44 jaraknya dengan Allah. Sebaliknya, semakin lalai seseorang dari mengingat Allah,
maka semakin jauh ia dari Allah. Bagi siapa saja yang berdzikir, Allah pun akan menjadikannya selalu
diingat di sisi-Nya. Sebagaimana yang telah difirmankan-Nya dalam surat al- Baqarah ayat 152,
˸Ϣ˵ϛ˸ή˵ϛ˸Ϋ˴ ϲ˶ϧϭ˵ή˵ϛ˸ΫΎ˴ϓ
“Dan ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat-Mu”. QS. Al- Baqarah [2]:152
Berdzikirlah mengingat Allah di setiap gerak dan gerik, setiap berdiri dan
duduk, setiap berjalan dan berbaring, karena perbuatan itu menambah taqarrub atau kedekatan kepada Allah. Bukankah setiap disebut nama ‘Allah’, Allah berada
bersamanya? Firman Allah lagi:
˶ν˸έ˴΄˸ϟ˴ϭ ˶Ε˴ϭΎ˴Ϥ͉δϟ ˶ϖ˸Ϡ˴Χ ϲ˶ϓ ˴ϥϭ˵ή͉Ϝ˴ϔ˴Θ˴ϳ˴ϭ ˸Ϣ˶Ϭ˶ΑϮ˵Ϩ˵Ο ϰ˴Ϡ˴ϋ˴ϭ ˱ΩϮ˵ό˵ϗ˴ϭ Ύ˱ϣΎ˴ϴ˶ϗ ˴Ϫ͉Ϡϟ ˴ϥϭ˵ή˵ϛ˸ά˴ϳ ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ ˴Ϛ˴ϧΎ˴Τ˸Β˵γ Ύ˱Ϡ˶σΎ˴Α ˴ά˴ϫ ˴Ζ˸Ϙ˴Ϡ˴Χ Ύ˴ϣ Ύ˴Ϩ͉Α˴έ
˶έΎ͉Ϩϟ ˴Ώ˴ά˴ϋ Ύ˴Ϩ˶Ϙ˴ϓ
“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk, maupun dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi seraya berkata: ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka” Ali Imrân [3]: 191.
D. Hubungan Dzikir dengan Shalat
Shalat secara etimologi berarti “doa dan pujian”
80
Dalam perintah ibadah shalat, Allah menggunakan istilah iqâmah al-Salâh mendirikan shalat. Shalat
diperintahkan agar manusia senantiasa memelihara hubungan dengan Allah dalam sujud keinsyafan sedalam-dalamnya akan kehadirannya. Ketika kita mendirikan
80
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Jakarta: Lentera Hati, 2000, jilid I., h. 117.
45 shalat, berarti kita sedang menuju ke pintu Allah. Shalat diibaratkan sebagai suatu
perjalanan rohani, karena semua gerak-gerik di dalam shalat dikontrol oleh niat yang dilafalkan ketika memulai shalat.
Allah berfirman:
ϱ˶ή˸ϛ˶ά˶ϟ ˴ΓΎ˴Ϡ͉μϟ ˶Ϣ˶ϗ˴˴ϭ ϲ˶ϧ˸Ϊ˵Β˸ϋΎ˴ϓ Ύ˴ϧ˴ Ύ͉ϟ˶· ˴Ϫ˴ϟ˶· Ύ˴ϟ ˵Ϫ͉Ϡϟ Ύ˴ϧ˴ ϲ˶Ϩ͉ϧ˶·
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.”
QS. Thaha [20]:14
Allah menempatkan dzikir-Nya di atas shalat, yakni bahwa shalat menjadi alat dan ingatan akan tujuan,
81
˶Ϧ˴ϋ ϰ˴Ϭ˸Ϩ˴Η ˴ΓΎ˴Ϡ͉μϟ ͉ϥ˶· ˴ϥϮ˵ό˴Ϩ˸μ˴Η Ύ˴ϣ ˵Ϣ˴Ϡ˸ό˴ϳ ˵Ϫ͉Ϡϟ˴ϭ ˵ή˴Β˸ϛ˴ ˶Ϫ͉Ϡϟ ˵ή˸ϛ˶ά˴ϟ˴ϭ ˶ή˴Ϝ˸Ϩ˵Ϥ˸ϟ˴ϭ ˶˯Ύ˴θ˸Τ˴ϔ˸ϟ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih
besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-‘Ankabût [29]: 45
Jelas sekali firman Allah menerangkan kepada kita bahwa tujuan dari pada Shalat adalah agar kita ingat akan Allah. Sehingga apabila seseorang mengerjakan
Shalat tetapi ingatannya tidak tertuju kepada Allah maka mereka tidak dikatakan orang yang mendirikan shalat, hanya sekedar memenuhi kewajiban untuk
mengerjakan saja. Orang yang mendirikan shalat adalah orang yang bisa ingat akan Allah tatkala ia mengerjakannya maupun setelah selesai mengerjakannya.
