64 seorang mursyid.
108
Sedangkan, penulis melihat dalam Tarekat ini – terlihat seorang guru sangatlah mudah dalam memberikan bai’at kepada murid atau
pengikutnya.
D. Gerakan
dalam Dzikir Al-Zumar [39]: 23
Gerakan dalam dzikir adalah sesuatu yang baik. Sebab, hal itu akan menggiatkan tubuh dalam beribadah. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Al
î
pernah berkata tentang para sahabat. Abû Arâkah berkata, “…Aku pernah shalat Subuh bersama Al
î
bin Ab
î
Thâlib. Tatkala dia memalingkan wajahnya ke arah kanan, dia lalu duduk sambil diam, seolah hatinya sedang tertekan. Ketika sinar
matahari telah masuk ke dalam masjid, dia shalat dua raka’at. Lalu dia membalikkan telapak tangannya sambil berkata, ‘Demi Allah, aku telah melihat
para sahabat Nabi Muhammad saw. Dan hari ini, aku tidak melihat orang seperti mereka. Mereka menyambut pagi dengan rambut kusut dan berdebu. Dan di wajah
mereka seolah duka cita. Mereka menghabiskan malam dengan bersujud kepada Allah dan membaca al-Qur’ân. Dan kala Subuh tiba, mereka berdzikir kepada
Allah sambil bergerak seperti bergeraknya pohon pada saat angin berhembus. Air mata mereka bercucuran sampai membasahi baju mereka...”
109
Imam Hab
î
b al-Haddâd berkata: “Dzikir adalah kembali dari aspek lahir yakni lidah kepada aspek batin yakni hati, sumbernya yang paling kuat, sehingga
ia sangat berpengaruh terhadap anggota tubuh yang lain. Rasa manis ini dikecap
108
Wawancara Pribadi dengan Syaikh Abdul M
â
lik al-Dien, mursyid Tarekat Naqsyabandiyyah Husainiyyah, Madura, pada tanggal 26 Maret 2011.
109
Ibnu Katsîr wafat 774 H, al-Bidâyah wa Nihâyah, vol. VIII, h. 6.
65 oleh orang yang tertarik kepada dzikir dengan segenap hati sehingga kulit dan
hatinya menjadi lembut.
110
Firman Allah,
˸Ϣ˵Ϭ͉Α˴έ ˴ϥ˸Ϯ˴θ˸Ψ˴ϳ ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ ˵ΩϮ˵Ϡ˵Ο ˵Ϫ˸Ϩ˶ϣ ͊ή˶ό˴θ˸Ϙ˴Η ˴ϲ˶ϧΎ˴Μ˴ϣ Ύ˱Ϭ˶ΑΎ˴θ˴Θ˵ϣ Ύ˱ΑΎ˴Θ˶ϛ ˶Κϳ˶Ϊ˴Τ˸ϟ ˴Ϧ˴δ˸Σ˴ ˴ϝ͉ΰ˴ϧ ˵Ϫ͉Ϡϟ ͉Ϣ˵Λ
˶Ϫ͉Ϡϟ ˶ή˸ϛ˶Ϋ ϰ˴ϟ˶· ˸Ϣ˵Ϭ˵ΑϮ˵Ϡ˵ϗ˴ϭ ˸Ϣ˵ϫ˵ΩϮ˵Ϡ˵Ο ˵Ϧϴ˶Ϡ˴Η
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu al- Qur’ân yang serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar
karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang atau lembut kulit dan hati mereka di waktu mengingat
Allah”. QS. Al-Zumar [39]: 23.
Menurut Syaikh Hisyâm Kabbânî mengenai ayat ini,
111
The “softening of the heart” consist in the sensivity and timidity that occur as aresult of nearness and tajall
î
[manifestation of one or more Divine Attributtes]. As for the “softening of the skin” this is the ecstasy and swaying from side which
result from intimacy and manifestation, or from fera and awe. No blame is attached to some one who has reached this rank if he sways and chants, for in the
painful throes of love and passion he finds something which arouses the highest yearning…”
“The exhortation provided by fear and awe brings forth tears and forces one to tremble and be humble. These are the states of the right teous believers abrar
when they hear the Speech and dhikr of Allah the Exalted. “Their skins shiver” 39;23, and the soften with their hearts and incline to dhikr of Him, as they are
covered in serenity and dignity, so that they are neither frivolous, pretentious, noisy, or ostentatious. Allah the Exalted has not described them as people whose
sense of reason has departed, who faint, dance, or jump about.” “Kelembutan hati” terdapat dalam kepekaan dan rasa malu sebagai akibat
kedekatan dan tajall
î
112
perwujudan salah satu atau lebih sifat-sifat Tuhan.”
