Perkumpulan Dzikir QS. Al-Anbiya [21]: 20
51 perintah ini, sehingga hal ini menjadi sebuah amal ibadah yang paling mulia dan
merupakan kewajiban terbesar yang mesti dijalani oleh para hamba-Nya untuk mencapai satu titik temu dimana manusia mendapatkan keridhaan dan cinta
Tuhannya. Bisa dilihat, meskipun kesemua ulama diatas memiliki pandangan dengan
corak isyâri, akan tetapi terasa ada perbedaan, khususnya Syaikh Abdul Qâdir al- Jailâni, bahwa penafsirannya terhadap ayat ini begitu memperlihatkan cita rasa
yang tinggi atas nuansa sufistik yang dibawa olehnya. Tak ada aktivitas yang akan menenteramkan hati dan melembutkan jiwa
selain senantiasa ingat dan berdzikir kepada Allah. Tak ada aktivitas yang melegakan jiwa dan menyejukkan nurani selain dzikir kepada Allah. Karena itulah
Allah menyeru kepada hamba-Nya agar senantiasa berdzikir pada-Nya.
B. Perkumpulan Dzikir QS. Al-Anbiya [21]: 20
Perkumpulan dzikir adalah orang-orang yang berkumpul untuk memperlajari al-Qur’ân secara bersama sama, sehingga sebagian mereka belajar
kepada sebagian yang lain, sedangkan sebagian mereka mengambil manfaat dari sebagian yang lain. Perkumpulan dzikir bukanlah sekedar majelis yang anggota-
anggotanya hanya bertasbih, bertahmîd, beristighfâr dan semacamnya, tetapi ia adalah majelis ilmu yang mengingatkan manusia akan dirinya sebagai mahluk
Allah yang lemah serta menyadari kebesaran dan keagungan Allah Swt., seperti dalam firman-Nya:
˴ϥϭ˵ή˵Θ˸ϔ˴ϳ Ύ˴ϟ ˴έΎ˴Ϭ͉Ϩϟ˴ϭ ˴Ϟ˸ϴ͉Ϡϟ ˴ϥϮ˵Τ͋Β˴δ˵ϳ
“Mereka malaikat selalu bertasbih malam dan siang tiada henti- hentinya.”. QS. Al-Anbiyâ [21]: 20.
52
Dalam membahas ayat ini, Syaikh Hisyâm Kabbânî menjelaskan bahwa, “Dhikr in a gathering can only be done aloud in unison. The above hadith thus
constitutes proof that dhikr done out loud in a gathering is an exalted kind of dhikr which is mentioned at the highest assembly al-Malâ’ al-
Ɩ’lâ by our Majestic Lord and the angels who are near to Him.”
86
“Dzikir dalam perkumpulan dzikir hanya bisa dilakukan dengan suara yang keras dan secara berjamâ’ah. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa dzikir yang
dilakukan dengan suara yang keras dalam sebuah perkumpulan merupakan bentuk dzikir yang mulia yang disebutkan pula perkumpulan tertinggi al-Malâ’ al-A’lâ
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan para malaikat yang dekat kepada-Nya.”
Kesamaan jelas terbukti antara mereka yang berdzikir di alam transenden, yang diciptakan dengan sifat patuh dan mengingat – yakni para malaikat, dan
mereka yang berdzikir di alam kasar, yang sifatnya mengandung kelemahan dan cacat, yakni – manusia. Pahala bagi yang disebut terakhir atas dzikir mereka
adalah mereka ditinggikan derajatnya hingga sama dengan perkumpulan tertinggi, yang memberikan kehormatan dan rahmat yang cukup bagi siapapun.
