Definisi Harga Diri Hubungan dukungan sosial dengan herga diri pembantu rumah tangga di komplek Bintaro Jaya Sektor 3 RW. 008

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Harga Diri

2.1.1 Definisi Harga Diri

Istilah harga diri sesungguhnya mempunyai banyak variasi nama, misalnya self-worth, self-regard, self-respect dan self-acceptance yang secara umum berarti harga diri. Dalam bukunya, Minchinton 1993 mendefinisikan harga diri sebagai penilaian yang seseorang berikan terhadap dirinya sendiri. Sementara itu, Coopersmith dalam Thalib, 1999 mengatakan bahwa harga diri mengarah kepada self evaluation yang dilakukan oleh individu sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungan serta dari sejumlah penghargaan, perhatian, penerimaan, dan perlakuan orang lain yang diterima oleh individu. Harga diri merupakan kemampuan seseorang untuk menilai dirinya sendiri, apakah dia cukup mampu, cukup berharga atau tidak dalam menyelesaikan problem-problem kehidupan. Branden 1992 menyatakan bahwa harga diri merupakan pengalaman bahwa kita pantas dengan hidup ini dan pada ketentuan hidup. Secara lebih spesifik, penghargaan atas diri adalah: 1. Keyakinan di dalam kemampuan kita untuk berpikir dan menghadapi tuntutan hidup. 9 10 2. Keyakinan di dalam hak kita untuk bahagia, perasaan berharga, layak, diizinkan untuk menilai kebutuhan dan keinginan kita serta menikmati kerja keras kita. Menurut Santrock 2002 harga diri merupakan dimensi evaluatif global dari diri. Harga diri juga diacu sebagai nilai diri atau citra diri. Sedangkan Abraham Maslow dalam Goble, 1998 menjelaskan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain. Pertama, harga diri meliputi: kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan. Kedua, penghargaan dari orang lain meliputi: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik, serta penghargaan. Dalam uraian tersebut tampak bahwa Abraham Maslow dalam Goble, 1998 membagi harga diri menjadi dua kategori: yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain serta memandangnya sebagai sebuah kebutuhan, sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan yang berada di bawahnya, yakni: kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki-dimiliki, kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan fisiologis. Kemudian, selain kebutuhan tersebut terdapat pula kebutuhan yang disebut dengan kebutuhan aktualisasi diri yang berada di atas kebutuhan harga diri. Masing-masing tersusun secara hirarki, jika kebutuhan di bawahnya belum terpenuhi maka pemenuhan kebutuhan di atasnya menjadi tertunda. Terpuaskannya kebutuhan akan harga diri pada individu akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, mampu dan perasaan berguna. Akan tetapi sebaliknya, frustrasi karena terhambatnya pemuasan kebutuhan ini akan 11 menimbulkan sikap rendah diri, rasa tidak pantas, rasa lemah, tak mampu, dan rasa tak berguna sehingga menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keputusasaan, perasaan bersalah serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan perkataan lain, harga diri merupakan hasil usaha individu yang bersangkutan dan merupakan bahaya psikologis yang nyata apabila seseorang lebih mengandalkan rasa harga dirinya pada opini orang lain ketimbang pada kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri Koswara, 1991. Dari pengertian-pengertian tentang harga diri di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian evaluatif, keyakinan dan penghormatan seseorang terhadap diri –kemampuan, potensi dan keberartian diri- yang terekspresikan melalui sikap-sikap. Harga diri bisa mengalami peningkatan atau penurunan dimana hal tersebut tergantung dari pengalaman seseorang baik positif atau negatif.

2.1.2 Tingkatan Harga Diri

Dokumen yang terkait

GAMBARAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA

0 7 2

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN DIRI REMAJA DHUAFA DI PANTI ASUHAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Remaja Dhuafa Di Panti Asuhan.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN DIRI REMAJA DHUAFA DI PANTI ASUHAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Remaja Dhuafa Di Panti Asuhan.

0 2 19

RELASI SOSIAL PEMBANTU RUMAH TANGGA DENGAN MAJIKAN DI KELURAHAN PEKAN GEBANG.

0 5 28

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MAHASISWA MENGHADAPI Hubungan Kepercayaan Diri Dan Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Mahasiswa Menghadapi Ujian Osca.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Konsep Diri Dengan Kepercayaan Diri Pada Penyandang Tunanetra.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KONSEP DIRI DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA PENYANDANG TUNANETRA Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Konsep Diri Dengan Kepercayaan Diri Pada Penyandang Tunanetra.

1 2 17

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS.

0 2 8

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KETERBUKAAN DIRI PADA PEREMPUAN KORBAN Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Kepercayaan Diri dengan Keterbukaan pada Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga.

0 2 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Kepercayaan Diri dengan Keterbukaan pada Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga.

0 1 7