37 dengan Allah Sebaliknya, seorang yang lupa mengingat Allah pertanda bahwa
kalbunya mati, karena tidak ada komunikasi dengan Yang Maha Hidup. Dalam al-Qur’ân disebutkan, Yang Maha Hidup itu digambarkan sebagai
cahaya langit dan bumi. Ketika tidaka ada hubungan denga sumber cahaya itu, kalbu pun tidak mendapatkan pancaran cahaya, sehingga gelap dan mati. Untuk
mencapai dzikir ini diperlukan latihan yang teratur dan disiplin; namun, menurut para ahli tasawuf cara termudah untuk mengefektifkan dzikir khafîy ini adalah
dengan cara berguru kepada seorang mursyid
67
atau pembimbing yang sudah mencapai ma’rifah
68
kepada Allah. Dzikir ini dipraktekkan untuk menghilangkan sifat munafik dan menjaga agar terhindar dari bisikan jahat.
2. Dzikir Jahr Keras
67
Kata mursyid berarti orang yang menunjukkan jalan yang benar. Kata mursid berasal dari bahasa Arab, arsyada yang berarti memeberi petunjuk. Kata mursid ditemukan di dalam al-
Qur’an, misalnya dalam QS. Al-Kahfi [18]:17:
˸Ϧ˴ϣ ˶Ϊ˸Ϭ˴ϳ
˵Ϫ͉Ϡϟ ˴Ϯ˵Ϭ˴ϓ
˶Ϊ˴Θ˸Ϭ˵Ϥ˸ϟ ˸Ϧ˴ϣ˴ϭ
˸Ϟ˶Ϡ˸π˵ϳ ˸Ϧ˴Ϡ˴ϓ
˴Ϊ˶Π˴Η ˵Ϫ˴ϟ
Ύ̒ϴ˶ϟ˴ϭ ˱Ϊ˶η˸ή˵ϣ
“Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allâh Swt..., maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang
pemimpin yang dapat member petunjuk kepadanya.” Peranan mursyid atau syaikh terhadap murid sangat penting. Menurut Abû Hafs Syihâb
al-Din al-Suhrâwardi 539-632 H1140-1234 M, tokoh Tarekat Suhrawardiyah dalam bukunya Awârif al-Ma’ârif, bahwa syaikh adalah khâlifah Nabi Muhammad saw., karena ia mewakili Nabi
Muhammad saw. menyeru manusia kepada Allâh Swt. Karena itu, kedudukan manusia di kalangan kaum sufi sangat tinggi dan luhur. Posisi yang mulia ini diperoleh para sufi, karena
mereka menanmkan rasa cinta dan pengabdian kepada-Nya. Mursyid atau Syaikh membimbing muridnya mensucikan hati. Hati yang suci akan terpancar cahaya ketuhanan nur Ilâhi dan
mendapatkan ma’rifah yang menyebabkan ia mendapatkan keuntungan. Lihat, Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, “Mursyid,” dalam Ensiklopedi Tasawuf, jilid. III, T-Z Bandung: Angkasa,
2008, h. 896.
68
Secara harfiah, ma’rifah berarti pengetahuan. Dalam kajian tasawuf, ma’rifah maksudnya ma’rifat Allâh Swt. pengetahuan tentang Tuhan. Ma’rifah mulai banyak
diperbincangkan dalam lingkungan para sufi pada aba ke III H, setelah adanya gagasan bahwa ma’rifah itu tiga macam atau memiliki tiga macam tingkatan. Tingkatan tertinggi adalah ma’rifah
yang dicari dan diharapkan oleh calon sufi. Itulah ma’rifah hakiki atau ma’rifah sufiah. Orang yang memiliki ma’rifah hakiki itu disebut arif billâh ., orang yang mengenal atau mengetahui
Allâh. Lihat, Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, “Mursyid,” dalam Ensiklopedi Tasawuf, jilid. III, T-Z Bandung: Angkasa, 2008, h. 896.
38 Dzikir jahr keras adalah mengingat Allah dengan bersuara. Sang dzakir
orang yang berdzikir hanyalah seorang dzakir parsial manakala dzikirnya dilakukan dengan bersuara. Dzikir jahr dinamakan juga dzikir lisan. Untuk
menjadi seorang dzakir menyeluruh, setiap anggota tubuh, setiap sel, harus tenggelam dan mengingatnya.
Sementara, sebagian kalangan mengatakan bahwa dzikir dengan suara keras lebih utama. Nabi Muhammad saw. memuji orang yang aww
â
h secara harfiah, orang yang mengucapkan ah, ah, yakni bersuara keras dalam dzikirnya,
bahkan ketika orang lain melarangnya. Imam Ahmâd meriwayatkan dari ‘Uqbah bin Amir:
ϦΑ ϲϠϋ Ϧϋ Ϊϳΰϳ ϦΑ ΙήΤϟ Ϧϋ ΔόϴϬϟ ϦΑ ΎϨΛ ϰγϮϣ ΎϨΛ ϲΑ ϲϨΛΪΣ Ϳ ΪΒϋ ΎϨΛΪΣ ήϣΎϋ ϦΑ ΔΒϘϋ Ϧϋ ΡΎΑέ
: Ϫϧ ϦϳΩΎΠΒϟ ϭΫ Ϫϟ ϝΎϘϳ ϞΟήϟ ϝΎϗ ϢϠγ ϭ ϪϴϠϋ Ϳ ϰϠλ ϲΒϨϟ ϥ
ήϴΜϛ ϥΎϛ Ϫϧ ϚϟΫϭ ϩϭ ˯ΎϋΪϟ ϲϓ ϪΗϮλ ϊϓήϳϭ ϥήϘϟ ϲϓ ϞΟ ϭ ΰϋ Ϳ ήϛάϟ
“Nabi Muhammad saw. bercerita tentang seorang pria bernama Dzu al- Bijadain, “innahu aww
â
h” orang yang sering mengatakan ah. Ini karena dia adalah orang yang banyak berdzikir dengan membaca al-Qur’ân, dan
dia meninggikan suaranya ketika berdoa.”
