Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan Sekolah merupakan bagian penting dari komponen pendidikan yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari lingkungan sekolah. Bahkan keberhasilan lembaga pendidikan baik pendidikan dasar, menengah dan atas tergantung pada sistem pembelajaran yang dimotori oleh empat komponen utamanya, yaitu siswa, guru, kurikulum sistem dan sarana prasarana termasuk perpustakaan. Empat komponen utama tersebut tidak akan memperoleh hasil maksimal manakala satu diantaranya tidak berjalan dengan semestinya karena komponen yang satu dengan komponen yang lainnya saling melengkapi satu sama lain. Sarana dan prasarana dalam hal ini perpustakaan hampir selalu menjadi nomor terakhir dalam hal perhatian dari masyarakat sekolah. Dalam kenyataannya di lapangan banyak sekolah-sekolah yang menaruh concern perhatian lebih terhadap tiga komponen yang disebutkan pertama daripada komponen yang disebut terakhir yaitu perpustakaan. Padahal manfaat perpustakaan tidak hanya dirasakan oleh siswa saja melainkan seluruh warga sekolah termasuk guru, seperti yang diungkapkan oleh C. Larasati Milburga, bahwa tujuan perpustakaan sekolah untuk mempertinggi daya serap dan kemampuan siswa dalam proses pendidikan serta membantu memperluas cakrawala pengetahuan guru, siswa dalam lingkungan sekolah. 1 Tidak hanya itu saja, keberadaan perpustakaan sekolah telah menjadi suatu keniscayaan sebagaimana yang termuat dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 1 C. Larasati Milburga, Membina Perpustakaan Sekolah, Yogyakarta: Kanisius, 1996, h 57 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.yang kemudian diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut antara lain disebutkan “setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang memiliki lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,…… yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan“ 2 . Selain undang-undang di atas, UU No 43 tahun 2007 yang belum lama disahkan semakin menguatkan posisi perpustakaan dan pustakawan dikancah pendidikan. Maka berdasarkan Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut setiap satuan pendidikan, baik sekolah dasar, menengah dan atas harus memiliki dan memperhatikan perpustakaan serta mengelolanya dengan sebaik-baiknya. Untuk menuju perpustakaan sekolah yang berdayaguna tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, dibutuhkan pengetahuan atau manajemen perpustakaan sekolah yang komprehensif khususnya dalam hal pengembangan koleksi mengingat koleksi perpustakaan merupakan salah satu pilar penting selain pemakai dan pustakawan. Tiga pilar utama yang akan memperkokoh perpustakaan, menurut Zulfikar Zein adalah pemakai perpustakaan yang aktif dan disiplin, pustakawan yang memiliki sikap tulus hati, ramah, berpikiran positif, supel, pro aktif, dedikatif, dan professional serta koleksi 3 . Lebih lanjut Zulfikar menambahkan koleksi yang banyak, lengkap, dan beragam. Yang dimaksud koleksi disini adalah semua bahan pustaka yang 2 Standar Nasional Pendidikan, Jakarta : Lekdis, 2005, h.35, dapat diakses di http:www.depdiknas.go.idinlink.php?to=snp, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Terdapat juga dalam buku Undang-undang .R.I. Nomor:20 Thn 2003 tentang sisdiknas, Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 2003, cet, ke-1, h. 31 3 Penyebab Kurang Optimalnya Penggunaan Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan. hal.3 dalam http:media.diknas.go.idmediadocument4468.pdf dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disebarluaskan guna memenuhi kebutuhan pemakai. 4 Hakekatnya koleksi tidak sebatas dikumpulkan, diolah atau disimpan saja tetapi diperlukan suatu cara atau sistem terpadu yang dikenal dengan istilah pengembangan koleksi perpustakaan atau Developing Library Collections, yang terdiri dari Community Analysis analisis pemakai, Selection Policies kebijakan seleksi, Selection seleksi, Acquisition pengadaan, Weeding penyiangan dan Evaluation evaluasi. 5 Namun dalam menjalankan sistem terpadu atau pengembangan koleksi di atas tidak semua perpustakaan sekolah dapat menjalankannya. Sebagai contoh, data yang dilansir oleh Fuad Hasan, Mendiknas pada tahun 2001 mengungkapkan dari sekitar 70.000 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP baru 34 yang memiliki perpustakaan standar, dan dari sekitar 14.000 Sekolah Menengah Umum hanya sekitar 54 yang memiliki perpustakaan standar, 6 Data-data tersebut menunjukkan bahwa tidak mudah untuk menjalankan sistem pengembangan koleksi. Rachmat Natadjumena mengatakan pada seminar sehari dengan tema Optimalisasi peran perpustakaan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, “hanya dua persen dari sekitar 168.000 sekolah dasar SD di seluruh Indonesia yang memiliki perpustakaan yang memenuhi syarat keberadaan sebuah perpustakaan. Padahal, kegiatan belajar – mengajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan literatur yang ada di perpustakaan 7 . Penyebab atau kendala yang dihadapi perpustakaan sekolah pada umumnya berkisar pada dua hal yakni, Pertama, kurangnya dana yang bisa digunakan untuk 4 Sukarman, Pedoman Umum Pengolahan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000, h. 5 5 Edward Evans, Developing Library Collections, Litleton : Libraries Unlimited, 1979 h. 5 6 Penyebab Kurang Optimalnya Penggunaan Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan, http:media.diknas.go.idmediadocument4468.pdf 7 Rachmat Natadjumena, Perpustakaan Sekolah Minim dan Memprihatinkan” Harian Kompas, 15 November 2000 menambah jumlah koleksi secara teratur. Dan yang Kedua, tidak adanya tenaga yang secara khusus diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memelihara koleksi yang ada 8 Penulis menyimpulkan jika suatu perpustakaan sekolah dikelola dengan sangat baik, ditopang anggaran memadai dan pustakawan yang kompeten maka perpustakaan sekolah tersebut dapat dipastikan ”sehat” dan dapat “menyehatkan” siswa dan guru lingkungan sekolah. Adalah suatu hal yang tidak wajar bila satuan pendidikan dalam hal ini sekolah menengah atas SMA yang ditopang anggaran memadai dan pustakawan yang kompeten tidak berjalan dengan maksimal apalagi jika sekolah tersebut berlabel sekolah swasta favorit terbaik. Hal inilah yang menarik minat penulis untuk meneliti apakah perpustakaan SMA swasta dengan segala kelebihannya telah menjalankan sistem pengembangan koleksinya dengan baik? Apakah benar bahwa anggaran perpustakaan yang memadai sangat mempengaruhi kesuksesan pengembangan koleksi? Dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dan melihat latar belakang yang ada penulis ingin melakukan penelitian yang mendalam dengan mengambil judul Skripsi Pengembangan Koleksi Perpustakaan SMA Al-Azhar dan SMA Al-Izhar Jakarta : Suatu Perbandingan

B. Masalah dan Pembatasan Masalah