110
Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî. Remembrance of Allah Swt.. and Praising the Prophet, vol. 2 United States of America: al-Sunna Foundation of America, 1998, h. 30. Lihat,
Imam Habîb al-Haddâd, in The Key to Garden p. 116.
111
Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî. Remembrance of Allah and Praising the Prophet, vol. 2 United States of America: al-Sunna Foundation of America, 1998, h. 30.
112
Tajallî adalah sebuah “pencerahan”, “penyingkapan”. Sebuah istilah yang berkembang di kalangan mistik sebagai sebuah penjelmaan, perwujudan dari Yang Tunggal, sebuah
pemancaran cahaya batin, penyingkapan rahasia Allah Swt., dan pencerahan hati hamba-hamba yang saleh. Dalam istilah tasawuf yang berarti penampakan diri Tuhan yang bersifat absolut dalam
bentuk alam yang bersifat terbatas. Istilah ini berasal dari kata taJallâ atau yatajallâ, yang artinya
66 “Kelembutan kulit”, inilah ekstase dan gerakan dari sisi yang diakibatkan oleh
kedekatan dan perwujudan atau karena rasa takut dan rasa takjub. Tak ada kesalahan yang dapat ditimpakan kepada orang yang mencapai derajat ini jika dia
bergerak dan bersenandung, sebab dalam belenggu cinta dan kerinduan yang menyakitkan dia menemukan sesuatu yang membangkitkan gelora kerinduannya.”
“Desakan rasa takut dan takjub menimbulkan air mata dan memaksa seseorang gemetar dan menggigil. Inilah keadan kaum beriman yang saleh ketika mereka
mendengar firman dan dzikir Allah yang Maha Suci
˵Ϧϴ˶Ϡ˴Η ˸Ϣ˵ϫ˵ΩϮ˵Ϡ˵Ο
,
Syaikh Hisyâm Kabbânî kemudian menjelaskan,
lalu hati mereka menjadi lembut dan condong kepada dzikir Allah, yakni diliputi ketentraman dan kemuliaan, sehingga mereka
tidak kalut, bangga, galau, atau congkak, Allah yang Maha Tinggi tidak menakdirkan mereka menjadi orang yang tak berperasaan, yang takut, menari atau
melompat.”
Sedangkan al-Qusyairi menafsirkan ayat ini,
˴ϰ˶ϧΎ˴Μ͉ϣ :
ήϜΘΑ ͊Ϟ˴Ϥ˵ϳ ϻϭ ϢϜΤϟ ΎϬϴϓ ϲϨΜϳ ϦϴϋϮϧ ϰ˴Ϡ˴ϋ ϞϤΘθϳ˴ϭ ˬ Γ˯ήϘϟ έ
: ήϛάΑ ϪϴϠϋ ˯ΎϨΜϟ
λϭ ˬ ϪϧΎδΣ·ϭ ϪϧΎτϠγ ΪϴϋϮϟϭ ΪϋϮϟϭ έΎϨϟϭ ΔϨΠϟ ΕΎϔ
.
˺˺˼
˴ϲ˶ϧΎ˴Μ˴ϣ,
Allah menurunkan al-Qur’ân dengan banyak sinonim atau persamaan yang berulang-ulang di dalam kalimat dan ayat-ayatnya yang di dalamnya
mengandung hikmah dan tidak bosan berulang-ulang jika membacanya, hal ini mengandung dua macam pujian: pertama, pujian kepada-Nya dengan menyebut
kekuasaan-Nya dan kebaikan-Nya, dan kedua, pujian kepada-Nya dengan menyebut sifat-sifat surga dan neraka, janji dan ancaman.
