55
sejak kecil melalui proses enkulturasi dan sosialisai baik dari keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan membentuk konsep diri self concept,
sistem nilai yang teguh sejak kecil, dan kestabilan emosi merupakan beberapa ciri kepribadian yang bisa membantu seseorang untuk tidak mudah
terpengaruh atau terdorong menggunakan napza.
Faktor-faktor individual penyebab penyalahgunan Napza antara lain:
a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir
panjang mengenai akibatnya. b. Keinginan untuk mencoba-coba karena “penasaran”.
c. Keinginan untuk bersenang-senang just for fun.
d. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya fashionable.
e. Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok konformitas. f. Lari dari kebosanan, masalah atau kegetiran hidup.
g. Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan ketagihan.
h. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan napza.
i. Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA SAY NO TO DRUGS
2. Faktor kedua adalah masyarakat dan lingkungan sekitar yang tidak
mampu mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan napza, bahkan membuka kesempatan pemakaian napza. Yang dimaksud dengan faktor
kesempatan di sini adalah tersedianya situasi-situasi “permisif”
56
memungkinkan untuk memakai napza di waktu luang, di tempat rekreasi seperti diskostik, pesta dll,. Lingkungan pergaulan dan lingkungan sebaya
merupakan salah satu pendorong kuat untuk menggunakan napza. Keinginan untuk menganut nilai-nilai yang sama dalam kelompok konformitas, diakui
solidaritas, dan tidak dapat menolak tekanan kelompok peer pressure merupakan hal-hal yang mendorong penggunaan napza. Dorongan dari luar
adalah ajakan, rayuan, tekanan dan paksaan terhadap individu untuk memakai napza sementara individu tidak dapat menolaknya. Dorongan luar juga bisa
disebabkan pengaruh media massa yang memperlihatkan gaya hidup dan berbagai rangsangan lain yang secara langsung maupun tidak langsung
mendorong pemakaian napza. Di lain pihak, masyarakat pula yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan dan peredaran napza,
misalnya karena lemahnya penegakan hukum, penjualan obat-obatan secara bebas, bisnis narkotika yang terorganisir. Napza semakin mudah diperoleh
dimanamana dengan harga terjangkau. Berbagai kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan Napza memudahkan terjadinya penggunaan
dan penyalahgunaan Napza.
3. Faktor ketiga adalah zat-zat di dalam Napza.
Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan Napza, maka secara fisik
dan psikologis sugesti orang tersebut tidak dapat lagi hidup normal tanpa ada zat-zat Napza di dalam tubuhnya. Secara fisik ia akan merasa kesakitan dan sangat
tidak nyaman bila tidak ada zat yang biasanya ada dalam tubuhnya. Kesakitan dan
57
penderitaannya hanya akan berhenti ketika zat-zat tersebut kembali berada dalam tubuhnya. Secara psikologis, ia membutuhkan rasa nikmat yang biasa ia rasakan
ketika zat-zat tersebut bereaksi dalam tubuhnya dalam bentuk perubahan perasaan dan pikiran. Ketika kenikmatan itu tidak ada, pikiran dan perasaannya hanya
terfokus pada kebutuhan tersebut. Pikiran dan perasaannya kembali tenang ketika zat tersebut kembali ada dalam tubuhnya. Zat-zat yang memberikan “kenikmatan”
bagi pemakainya mendorong terjadinya pemakaian berulang, pemakaian berkepanjangan, dan ketergantungan karena peningkatan dosis pemakaian yang
terus bertambah toleransi. Lingkaran setan seperti inilah yang menyebabkan ketergantungan. Pendek kata, mekanisme penyalahgunaan napza adalah interaksi
dari berbagai faktor tersebut di atas: Predisposisi kepribadian, kecemasan; Kontribusi kondisi keluarga, lingkungan masyarakat; dan faktor pencetus
pemakaian yaitu pengaruh teman sebaya dan daya tarik zat napza itu sendiri.
2.6.4 Dampak penyalahgunaan Napza