87
Ayat di atas – baginya, berdasarkan hadis Nabi saw. yang berbunyi,
Ύ˴ϟΎ˴ϗ ˳ΐ˸ϳ˴ή˵ϛ ϲ˶Α˴΄˶ϟ ˵φ˸ϔ͉Ϡϟ˴ϭ ˳ΐ˸ϳ˴ή˵ϛ Ϯ˵Α˴˴ϭ ˴Δ˴Β˸ϴ˴η ϲ˶Α˴ ˵Ϧ˸Α ˶ή˸Ϝ˴Α Ϯ˵Α˴ Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ ˸Ϧ˴ϋ ˴Δ˴ϳ˶ϭΎ˴ό˵ϣ Ϯ˵Α˴ Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ
˴ϝΎ˴ϗ ˴Γ˴ή˸ϳ˴ή˵ϫ ϲ˶Α˴ ˸Ϧ˴ϋ ˳˶ϟΎ˴λ ϲ˶Α˴ ˸Ϧ˴ϋ ˶ζ˴Ϥ˸ϋ˴΄˸ϟ ˵Ϫ͉Ϡϟ ˵ϝϮ˵Ϙ˴ϳ ˴Ϣ͉Ϡ˴γ˴ϭ ˶Ϫ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ ˵Ϫ͉Ϡϟ ϰ͉Ϡ˴λ ˶Ϫ͉Ϡϟ ˵ϝϮ˵γ˴έ ˴ϝΎ˴ϗ
ϲ˶ϧ˴ή˴ϛ˴Ϋ ˸ϥ˶Έ˴ϓ ϲ˶ϧ˵ή˵ϛ˸ά˴ϳ ˴Ϧϴ˶Σ ˵Ϫ˴ό˴ϣ Ύ˴ϧ˴˴ϭ ϱ˶Ϊ˸Β˴ϋ ͋Ϧ˴χ ˴Ϊ˸Ϩ˶ϋ Ύ˴ϧ˴ ͉Ϟ˴Ο˴ϭ ͉ΰ˴ϋ ˸ϥ˶·˴ϭ ϲ˶δ˸ϔ˴ϧ ϲ˶ϓ ˵Ϫ˵Η˸ή˴ϛ˴Ϋ ˶Ϫ˶δ˸ϔ˴ϧ ϲ˶ϓ
˵Ϫ˸Ϩ˶ϣ ˳ή˸ϴ˴Χ ˳Έ˴Ϡ˴ϣ ϲ˶ϓ ˵Ϫ˵Η˸ή˴ϛ˴Ϋ ˳Έ˴Ϡ˴ϣ ϲ˶ϓ ϲ˶ϧ˴ή˴ϛ˴Ϋ
“Allah berfirman, ‘Aku sesuai dengan keyakinan hamba-Ku tentang Aku, dan Aku bersamanya apabila dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku di
dalam hatinya, maka Aku akan mengingatnya dalam hati. Jika dia
86
Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî. Remembrance of Allah and Praising the Prophet, vol. 2 United States of America: al-Sunna Foundation of America, 1998, h. 12-13.
87
Syaikh Muhammad Hisyâm Kabbânî. Remembrance of Allah and Praising the Prophet United States of America: al-Sunna Foundation of America vol. 2, h. 13.
53 mengingat-Ku di hadapan para makhluk, maka Aku akan mengingatnya di
hadapan para makhluk yang lebih baik dari mereka.”
88
Tidaklah mengherankan jika perkumpulan semacam itu mendapatkan pujian dan rahmat tertinggi dari Allah dan Nabi-Nya saw. Menurut Imam Musl
î
m, Nabi Muhammad saw. bersabda, bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat yang
menelusuri jalan-jalan untuk menemukan orang yang berdzikir perkumpulan dzikir. Ketika mereka menemukan sekelompok orang qawm yang sedang
berdzikir para malaikat itu duduk bersama mereka, mereka saling berseru dan membentuk barisan yang tingginya mencapai langit pertama.
