individu sehingga tercermin kesalahan konsep tersebut ketika menjabarkan dengan bahasa sendiri.
Miskonsepsi telah ada sejak lama dan telah lama menjadi inti riset empiris pembelajaran sains sehingga telah lama muncul tulisan ilmiah
mengenainya. Munculnya miskonsepsi yang paling banyak adalah sebelum ia memasuki proses yang disebut prekonsepsi
14
. Prekonsepsi ini bersumber dari pikiran siswa yang masih terbatas
munculnya pada alam sekitarnya atau sumber-sumber lain yang dianggapnya lebih tahu akan tetapi tidak dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya
15
.
b. Kriteria Miskonsepsi
Untuk menilai suatu konsep telah mengalami kesalahan pengertian miskonsepsi dapat digunakan dengan menggunakan tiga kriteria antara
lain: 1
Kesesuaian dengan observasipengamatan Kriteria pertama, kebenaran suatu konsep dapat dinilai dengan
melihat kesesuaian definisi konsep dengan fakta hasil pengamatan di lapangan. Definisi konsep dikatakan benar, bila bersesuaian dengan
pengalaman empiris. Kebenaran suatu konsep dengan kriteria ini dapat diuji secara induktif, yaitu dengan melakukan pengamatan-
pengamatan pada contoh-contoh konsep. 2
Konsistensinya dengan konsep yang lain Kriteria kedua, menuntut agar konsep yang satu tetap konsisten
dengan konsep yang lain. Artinya definisi konsep tidak bertentangan dengan konsep yang lain yang telah dianggap benar secara ilmiah.
3 Memiliki penjelasan yang komprehensif
Kriteria ketiga, menyangkut penjelasan yang komprehensif, menyeluruh, dan lengkap. Dalam hal ini menyangkut generalisasi dan
14
Sparisoma Viridi, “Miskonsepsi dalam Fisika”, Berita Pembelajaran, Bandung, September 2008.
15
Ibid., h.4.
kemampuan untuk menunjukkan kepaduan yang melatarbelakangi fenomena yang beragam.
16
c. Sifat- Sifat Miskonsepsi
Dalam proses pembelajaran biasanya siswa telah memiliki skema atau konsep awal yang dikembangkan melalui lingkungan dan pengalaman
mereka sebelumnya, tetapi konsep yang dimiliki oleh siswa ini dapat berbeda dengan para ahli. Konsepsi para ahli ini pada umumnya memang
lebih canggih, rumit dan kompleks serta memiliki hubungan antar konsep satu dengan yang lainnya. Berbeda dengan konsep yang dimiliki siswa.
Kalau konsep siswa sama dengan konsepsi konsep para ahli yang disederhanakan ini tidaklah dikatakan salah. Tetapi jika konsep yang
dimiliki siswa ini bertentangan dengan para ahli barulah mereka dikatakan miskonsepsi. Dari ringkasan literatur miskonsepsi memiliki sifat sebagai
berikut
17
: 1
Miskonsepsi sulit di perbaiki, berulang dan mengganggu konsep selanjutnya.
Pada dasarnya miskonsepsi merupakan pemahaman yang salah dan telah lama berada dalam pemahaman seseorang. Untuk meremediasi
miskonsepsi ini butuh keseriusan dari seorang guru terutama. Kesulitan seorang guru untuk meremediasi yaitu karena jumlah siswa
di sekolah pada umumnya sangat banyak sementara waktu belajar hanya sedikit. Ketidakpedulian seorang guru akan miskonsepsi siswa
tentu membuat miskonsepsi tersebut tetap dalam pemahaman siswanya. Jika konsep yang didapat dari awal sudah salah maka jika
tidak segera diremediasi akan membuat siswa tersebut terganggu dengan konsep baru yang masih berkaitan.
16
Swamswisna dan Kurnia ningsih, Diagnosa Kesalahan Konsep miskonsepsi Mahasiswa Tingkat Pertama pada Konsep-Konsep Dasar Biologi Program Studi Pendidikan Biologi, laporan
penelitian, 2008, h. 7.
17
Arif Maf tukhin, “Miskonsepsi Mahasiswa terhadap Hukum Newton, Kerja dan Energi”,
Prosiding Seminar Nasional Sains, tt.p. 2010, h. 228.
2 Seringkali sisa miskonsepsi terus-menerus mengganggu.
Miskonsepsi yang terdapat pada pemahaman siswa tentu akan sangat mengganggu siswa terutama ketika menyelesaikan suatu konsep
tersebut. Untuk soal-soal yang sederhana mungkin siswa masih dapat mengerjakan dengan baik, tetapi dengan soal yang sedikit lebih sulit
maka miskonsepsi dapat muncul kembali karena harus mengaitkan antara konsep satu dengan yang lainnya.
3 Miskonsepsi tidak dapat dihilangkan hanya dengan metode ceramah.
Menurut Paul Suparno, metode ceramah dan menulis yang terus menerus dilakukan oleh guru dapat menyebabkan miskonsepsi pada
beberapa siswa karena guru bersifat teacher centered. Hal ini menyebabkan siswa bersifat pasif dan tidak dapat mengkonstruk
pemahamannya sendiri. Untuk beberapa siswa mungkin tidak menjadi persoalan tetapi tidak untuk beberapa yang hanya dapat mencatat,
tetap tidak dapat menangkap secara utuh. Banyak siswa yang memang mencatat tetapi tidak mengerti maksud dari yang dicatat. Maka setelah
mengulanginya dirumah akan timbul miskonsepsi
18
. 4
Siswa, guru, dosen maupun peneliti dapat terkena miskonsepsi baik yang pandai ataupun yang tidak.
Semua kalangan dalam dunia pendidikan bisa mengalami miskonsepsi hal ini karena sumber miskonsepsi terdapat pada berbagai macam
sumber. Sumber miskonsepsi berasal dari siswa, guru pengajar, buku teks, konteks dan cara mengajar. Kehidupan seseorang dengan yang
lainnya tentu akan sangat berbeda. Oleh karena itu dari semua sumber miskonsepsi tersebut bisa terkena pada diri seseorang tersebut.
5 Dalam pelaksanaan pembelajaran kadang miskonsepsi disamakan
dengan ketidaktahuan maka seringkali guru pada umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang lazim terjadi pada siswanya. Tentu hal
18
Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2005, h. 77.