Wong, 1991; Nicholson dkk, 2000.
II.6. Peranan Brain Imaging
Brain imaging masih merupakan komponen yang dibutuhkan dalam pemeriksaan pasien
yang diduga stroke. Computed Tomography
CT dan Magnetic Resonance Imaging
MRI merupakan pilihan untuk
brain imaging , tetapi pada kebanyakan kasus dan kebanyakan institusi,
CT masih merupakan pemeriksaan awal yang paling praktis. Dalam kebanyakan hal, CT akan memberikan informasi untuk membuat keputusan mengenai penatalaksanaan darurat Adam dkk,
2007. Sejak ditemukan pada tahun 1970, CT scan berkembang menjadi salah satu
pemeriksaan penting untuk menegakkan diagnosis kelainan-kelainan neurologi. Salah satu diantaranya adalah pada penderita stroke. Biasanya secara klinis kita sudah dapat membedakan
antara stroke iskemik dengan stroke hemorragik. Tetapi kadang-kadang sebagian penderita hampir 20 , diagnosis klinis tidak sesuai dengan pemeriksaan radiologis. Perbedaan kedua
kelainan itu menjadi sangat penting karena terapi yang tidak sama, tatalaksana faktor resiko yang juga berbeda. Penelitian Wang dkk, 1988
Cit . Sjahrir, 2003 terhadap 5042 pasien selama 2
tahun dengan pemeriksaan Kranial CT scan memperoleh hasil bahwa sebesar 19,8 dilakukan untuk konfirmasi dan evaluasi terhadap kasus yang secara klinis diduga stroke 87 memang
positif konfirmasi sebagai stroke. Peranan CT scan sangat besar sehingga dapat dikatakan menjadi
golden standard baku emas penderita stroke Sjahrir, 2003; Jannis, 2007.
Peran utama CT- scan
kepala pada seseorang yang diduga stroke adalah untuk mengidentifikasi adanya perdarahan, yang merupakan kontraindikasi absolut terapi trombolitik.
Sensitivitas CT- scan
untuk perdarahan intraserebral adalah hampir 100, dan sensitivitas untuk perdarahan subarachnoid adalah 90 – 95.
Computed Tomography scan kadang-kadang juga
akan mengidentifikasi adanya lesi desak ruang seperti epidural
atau subdural hematoma
, tumor atau abses Marino, 2007.
Hasil diagnostik pemeriksaan CT kurang baik untuk infark. Setengah dari infark serebri tidak kelihatan pada CT-
scan , dan hasil diagnostik bahkan lebih jelek dalam 24 jam pertama
Roberthus Bangun: Hubungan Kadar Albumn Serum Dan Outcome Fungsional Penderita Stroke Iskemik Dengan Dan Tanpa Diabetes, 2008.
dalam 24 jam setelah onset gejala, tidak menyingkirkan adanya infark serebral. Magnetic
Resonance Imaging MRI dapat mendeteksi 90 stroke dalam 24 jam pertama setelah onset
gejala. Magnetic Resonance Imaging
juga lebih baik dari CT dalam mendeteksi beberapa kondisi berikut ini: perdarahan, subdural hematoma, aneurisma, arteriovenous malformation,
microvascular disease, dan venous sinus thrombosis. Karena kelebihan hasil diagnostik ini, MRI kelihatannya akan menggantikan CT dikemudian hari untuk evaluasi dini stroke Marino, 2007.
II.7. Penatalaksanaan