89
88
Muslîm. Sahih Muslîm, Beirut: Dâr al-Kitâb al-Arabiy, 2004, kitab. al-Dzikr wa al- Du’â, bab. fadhl al-Dzikr wa al-Du’a wa al-Taqarrub ilallâh.. Lihat juga, Imam al-Bukhâri di
dalam kitab at-Tauhîd, bab. wa yuhadzdzirukumullâh nafsah, Sunan al-Tirmidzi, kitab. al- Da’awât bab. Fi Husn al-Dzân billâh Azza wa Jalla, Sunan Ibnu Mâjah, kitab. Adâb, bab. Fadhl
al-‘Amal, dan Musnad Ahmad bin Hanbal, bab. Musnad Abi Hurairah radhiyallâh ‘anhu.
89
Sahih Muslîm, Kairo: Dâr al-Hadits: 1998, kitab, al-Dzikr wa al-Taubah wa al- Istighfâr , bab, Fadhl Majâlis al-Dzikr, juz. 9, h. 18.
˸Ϧ˴ϋ ˶Ϫϴ˶Α˴ ˸Ϧ˴ϋ ˲Ϟ˸ϴ˴Ϭ˵γ Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ ˲ΐ˸ϴ˴ϫ˵ϭ Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ ˲ΰ˸Ϭ˴Α Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ ˳ϥϮ˵Ϥ˸ϴ˴ϣ ˶Ϧ˸Α ˶Ϣ˶ΗΎ˴Σ ˵Ϧ˸Α ˵Ϊ͉Ϥ˴Τ˵ϣ Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ ˴Γ˴ή˸ϳ˴ή˵ϫ ϲ˶Α˴
˸Ϧ˴ϋ ͉ϥ˶· ˴ϝΎ˴ϗ ˴Ϣ͉Ϡ˴γ˴ϭ ˶Ϫ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ ˵Ϫ͉Ϡϟ ϰ͉Ϡ˴λ ͋ϲ˶Β͉Ϩϟ
ϴ˶ϓ Ύ˱δ˶Ϡ˸Π˴ϣ ϭ˵Ϊ˴Ο˴ϭ ˴Ϋ˶Έ˴ϓ ˶ή˸ϛ͋άϟ ˴β˶ϟΎ˴Π˴ϣ ˴ϥϮ˵ό͉Β˴Θ˴Θ˴ϳ Ύ˱Ϡ˵π˵ϓ ˱Γ˴έΎ͉ϴ˴γ ˱Δ˴Ϝ˶Ύ˴Ϡ˴ϣ ϰ˴ϟΎ˴ό˴Η˴ϭ ˴ϙ˴έΎ˴Β˴Η ˶Ϫ͉Ϡ˶ϟ ˸Ϣ˶Ϭ˶Θ˴Τ˶Ϩ˸Ο˴΄˶Α Ύ˱π˸ό˴Α ˸Ϣ˵Ϭ˵π˸ό˴Α ͉ϒ˴Σ˴ϭ ˸Ϣ˵Ϭ˴ό˴ϣ ϭ˵Ϊ˴ό˴ϗ ˲ή˸ϛ˶Ϋ ˶Ϫ
˴Σ ˴ϝΎ˴ϗ ˶˯Ύ˴Ϥ͉δϟ ϰ˴ϟ˶· ϭ˵Ϊ˶ό˴λ˴ϭ Ϯ˵Ο˴ή˴ϋ Ϯ˵ϗ͉ή˴ϔ˴Η ˴Ϋ˶Έ˴ϓ Ύ˴ϴ˸ϧ͊Ϊϟ ˶˯Ύ˴Ϥ͉δϟ ˴Ϧ˸ϴ˴Α˴ϭ ˸Ϣ˵Ϭ˴Ϩ˸ϴ˴Α Ύ˴ϣ Ϯ˵Ό˴Ϡ˸Ϥ˴ϳ ϰ͉Θ