˵ΩϮ˵Ϡ˵Ο ˵Ϫ˸Ϩ˶ϣ ͊ή˶ό˴θ˸Ϙ˴Η ˸Ϣ˵Ϭ͉Α˴έ ˴ϥ˸Ϯ˴θ˸Ψ˴ϳ ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ
ΪϴϋϮϟ ΕΎϳ ϮόϤγ Ϋ· .
menyatakan diri. Konsep tajallî bertitik tolak dari pandangan bahwa Allah Swt.. SWT. dalam kesendirian-Nya sebelum ada alam ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya. Oleh karena itu
dijadikan-Nya ala mini. Maka dengan demikian alam ini meruapakan cermin bagi Allah Swt.. SWT.. Ketika Ia ingin melihat diri-Nya, Ia melihat pada alam. Di dalam versi lain diterangkan
bahwa Tuhan berkehendak untuk diketahui, maka Ia pun menampakkan diri-Nya dalam bentuk tajallî. Lihat, Cryil Glasse, “Tajallî” dalam Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada., 1999, h. 405. Lihat juga, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. “Tajallî” dalam Ensiklopedi Islam, jilid. 5, SYA-ZUN, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
113
Qusyairi. Tafsîr al-Qusyairi, T. pn: Al-Maktabah al-Taufiqiyyah, Maret, 1999, jilid. 5-6, h. 282.
67
˸Ϣ˵Ϭ͉Α˴έ ˴ϥ˸Ϯ˴θ˸Ψ˴ϳ ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ ˵ΩϮ˵Ϡ˵Ο ˵Ϫ˸Ϩ˶ϣ ͊ή˶ό˴θ˸Ϙ˴Η
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya jika mendengarkan ayat-ayat ancaman.
˵ϗ˴ϭ ˸Ϣ˵ϫ˵ΩϮ˵Ϡ˵Ο ˴Ϧϴ˳Ϡ˴Η ͉Ϣ˵Λ ˶Ϫ͉Ϡϟ ˶ή˸ϛ˶Ϋ ϰ˴ϟ˶· ˸Ϣ˵Ϭ˵ΑϮ˵Ϡ
ΪϋϮϟ ΕΎϳ ϮόϤγ Ϋ· .
ϝΎϘϳϭ :
ϑϮΨϟΎΑ ϦϴϠΗϭ ήόθϘΗ ςδΒϟϭ ξΒϘϟΎΑ ϝΎϘϳϭ ˬ ˯ΎΟήϟϭ
.
˺˺˽
˸Ϣ˵ϫ˵ΩϮ˵Ϡ˵Ο ˵Ϧϴ˶Ϡ˴Η ͉Ϣ˵Λ ˶Ϫ͉Ϡϟ ˶ή˸ϛ˶Ϋ ϰ˴ϟ˶· ˸Ϣ˵Ϭ˵ΑϮ˵Ϡ˵ϗ˴ϭ
,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah jika mendengarkan ayat-ayat tentang janji. Menurut
Imam al-Qusyairi, dikatakan gemetar dan lembutnya bisa dengan takut dan harapan, dengan mengikat dan mempersempit.
Memperhatikan kedua pandangan ini, penulis dapat memberikan kesimpulan, bahwa Syaikh Hisyâm Kabbânî dan Imam al-Qusyairi – nampaknya,
keduanya begitu jelas menjelaskan ayat ini dengan pandangan masing-masing sebagai ulama tokoh tasawuf. Meskipun Syaikh Hisyâm Kabbânî bukanlah
seorang mufassir yang memiliki karya tafsir seperti Imam al-Qusyairi, namun ia begitu menonjolkan corak isy
â
rî atau batin dalam memberikan interpretasinya terhadap ayat tersebut.
Baginya – Syaikh Hisyâm Kabbânî, siapapun yang melakukan dzikir, lalu gemetarlah hati dan lembut kulitnya disebabkan sang dzakir telah sampai pada
ekstase atau puncak tertinggi dalam dzikir, disertai gerakan-gerakan dalam dzikir - ini tidak bisa disalahkan, syarî’at pun tidak melarangnya. Sang dzakir pun akan
senantiasa condong kepada dzikirnya atas Allah, dan selalu berada di jalan-Nya. Apa yang dilukiskan di atas menunjukkan bahwa ayat-ayat al-Qur’ân
mengandung informasi dan tuntunan yang demikian menyentuh hati. Ini tentu saja
114
Qusyairi. Tafsîr al-Qusyairi T. pn: Al-Maktabah al-Taufiqiyyah, Maret, 1999.
68 bagi yang tekun mendengar dan membacanya, apalagi jika kandungan pesannya
dimengerti dengan baik.
E. Bulir Tasbih dalam Dzikir Al-Dzâriyat [51]: 55