14
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Perilaku Bersyukur 1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Menurut
Soekidjo N. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Soekidjo N. Secara Operasional perilaku dapat diartikan suatu respons
individu atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.
1
Notoatmodjo S. dikutip dari Ensiklopedi Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi individu terhadap lingkungannya. Perilaku baru
terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan
menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Menurut Sri Kusmiyati dan Desminiarti, sebagaimana yang dikutip oleh Sunaryo Perilaku manusia
pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.
2
1
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan Jakarta: Kedokteran EGD, 2002, h. 2.
2
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, h. 3.
Dalam kamus bahasa indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.
3
Perilaku dalam pengertian yang luas adalah aktivitas yang tampak.
4
Menurut behavoirisme perilaku manusia adalah perilaku yang tampak serta dapat diukur yang merupakan hasil dari proses belajar
learning proscess, manusia belajar dari lingkugannya dan dari hasil belajar itulah ia berperilaku.
5
Tiga pengertian perilaku menurut Muhammad Izzuddin Taufiq sebagai berikut:
1. Sekumpulan stimulus yang muncul atas sekumpulan respons. Definisi ini lebih mengarah kepada komponen perilaku Individu.
2. Sekumpulan kejadian atau peristiwa yang dipicu oleh gerakan dan aktivitas tubuh. Definisi ini lebih mengarah kepada komponen fisiologis
sistem saraf. 3. Sekumpulan kondisi atau respons yang disengaja ataupun sikap yang
direncanakan. Definisi ini lebih mengarah kepada komponen
terminologi tujuan dan niat.
6
Aspek perilaku yang berperan penting dalam menggerakkan manusia untuk berbuat sesuatu adalah “motivasi”. Motivasi dalam bahasa inggris:
motive dari kata motion adalah istilah yang lebih umum digunakan untuk menggantikan “motif-motif” yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak
sehingga kata motivasi ini erat hubungannya gerak, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia. Dalam psikologi, motivasi ini berarti rangsangan
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 859.
4
Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar Yogyakarta: Andi Offset, 1994, h. 15.
5
Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi Jakarta: Universitas Terbuka, 2005, h. 1.20.
6
Muhammad Izzuddin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam Jakarta: Gema Insani Press, 2006, h. 289.
atau dorongan untuk bertingkah laku.
7
Konsep lain yang sering disejajarkan dengan motivasi itu adalah yang dikenal dengan “ drive”
dorongan dan “desire” keinginan. Satu konsep fundamental yang khas dari pendirian teori motivasi yang dikemukakan oleh Maslow dikutip oleh
Muhammad Asrori adalah bahwa manusia dimotivasikan oleh sejumlah “ kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah,
dan berasal dari sumber genetis atau naluri.
8
Menurut Bandura melakukan suatu perilaku tertentu manusia memerlukan peneguhan reinforcement,
sedangkan kemampuan potensial untuk melakukan ditentukan oleh peniruan imitation dalam suatu proses belajar sosial sosial learning.
9
Jalaludin Rakhmat mengutip pendapat para Behavioris yang menyatakan bahwa “perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku
digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak
kesenangan dan mengurangi penderitaan.”
10
Sedangkan dalam pandangan Islam perilaku dapat disinonimkan dengan akhlaq. Secara lughawi, perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab
“akhlaq”,yaitu jamak dari khuluq, artinya perangai al-sajiyyah, tabiat al-thab’u, sifat mulia al-muru’ah. Secara istilah yang dimaksud dengan
akhlak ialah keadaan jiwa yang mendorong timbulnya perbuatan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Maskawaih dalam definisi berikut:
keadaan jiwa yang mendorong timbulnya perbuatan tanpa memerlukan
7
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama Bandung: Pustaka Setia, 2008, h. 132.
8
Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran Bandung: Wacana Prima, 2009, h. 172.
9
Siti Mutmainah dan Ahmad Fauzi, Psikologi Komunikasi Jakarta: Universitas Terbuka, 2005, h. 120.
10
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Bandung: Rosdakarya, 2005, h. 22.