˴Ϧ˸ϳ˴ ˸Ϧ˶ϣ ˸Ϣ˶Ϭ˶Α ˵Ϣ˴Ϡ˸ϋ˴ ˴Ϯ˵ϫ˴ϭ ͉Ϟ˴Ο˴ϭ ͉ΰ˴ϋ ˵Ϫ͉Ϡϟ ˸Ϣ˵Ϭ˵ϟ˴΄˸δ˴ϴ˴ϓ ϲ˶ϓ ˴Ϛ˴ϟ ˳ΩΎ˴Β˶ϋ ˶Ϊ˸Ϩ˶ϋ ˸Ϧ˶ϣ Ύ˴Ϩ˸Ό˶Ο ˴ϥϮ˵ϟϮ˵Ϙ˴ϴ˴ϓ ˸Ϣ˵Θ˸Ό˶Ο
Ϯ˵ϟΎ˴ϗ ϲ˶ϧϮ˵ϟ˴΄˸δ˴ϳ ˴ΫΎ˴ϣ˴ϭ ˴ϝΎ˴ϗ ˴Ϛ˴ϧϮ˵ϟ˴΄˸δ˴ϳ˴ϭ ˴Ϛ˴ϧϭ˵Ϊ˴Ϥ˸Τ˴ϳ˴ϭ ˴Ϛ˴ϧϮ˵Ϡ͋Ϡ˴Ϭ˵ϳ˴ϭ ˴Ϛ˴ϧϭ˵ή͋Β˴Ϝ˵ϳ˴ϭ ˴Ϛ˴ϧϮ˵Τ͋Β˴δ˵ϳ ˶ν˸έ˴΄˸ϟ
˴ϳ˴ϭ Ϯ˵ϟΎ˴ϗ ϲ˶Θ͉Ϩ˴Ο ˸ϭ˴˴έ ˸Ϯ˴ϟ ˴ϒ˸ϴ˴Ϝ˴ϓ ˴ϝΎ˴ϗ ͋Ώ˴έ ˸ϱ˴ Ύ˴ϟ Ϯ˵ϟΎ˴ϗ ϲ˶Θ͉Ϩ˴Ο ˸ϭ˴˴έ ˸Ϟ˴ϫ˴ϭ ˴ϝΎ˴ϗ ˴Ϛ˴Θ͉Ϩ˴Ο ˴Ϛ˴ϧϮ˵ϟ˴΄˸δ˴ϳ ˴Θ˸δ
˸Ϧ˶ϣ Ϯ˵ϟΎ˴ϗ ϲ˶Ϩ˴ϧϭ˵ήϴ˶Π˴Θ˸δ˴ϳ ͉Ϣ˶ϣ˴ϭ ˴ϝΎ˴ϗ ˴Ϛ˴ϧϭ˵ήϴ˶Π ˴ϝΎ˴ϗ ˴Ϛ˴ϧϭ˵ή˶ϔ˸ϐ˴Θ˸δ˴ϳ˴ϭ Ϯ˵ϟΎ˴ϗ ϱ˶έΎ˴ϧ ˸ϭ˴˴έ ˸Ϯ˴ϟ ˴ϒ˸ϴ˴Ϝ˴ϓ ˴ϝΎ˴ϗ Ύ˴ϟ Ϯ˵ϟΎ˴ϗ ϱ˶έΎ˴ϧ ˸ϭ˴˴έ ˸Ϟ˴ϫ˴ϭ ˴ϝΎ˴ϗ ͋Ώ˴έ Ύ˴ϳ ˴ϙ˶έΎ˴ϧ
Ϯ˵ϟ˴΄˴γ Ύ˴ϣ ˸Ϣ˵Ϭ˵Θ˸ϴ˴τ˸ϋ˴΄˴ϓ ˸Ϣ˵Ϭ˴ϟ ˵Ε˸ή˴ϔ˴Ϗ ˸Ϊ˴ϗ ˵ϝϮ˵Ϙ˴ϴ˴ϓ ˵Ϭ˵Η˸ή˴Ο˴˴ϭ
˵Ϙ˴ϴ˴ϓ ˴ϝΎ˴ϗ ˸Ϣ˵Ϭ˴ό˴ϣ ˴β˴Ϡ˴Π˴ϓ ͉ή˴ϣ Ύ˴Ϥ͉ϧ˶· ˲˯Ύ͉τ˴Χ ˲Ϊ˸Β˴ϋ ˲ϥΎ˴Ϡ˵ϓ ˸Ϣ˶Ϭϴ˶ϓ ͋Ώ˴έ ˴ϥϮ˵ϟϮ˵Ϙ˴ϴ˴ϓ ˴ϝΎ˴ϗ ϭ˵έΎ˴Π˴Θ˸γ Ύ͉Ϥ˶ϣ ˸Ϣ ˸Ϣ˶Ϭ˶Α ϰ˴Ϙ˸θ˴ϳ Ύ˴ϟ ˵ϡ˸Ϯ˴Ϙ˸ϟ ˸Ϣ˵ϫ ˵Ε˸ή˴ϔ˴Ϗ ˵Ϫ˴ϟ˴ϭ ˵ϝϮ
˸Ϣ˵Ϭ˵δϴ˶Ϡ˴Ο Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi memiliki
beberapa malaikat yang terus berkeliling mencari majelis dzikir. Apabila mereka telah menemukan majelis dzikir, mereka terus duduk di situ dengan menyelimutkan sayap sesame mereka sehingga
memenuhi ruang antara mereka dan langit yang paling bawah. Apabila majelis dzikir itu selesai, mereka bubar, lalu naik ke langit.
Sabda Rasulullah saw. selanjutnya: Kemudian mereka ditanya oleh ‘Azza wa Jalla yang sebenarnya. Dia lebih tahu tentang mereka, “Kalian dating darimana?” Mereka menjawab, “Kami
