Ciri-Ciri Perilaku Bersyukur Gambaran Perilaku Bersyukur a. Pengertian Perilaku Bersyukur

Shihab juga menyatakan bahwa ciri seseorang dikatakan memiliki perilaku bersyukur kepada Allah SWT apabila seseorang itu melakukannya dengan cara berikut : 1. Bersyukur dengan hati yaitu mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah SWT. Dan tak ada seorangpun selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat. 2. Bersyukur dengan lidah, yaitu mengucapkan secara ikhlas ungkapan alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. 3. Bersyukur dengan amal perbuatan yaitu mengamalkan anggota tubuh untuk hal baik dan memanfaatkan nikmat itu sesuai dengan ajaran agama. 28 Syukur kepada Allah SWT bisa dilakukan pula dengan cara sujud syukur setelah seseorang mendapat nikmat dalam bentuk apapun atau lolos dari musibah dan bencana. Sujud ini hanya dilakukan sekali dan di luar shalat. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7:              Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti aku akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.” 29 28 Moh. Sholeh, Terapi Shalat Tahajjud Jakarta: Mizan Publika, 2006, h. 10. 29 Ahmad Mushthafa AL-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi Semarang: Karya Toha Putra 1994, h. 235. Dari definisi di atas mengenai perilaku dan syukur serta isi dari syukur, penulis dapat memahami bahwa perilaku bersyukur adalah sebuah reaksi seseorang atau individu dalam memanjatkan pujian kepada Sang Pemberi yang telah memberikan nikmat kepada individu tersebut, tidak hanya dikala senang atau gembira namun di kala susah juga atas dorongan dan keinginan sendiri karena ketundukan, pengakuan dan kecintaan seseorang atau individu kepada Tuhannya sehingga ia memiliki sifat dermawan terhadap sesama.

B. Tunanetra 1. Pengertian Tunanetra

Tunanetra adalah salah satu hambatan fisik yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk melihat, dengan kata lain tunanetra adalah seseorang yang mengalami gangguan fungsi penglihatan sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan indera penglihatannya secara fungsional. 30 Menurut Sutjihati Soemantri 2006 mendefinisikan tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya kedua-duanya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari sepertinya orang awas. 31 Penulis menambahkan bahwa tunanetra adalah individu-individu yang memiliki hambatan, gangguan, dan ketidakmampuan untuk 30 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 7. 31 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 8. memaksimalkan fungsi penglihatannya dalam menerima informasi baik secara menyeluruh total blind atau sebagian low vision.

2. Sebab-sebab Terjadinya Ketunanetraan

Sebab-sebab seseorang itu mengalami kebutaan dikarenakan beberapa faktor yaitu: a. Faktor pre-natal: keturunan, pertumbuhan seseorang dalam kandungan seperti gangguan waktu ibu hamil dan infeksi karena beberapa hal penyakit kotor seperti cacar air dan tumor. b. Post-natal: kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, pada waktu persalinan ibu mengalami penyakit gonorrhoe, dan mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan misalkan xeropthalmia yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A. 32

3. Karakteristik Tunanetra

Pada tunanetra terdapat beberapa karakteristik diantaranya adalah: 1. Karakteristik Fisiologis Karakteristik fisik atau fisiologis tunanetra dapat dikenali dengan melihat dari jenis tunanetra tersebut yaitu dengan melihat ciri-ciri sebagai berikut: a. Karakteristik buta totally blind: tidak mampu melihat, kerusakan nyata pada kedua bola mata, mata bergoyang terus, bagian mata 32 Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, h. 12. yang hitam berwarna keruh, peradangan hebat pada kedua bola mata dan lain sebagainya. b. Karakteristik low vision: terlihat tidak menatap lurus kedepan, memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama dicahaya terang, mata terlihat putih di tengah mata dan lain sebagainya. 2. Karakteristik kognitif Menurut Lowenfeld 1948 terdapat tiga hal yang berpengaruh buruk terhadap perkembangan kognitif dengan keterbatasan penglihatan antara lain: a. Jarak dan beragamnya pengalaman yang dimiliki oleh mereka dengan keterbatasan penglihatan, kemampuan ini terbatas karena mereka mempunyai perasaan tidak sama dengan mereka yang mampu melihat. b. Kemampuan yang telah diperoleh akan berkurang dan akan berpengaruh terhadap pengalamanya dilingkungan. c. Mereka dengan keterbatasan penglihatan tidak memiliki kendali yang sama terhadap lingkungan dan diri sendiri. 3. Karakteristik sosial Perkembangan sosial tunanetra sangat bergantung pada bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan keluarga terhadap tunanetra itu sendiri. Penerimaan secara realistik terhadap tunanetra dengan segala keterbatasannya adalah yang paling utama menumbuhkan rasa percaya dirinya. Sikap yang ditunjukkan dengan