengalami edema pulmonal ringan sampai sedang yang segera dapat diatasi dengan pemberian diuretik Ginsberg dkk, 2006. Subjek yang menjalani terapi tPA yang menerima albumin dosis tinggi tiga kali memperoleh outcome yang baik dibandingkan dengan subjek yang menerima dosis rendah albumin, menduga bahwa ada efek sinergistik positif antara albumin dengan tPA Palesch dkk, 2006. Walaupun pada beberapa penelitian memperlihatkan manfaat yang bermakna serum albumin manusia pada pengobatan stroke, mekanisme neuroproteksinya belum diketahui. Sejumlah mekanisme yang mungkin telah diuji termasuk pengaruh serum albumin manusia pada perfusi lokal serebral, kerusakan blood-brain barrier , respon asam lemak sistemik dan patensi pembuluh darah kecil. Sementara kebanyakan dari mekanisme ini kemungkinan memberikan kontribusi, belum ada mekanisme yang cukup kuat dilaporkan mempunyai efek neuroprotektif besar Belayev, 2002; Gum dkk, 2004. Outcome fungsional pasien-pasien stroke iskemik yang diukur 3 bulan setelah onset stroke dengan menggunakan modified Rankin Scale mRS memperlihatkan bahwa pada pasien- Roberthus Bangun: Hubungan Kadar Albumn Serum Dan Outcome Fungsional Penderita Stroke Iskemik Dengan Dan Tanpa Diabetes, 2008. yang buruk Dziedzic dkk, 2004.

I.2. Perumusan Masalah