datang dari sisi hamba-hamba-Mu di bumi yang bertasbih kepada-Mu, bertahmid kepadamu, dan memohon kepada-Mu.” Allah bertanya, “Apa yang mereka minta?” para malaikat menjawab,
“Mereka memohon surga-Mu.” Allah bertanya, “Apakah mereka pernah melihat surga-Ku?” para malaikat itu menjawab, “Tidak, Ya Tuhan, “ Kata Allah, “Betapa seandainya mereka pernah
melihat surga-Ku.” Kata para malaikat, “Mereka juga berlindung kepada-Mu.” Allah bertanya, “Dari apa mereka berlindung kepada-Ku?” Para malaikat menjawab, “Dari neraka-Mu Ya Tuhan”
Allah bertanya, “Apakah pernah melihat neraka-Ku?”Para malaikat menjawab, “Tidak.” Kata Allah, “Betapa seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku” Kata para malaikat, “Mereka juga
beristighfar kepada-Mu.”
54 Syaikh Abdul Qâdir al-Jailâni menafsirkan
˴έΎ˴Ϭ͉Ϩϟ˴ϭ ˴Ϟ˸ϴ͉Ϡϟ ˴ϥϮ˵Τ͋Β˴δ˵ϳ
dengan
mereka para malaikat yang menyucikan Allah di setiap waktu mereka dari apa- apa yang tidak layak di sisi Allah.
˴ϥ˸ϭ˵ή˵Θ˸ϔ˴ϳ ˴ϻ,
dan mereka malaikat tidak menampakkan kelemahan dan kelelahan mereka dalam bertasbih, di bawah ini
penulis tampilkan penafsirannya,
˴έΎ˴Ϭ͉Ϩϟ˸ ˴ϭ ˴Ϟ˸ϴ͉ϟ ˴ϥ˸Ϯ˵Τ͋Β˴δ˵ϳ ϪΑΎϨΠΑ ϖϴϠϳ ϻ ΎϤϋ ϢϬΗΎϗϭ ϊϴϤΟ ϲϓ Ϳ ϥϮϫΰϨϳ ϱ
˴ϥ˸ϭ˵ή˵Θ˸ϔ˴ϳ ˴ϻ ˯ΎϨόϟ ϭ ϒόπϟ ϥϭήϬψϳ ϻϭ
.
