B. Pembahasan terhadap Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ternyata baik konsep pencernaan maupun pernapasan masih terdapat miskonsepsi pada siswa. Miskonsepsi pada siswa
untuk konsep pencernaan menunjukkan kategori rendah yaitu 16,5. Sedangkan untuk konsep pernapasan siswa masih mengalami miskonsepsi
sebanyak 21,9. Pada konsep pencernaan menunjukkan bahwa subkonsep yang
mengalami miskonsepsi tertinggi yaitu subkonsep organ pencernaan manusia 19,68. Banyaknya miskonsepsi pada subkonsep ini membuktikan bahwa
siswa tidak memahami konsep yang diajarkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara didapat bahwa miskonsepsi pada konsep ini berasal dari
metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan buku referensi luar sekolah. Kecepatan siswa dalam menghafal dan memahami konsep juga
bergantung kepada metode dan cara penyampaian guru saat mengajar dikelas. Metode yang tepat serta cara penyampaian yang menarik membuat siswa
lebih cepat paham terhadap konsep yang diajarkan, begitupula sebaliknya. Menurut Paul Suparno, salah satu penyebab miskonsepsi pada siswa yaitu
metode pembelajaran yang menekankan teacher center seperti ceramah dan menulis yang dilakukan oleh guru secara terus menerus sehingga
menyebabkan miskonsepsi pada beberapa siswa. Metode yang monoton ini menyebabkan siswa cepat jenuh sehingga tidak fokus sehingga konsep yang
disampaikan kepada siswa pun tidak dapat tersampaikan secara menyeluruh tetapi hanya sebagian. Untuk beberapa siswa mungkin tidak menjadi
persoalan tetapi tidak untuk beberapa yang hanya dapat mencatat, tetap tidak menangkap secara utuh. Banyak siswa yang memang mencatat tetapi tidak
paham maksud dari yang dicatat. Sehingga ketika mengulanginya dirumah akan timbul miskonsepsi
1
. Selain itu miskonsepsi juga berasal dari buku teks. Buku teks merupakan sumber belajar utama siswa. Buku teks yang terlalu
banyak materi dan kurang penjelasan akan membuat miskonsepsi pada siswa.
1
Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2005, h. 77.
Tentu hal ini akan memperkuat miskonsepsi pada siswa. Menurut Hilton dalam Yusuf Hilmi menyebutkan bahwa hampir semua siswa hanya
menggunakan buku teks sebagai sumber informasi. Hal ini tidak mengherankan karena sejalan dengan fungsi dari buku teks yaitu
menyediakan pengetahuan bagi siswa yang telah dipilih dan disusun secara baik dengan disederhanakan dan ditujukan bagi siswa yang baru belajar
2
. Salah satu dampak miskonsepsi yang telah disebutkan terlihat sangat jelas
pada butir soal nomor 9. Pada butir soal nomor 9 ini, mayoritas siswa memahami bahwa amilum yang dibutuhkan oleh tubuh ini diubah menjadi
glukosa oleh cairan empedu. Siswa terlihat masih banyak yang miskonsepsi pada soal nomor 9 ini. Buku teks yang salah menjadi penyebab utama
miskonsepsi pada butir soal nomor 9. Sedangkan pada konsep pernapasan yang menunjukkan miskonsepsi
tertinggi yaitu pada subkonsep jenis mekanisme pernapasan manusia yaitu 31,73. Banyaknya miskonsepsi pada subkonsep ini membuktikan bahwa
siswa tidak memahami konsep yang diajarkan. Konsep ini menuntut siswa memahami sebuah proses atau mekanisme. Berdasarkan hasil observasi, tidak
ada guru yang melakukan demonstrasi pernapasan dada dan perut. padahal tidak semua siswa mampu memahami hanya dengan membaca. Oleh karena
itu untuk memahami konsep ini siswa sebaiknya seorang guru memberikan demonstrasi untuk pernapasan dada dan perut menggunakan alat sederhana.
Dengan demonstrasi akan lebih mempermudah siswa dalam memahami konsep ini. Tingkat kecerdasan siswa beraneka ragam mulai dari tertinggi
hingga terendah oleh karena itu konsep yang menuntut adanya proses mekanisme ini akan lebih mudah dipahami jika dilakukannya sebuah
demonstrasi oleh guru di kelas. Sedangkan miskonsepsi tertinggi terdapat pada butir soal nomor 9 subkonsep organ pernapasan manusia. Berdasarkan
hasil wawancara siswa miskonsepsi berasal dari pemahaman mereka sendiri. Siswa masih tertukar dalam membedakan paru-paru kanan dan kiri. Ada
2
Yusuf Hilmi Adisendjaja, Identifikasi Kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU, Jurnal penelitian, 2007, h. 9.
beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab miskonsepsi pada siswa yaitu rendahnya minat belajar siswa, tahap perkembangan kognitif serta dari
kemampuan siswa itu sendiri. Siswa yang tidak berminat cenderung tidak mendengarkan dan memperhatikan secara penuh, mereka cenderung
mengabaikan apa yang disampaikan oleh guru. Dalam mempelajari buku teks pun cenderung tidak teliti serta kadang-kadang hanya membaca dengan
sambil lalu saja akibatnya salah dimengerti. Tidak semua siswa memiliki perkembangan kognitif yang baik. Beberapa siswa yang belum sempurna
perkembangan kognitifnya dalam taraf formal akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang abstrak. Maka sebaiknya guru menjelaskan
konsep sesuai dengan perkembangan kognitif siswa. Kemampuan siswa yang rendah juga merupakan faktor dari terjadinya miskonsepsi pada siswa. Oleh
karena kemampuan yang terbatas maka siswa menjadi kurang cepat dalam memahami konsep sehingga dapat menimbulkan miskonsepsi
3
.
3
Paul Suparno, op.cit., h. 62-64.
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan antara lain:
1. Miskonsepsi masih terjadi pada setiap konsep pencernaan dan pernapasan.
Subkonsep dengan miskonsepsi tertinggi yaitu subkonsep organ pencernaan pada manusia 19,68. Sedangkan untuk konsep pernapasan
pada subkonsep jenis mekanisme pernapasan manusia 31,73. 2.
Miskonsepsi masih terjadi pada konsep pencernaan dan pernapasan yang disebabkan oleh pemahaman siswa, metode pembelajaran yang diterapkan
guru dan buku referensi selain buku sekolah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memiliki saran sebagai berikut: 1.
Untuk meminimalisasi miskonsepsi sebaiknya guru melakukan apersepsi serta menentukan metode pembelajaran yang tepat. Dengan metode
pembelajaran yang berpusat kepada siswa maka dengan mudah guru mengetahui miskonsepsi pada siswa.
2. Saat pembelajaran konsep pencernaan dan pernapasan, sebaiknya siswa
diajak langsung untuk praktikum minimal demonstrasi jika konsep tersebut berupa proses.
3. Bagi pengajar dapat mempertimbangkan metode CRI ini untuk
mengidentifikasi untuk konsep-konsep lainnya yang terdapat pada siswa disetiap akhir proses pembelajaran.
4. Diharapkan bagi guru ketika menemukan miskonsepsi pada siswanya agar
segera meremidiasinya. Karena jika dibiarkan akan dapat mengganggu pemahaman siswa dalam memahami konsep lainnya yang masih
berkaitan.