Faktor kedua adalah masyarakat dan lingkungan sekitar yang tidak Faktor ketiga adalah zat-zat di dalam Napza.

55 sejak kecil melalui proses enkulturasi dan sosialisai baik dari keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan membentuk konsep diri self concept, sistem nilai yang teguh sejak kecil, dan kestabilan emosi merupakan beberapa ciri kepribadian yang bisa membantu seseorang untuk tidak mudah terpengaruh atau terdorong menggunakan napza. Faktor-faktor individual penyebab penyalahgunan Napza antara lain: a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang mengenai akibatnya. b. Keinginan untuk mencoba-coba karena “penasaran”. c. Keinginan untuk bersenang-senang just for fun. d. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya fashionable. e. Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok konformitas. f. Lari dari kebosanan, masalah atau kegetiran hidup. g. Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan ketagihan. h. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan napza. i. Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA SAY NO TO DRUGS

2. Faktor kedua adalah masyarakat dan lingkungan sekitar yang tidak

mampu mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan napza, bahkan membuka kesempatan pemakaian napza. Yang dimaksud dengan faktor kesempatan di sini adalah tersedianya situasi-situasi “permisif” 56 memungkinkan untuk memakai napza di waktu luang, di tempat rekreasi seperti diskostik, pesta dll,. Lingkungan pergaulan dan lingkungan sebaya merupakan salah satu pendorong kuat untuk menggunakan napza. Keinginan untuk menganut nilai-nilai yang sama dalam kelompok konformitas, diakui solidaritas, dan tidak dapat menolak tekanan kelompok peer pressure merupakan hal-hal yang mendorong penggunaan napza. Dorongan dari luar adalah ajakan, rayuan, tekanan dan paksaan terhadap individu untuk memakai napza sementara individu tidak dapat menolaknya. Dorongan luar juga bisa disebabkan pengaruh media massa yang memperlihatkan gaya hidup dan berbagai rangsangan lain yang secara langsung maupun tidak langsung mendorong pemakaian napza. Di lain pihak, masyarakat pula yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan dan peredaran napza, misalnya karena lemahnya penegakan hukum, penjualan obat-obatan secara bebas, bisnis narkotika yang terorganisir. Napza semakin mudah diperoleh dimanamana dengan harga terjangkau. Berbagai kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan Napza memudahkan terjadinya penggunaan dan penyalahgunaan Napza.

3. Faktor ketiga adalah zat-zat di dalam Napza.

Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan Napza, maka secara fisik dan psikologis sugesti orang tersebut tidak dapat lagi hidup normal tanpa ada zat-zat Napza di dalam tubuhnya. Secara fisik ia akan merasa kesakitan dan sangat tidak nyaman bila tidak ada zat yang biasanya ada dalam tubuhnya. Kesakitan dan 57 penderitaannya hanya akan berhenti ketika zat-zat tersebut kembali berada dalam tubuhnya. Secara psikologis, ia membutuhkan rasa nikmat yang biasa ia rasakan ketika zat-zat tersebut bereaksi dalam tubuhnya dalam bentuk perubahan perasaan dan pikiran. Ketika kenikmatan itu tidak ada, pikiran dan perasaannya hanya terfokus pada kebutuhan tersebut. Pikiran dan perasaannya kembali tenang ketika zat tersebut kembali ada dalam tubuhnya. Zat-zat yang memberikan “kenikmatan” bagi pemakainya mendorong terjadinya pemakaian berulang, pemakaian berkepanjangan, dan ketergantungan karena peningkatan dosis pemakaian yang terus bertambah toleransi. Lingkaran setan seperti inilah yang menyebabkan ketergantungan. Pendek kata, mekanisme penyalahgunaan napza adalah interaksi dari berbagai faktor tersebut di atas: Predisposisi kepribadian, kecemasan; Kontribusi kondisi keluarga, lingkungan masyarakat; dan faktor pencetus pemakaian yaitu pengaruh teman sebaya dan daya tarik zat napza itu sendiri.

2.6.4 Dampak penyalahgunaan Napza

Dokumen yang terkait

Hubungan antara kekuatan karakter dengan resiliensi residen narkoba di unit pelaksana teknis (UPT) terapi dan rehabilitas badan narkotika nasioanl lido

7 46 139

Metode Theapeutic community bagi residen narkotika di unit terapi dan rehabilitasi badan narkotika Nasional Lido-Bogor

1 21 109

Dimensi religiusitas dan resiliensi pada residen narkoba di Bnn Lido

5 31 228

Faktor-faktor yang mempengaruhi posttraumatic growth pada recovering addict di unit pelaksana teknis (UPT) terapi dan rehabilitasi BNN lido

2 27 333

Hubungan antara adversity quotient dengan intensi untuk pulih dari ketergantungan napza pada residen badan narkotika nasional BNN

4 25 84

Pola komunikasi antara Penyuluh Agama dengan Residen dalam pembinaan sosial keagamaan di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotik Nasional (BNN) Lido

7 46 94

Interaksi Sosial Antar Pasien Napza Pada Program Therapeutic Community Di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta

1 7 219

Penyelenggaraan Makanan, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi Residen di Unit Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional

0 3 168

PENGARUH PERILAKU APARATUR BIROKRASI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN TERAPI DAN REHABILITASI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN).

0 0 2

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dan Kecerdasan Emosi dengan Efikasi Diri pada Residen yang Menjalani Program Therapeutic Community di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido - UNS Institutional Repository

0 0 18