69
Hadis-hadis yang
berbicara tentang
permasalahan ini
dapat dikompromikan dengan mengatakan bahwa hal tersebut berbeda sesuai perbedaan
individu dan keadaan. Barang siapa takut akan hasrat pamer, atau takut bacaannya dapat mengganggu orang lain, maka yang lebih utama baginya adalah berdzikir
dengan suara lirih. Akan tetapi, jika dia takut akan hasrat pamer dan bacaannya tidak akan mengganggu orang lain, maka yang lebih utama baginya adalah
69
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari ‘Uqbah bin Amir. Lihat, Abû ‘Abdullâh Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin Asâd al-Syaibâni. Musnad Ahmad bin Hanbal, bab
Hadits ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhniy, Beirut: Dâr al-Hadits, 1995, juz. 4, h. 159.
39 berdzikir dengan suara jelas. Dalam Hakekat Tasawuf karya Syaikh Abdul Q
â
dir Isa dikatakan, “Berdzikir dengan suara keras di dalam masjid tidak dilarang,
70
agar kita tidak termasuk ke dalam firman Allah,
˵Ϫ˵Ϥ˸γ Ύ˴Ϭϴ˶ϓ ˴ή˴ϛ˸ά˵ϳ ˸ϥ˴ ˶Ϫ͉Ϡϟ ˴Ϊ˶ΟΎ˴δ˴ϣ ˴ϊ˴Ϩ˴ϣ ˸Ϧ͉Ϥ˶ϣ ˵Ϣ˴Ϡ˸χ˴ ˸Ϧ˴ϣ˴ϭ
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang- halangi menyebut nama Allah di dalam masjid-masjid?.” QS. Al-
Baqarah: [2] 114.
Pada dzikir Jahr disuarakan dengan tekanan keras, dimaksudakan agar
suara dzikir yang kuat dapat mencapai rongga batin mereka yang dzikir, sehingga memancarlah “n
û
r dzikir” dalam jiwanya. Gerakan dzikir di ulang-ulang dengan irama yang makin lama semakin cepat, di bawah pimpinan seorang Syaikh atau
imam. Penganut tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah, diajarkan dzikir naf
î
isbat, kalimat dzikir yang tidak mengakui semua Tuhan-Tuhan dan menetapkan
pengakuan kepada Tuhan Allah yang satu tunggal. Dzikir ini diucapkan dalm bentuk jahr.
71
Dzikir jahr memiliki nilai atau berpengaruh pada kesucian jiwa, bila dilakukan dengan memenuhi beberapa syarat, yaitu a dzikir diajarkan melalui
proses talqin
72
dari seorang mursyid, b dilakukan dalam keadaan suci, c
70
Syaikh Abdul Qâdir Isa. Hakekat Tasawuf Jakarta: Qisthi Press, 2005, hal. 104.
71
Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Dzikir Jahr” dalam Kamus Ilmu Tasawuf T. tp: Amzah., 2005, h. 40-41.
72
Kata talqin menurut bahasa berasal dari fi’il mâdhi kata kerja masa lalu laqina yang berarti telah mencerdaskan, telah memberikan pemahaman, atau telah menjadikannya masuk akal.
Selain itu, laqqana-yulaqqinu-talqin juga berarti membimbing atau menasihati seperti membimbing seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat agar ia menyimak dengan baik
kemudian dapat menirukannya dengan benar. Di dalam tasawuf dan tarekat, talqin adalah mengambil pelajaran dari seorang guru guna mengokohkan kalimat al-Taqwa, yakni kalimat Lâ
Ilaha Illallâh., tiada Tuhan selain Allah di dalam kalbu.
˸Ϣ˵Ϭ˴ϣ˴ΰ˸ϟ˴˴ϭ ˴Δ˴Ϥ˶Ϡ˴ϛ
ϯ˴Ϯ˸Ϙ͉Θϟ
“….. dan Allah mengokohkan kalimat takwa ke dalam kalbu orang-orang beriman….” QS. Al-Fath [48]: 26.
40 dilakukan dengan suara yang kuat, d teknis pelaksanaannya sesuai dengan
petunjuk Nabi Muhammad saw. yang disampaikan oleh seorang mursyid kepada muridnya.
73
Dalam versi Ensiklopedi Tasawuf pun dijabarkan, yang disusun oleh Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, dzikir dapat berpengaruh terhadap kesucian jiwa
jika dilakukan dengan a diniatkan untuk diri dan beribadah kepada dengan tujuan mencari kerelaan, cinta, ma’rifah kepada-Nya, b sebaiknya dilakukan
dalam keadaan memiliki wudhu, c dilakukan di tempat dan suasana yang menunjang kekhusyukan, d berusaha memahami makna yang terkandung dalam
lafal dzikir itu dengan sebaik-baiknya, e berusaha menghayati makna ucapan dzikir itu dan meresapkannya ke dalam hati, f mengosongkan hati dan ingatan
dari segala sesuatu selain Allah, g berusaha mewujudkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam ucapan dzikir itu dalam sikap hidup kita, dan h
menjadikan dzikir sebagai aktifitas harian.
74
C. Keutamaan dan Manfaat Dzikir