̂˹
Sedangkan Imam al-Al
û
si, dalam menafsirkan ayat ini menggunakan sisi nahwunya,
} ˴ϥϭ˵ή˵Θ˸ϔ˴ϳ ˴ϻ
{ Ϧϣ ϝΎΤϟ ϊοϮϣ ϲϓ
ήϴϤο }
˴ϥϮ˵Τ͋Β˴δ˵ϳ {
ΔϴϟΎΤϟϭ ϑΎϨΌΘγϻ ϱήϳΪϘΗ ϰϠϋ ΔϴϟΎΤϟ ήϳΪϘΗ ϰϠϋ ίϮΟϭ
ήϴϤο Ϧϣ ˱ϻΎΣ άϫ ϥϮϜϳ ϥ }
ϻ ˴ϥϭ˵ή˶δ˸Τ˴Θ˸δ˴ϳ
{ ]
˯ΎϴΒϧϷ :
˺̂
̂˺
Kata
˴ϥϭ˵ή˵Θ˸ϔ˴ϳ Ύ˴ϟ,
kalimat tersebut menempati hâl dari dhamir
} ˴ϥϮ˵Τ͋Β˴δ˵ϳ
{
yang bisa menjadi atau istinâf permulaan kalimatkalimat baru. Dan dibolehkan menjadi hâl dari dhamir
} ϻ
ϥϭ˵ή˶δ˸Τ˴Θ˸δ˴ϳ {
seperti di dalam ayat sebelumnya, QS. Al-Anbiyâ [21]: 19. Dalam hal ini, al-Alûsi juga menjelaskan mengenai makna
isyarat dari ayat ini,
ΓήΘϓ ϢϬΤϴΒδΗ ϞϠΨΘϳ ϻ ΕΎϗϭϷ Ϟϛ ϲϓ ϪϧϭΪΠϤϳϭ ϪϧϮϤψόϳϭ ϰϟΎόΗ Ϳ ϥϮϫΰϨϳ ϰϨόϤϟϭ ϥϮϐϠΒϳ ˱ϼγέ ϢϬϨϣ ϥ ϊϣ Ϛϟάϛ ˱ΎϘϠτϣ ΔϜϼϤϟ ϥϮϛ ϞϜθΘγϭ ˬ ήΧ Ϟϐη ϭ ύήϔΑ ˱ϼλ
ΓήϔϜϟ ϦόϠϳ Ϧϣ ϢϬϨϣϭ ώϴϠΒΘϟ ϝΎΣ ϴΒδΘϟ ϰΗ΄Θϳ ϻϭ ΔϟΎγήϟ
̂˻
Sabda Rasulullah saw. juga selanjutnya: Lalu Allah menjawab, “Aku telah mengampuni mereka, memberikan apa yang mereka minta, dan melindungi mereka dari neraka.” Para malaikat berkata,
“Ya Tuhan, tapi di dalam majelis mereka ada seorang hamba yang berdosa yang hanya kebetulan lewat lalu duduk bersama mereka.” Allah menjawab, “Dia juga Aku ampuni, karena mereka
adalah orang-orang yang menyebabkan teman duduk mereka menjadi tidak celaka.”
90
Abdul Qâdir al-Jailâni. Tafsîr al-Jailâni, Istanbûl: Markaz al-Jailâni li al-Buhûts al- ‘Ilmiyyah, 2009, jilid. 3, h. 336.
91
Syihâb al-Din Mahmud al-Alûsi. Rûh al-Ma’âni fi Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adzim wa al- Sa’b al-Matsâni Beirut, Dâr al-Fikr, 1978, juz. 17, h. 21-22.