Dan kemudian ingatnya ia akan Allah membias pada dirinya dari buka mata sampai tutup mata.
81
Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî. Remembrance of Allah and Praising the Prophet, vol. 2 United States of America: al-Sunna Foundation of America, 1998, h. 3.
46 Seseorang yang shalat, berkonsentrasi menyebut-nyebut nama Allah,
berdoa dan dan berdzikir, maka dalam diri seseorang akan terpancar gelombang- gelombang ruhani menuju alam ketuhanan Allah. Adanya gelombang penyatuan
ini, maka seseorang akan mampu melihat hakikat kenyataan dan selalu mendapat petunjuk Tuhan hidayah.
Setelah mendirikan shalat pun, kita dianjurkan untuk tetap senantiasa mengingat Allah dalam setiap gerakan kita, sebagaimana diperintahkan dalam
firman-Nya:
˴Ϋ˶Έ˴ϓ ˸Ϣ˵Ϝ˶ΑϮ˵Ϩ˵Ο ϰ˴Ϡ˴ϋ˴ϭ ˱ΩϮ˵ό˵ϗ˴ϭ Ύ˱ϣΎ˴ϴ˶ϗ ˴Ϫ͉Ϡϟ ϭ˵ή˵ϛ˸ΫΎ˴ϓ ˴ΓΎ˴Ϡ͉μϟ ˵Ϣ˵Θ˸ϴ˴π˴ϗ ˴Ϋ˶Έ˴ϓ ˴ΓΎ˴Ϡ͉μϟ Ϯ˵Ϥϴ˶ϗ˴΄˴ϓ ˸Ϣ˵Θ˸Ϩ˴ϧ˸΄˴Ϥ˸σ
Ύ˱ΗϮ˵ϗ˸Ϯ˴ϣ Ύ˱ΑΎ˴Θ˶ϛ ˴Ϧϴ˶Ϩ˶ϣ˸Ά˵Ϥ˸ϟ ϰ˴Ϡ˴ϋ ˸Ζ˴ϧΎ˴ϛ ˴ΓΎ˴Ϡ͉μϟ ͉ϥ˶·
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat mu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa
aman, maka dirikanlah shalat itu sebagaimana biasa. Sesungguhnya Shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman. QS. Al-Nisâ’ [4]: 103.
47
BAB IV DZIKIR DALAM PANDANGAN SYAIKH MUHAMMAD HISYÂM
KABBÂNÎ
Berbicara mengenai dzikir, Syaikh Hisyâm Kabbânî banyak sekali memberikan pandangan-pandangannya. Begitu banyak pandangan-pandangannya
yang dapat dikaji. Ia mengatakan, bahwa dzikir bisa dilakukan dengan lidah, sesuai dengan kalimat yang diajarkan Nabi Muhammad saw., atau dengan
rumusan lain; mengingat Allah di dalam hati, atau dengan lidah dan hati sekaligus. Dzikir terkadang berarti ingatan batin dan penyebutan lahir,
82
seperti di dalam firman-Nya,
˶ϥϭ˵ή˵ϔ˸Ϝ˴Η Ύ˴ϟ˴ϭ ϲ˶ϟ ϭ˵ή˵Ϝ˸η˴ϭ ˸Ϣ˵ϛ˸ή˵ϛ˸Ϋ˴ ϲ˶ϧϭ˵ή˵ϛ˸ΫΎ˴ϓ
“Ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingatmu, dan bersyukurlah kepada- Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” QS. Al-Baqarah [2]:
152. Selanjutnya, dari kesekian banyak pembahasan mengenai dzikir yang
ditawarkan oleh Syaikh Hisyâm Kabbânî, yang termuat di dalam karyanya, dalam tulisan ini akan dicoba untuk mengkaji sebagian saja, yaitu:
A. Dzikir Kewajiban Terbesar dan Perintah Allah yang Kekal QS. Al-
Ahzâb [33]: 41
Ajaran Islam paling dasar dan paling penting tersirat dalam ajaran syah
â
dah atau “pengakuan keimanan”, L
â
il
â
ha illall
â
h, yang berarti “tidak ada Tuhan selain Allah ” atau “ tidak ada objek yang layak dan pantas disembah
kecuali Allah”. Dan ini tak lain dan tak bukan adalah terus menerus mengingat
82
Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî. Remembrance of Allah and Praising the Prophet, vol. 2 United Stated of America: al-Sunna Foundation of America, 1998, h. 8.