92
Syihâb al-Din Mahmud al-Alûsi. Rûh al-Ma’âni fi Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adzim wa al- Sa’b al-Matsâni.
55 yaitu mereka – para malaikat selalu memuji dan mengagungkan Allah dalam
setiap waktu, tidak pernah sedetik pun mereka lalai dari bertasbih kepada-Nya. Diantara sekian banyak malaikat, mereka ada yang ditugaskan untuk
menyampaikan risalah, bahkan pada saat menyampai kan risalah pun mereka tidak pernah lupa atau meninggalkan tasbih kepada Allah
Masih di dalam ayat ini,
ϲΟΎϔΨϟ ϝΎϗϭ :
ϻ ϥϼϓ ϝΎϘϳ ΎϤϛ ΔϐϟΎΒϤϟ ϪΑ ΩήϤϟΎϓ ϢϬπόΑ ϰϠϋ ϞϤΤϳ Ϣϟ ϥ· Ϫϧ ήϫΎψϟ ϰϬΘϧ Ϛϻ ήϜηϭ ϚΎϨΛ Ϧϋ ήΘϔϳ
. ϭ ϞϴϠϟ ϥϮΤΒδϳ ΔϜϼϤϟ ϥϮϛ ϥ· ϢΛ ˬ
ϥ ϡΰϠΘδϳ ϻ έΎϬϨϟ ϪΟϮϟ ϰϠϋ ϴΒδΘϟ ϰϠϋ ϢϬϣϭΩ ΓΩΎϓ· ΩήϤϟ ϥϷ έΎϬϧϭ Ϟϴϟ ˯ΎϤδϟ ϲϓ ϢϫΪϨϋ ϥϮϜϳ
ϑέΎόΘϤϟ
̂˼
Imam al-Khafâji berpendapat, yang dimaksud dengan para malaikat bertasbih siang malam tanpa henti adalah untuk mengungkapan bahwa para malaikat begitu
seringnya bertasbih sampai tidak pernah sedetik atau sesaat pun meninggalkan tasbih kepada Allah. Meskipun dalam ayat tersebut dikatakan bahwa para
malaikat bertasbih kepada Allah siang malam, itu bukan berarti bahwa siang malamnya itu seperti siang malamnya manusia, karena di langit atau alam
malaikat itu tidak mengenal siang dan malam, akan tetapi yang dimaksud dengan siang malam disini yaitu, mereka bertasbih secara terus menerus tanpa
henti. Bangun dalam ayat ini adalah untuk melakukan dzikir bersama di dalam
sebuah perkumpulan atau halaqah yang di dalamnya disebutkam pujian-pujian atas nama Allah dan Ras
û
l-Nya. Penulis menyimpulkan, nampaknya, Syaikh
93
Shâb al-Din Mahmud al-Alûsi. Rûh al-Ma’âni fi Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adzim wa al-Sa’b al-Matsâni Beirut, Dâr al-Fikr, 1978, juz. 17, h. 21-22.
56 Hisyâm Kabbânî menjadikan ayat ini sebagai dalil dan hujjah atas perkumpulan-
perkumpulan orang-orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah. Ia menjadikan hal ini sebagai substansi dari ayat di atas. Dari ketiga komparasi ayat ini, semua
merujuk kepada malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah di dalam waktu- waktu mereka. Sedangkan Syaikh Hisyâm Kabbânî menggambarkan, bertasbihnya
para malaikat bisa di kiaskan dengan orang-orang yang melakukan dzikir secara bersamaan di dalam perkumpulan-perkumpulan dzikir dengan menggunakan suara
yang keras. Dan hal ini merupakan hal yang baik, sebab perkumpulan dzikir, merupakan bentuk dzikir yang mulia seperti perkumpulan tertinggi para malaikat
yang selalu dekat dengan Allah.