Keutamaan dan Manfaat Dzikir

40 dilakukan dengan suara yang kuat, d teknis pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad saw. yang disampaikan oleh seorang mursyid kepada muridnya. 73 Dalam versi Ensiklopedi Tasawuf pun dijabarkan, yang disusun oleh Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, dzikir dapat berpengaruh terhadap kesucian jiwa jika dilakukan dengan a diniatkan untuk diri dan beribadah kepada dengan tujuan mencari kerelaan, cinta, ma’rifah kepada-Nya, b sebaiknya dilakukan dalam keadaan memiliki wudhu, c dilakukan di tempat dan suasana yang menunjang kekhusyukan, d berusaha memahami makna yang terkandung dalam lafal dzikir itu dengan sebaik-baiknya, e berusaha menghayati makna ucapan dzikir itu dan meresapkannya ke dalam hati, f mengosongkan hati dan ingatan dari segala sesuatu selain Allah, g berusaha mewujudkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam ucapan dzikir itu dalam sikap hidup kita, dan h menjadikan dzikir sebagai aktifitas harian. 74

C. Keutamaan dan Manfaat Dzikir

Apapun yang kita lakukan, secara jasmani hendaknya kita mengikuti jalan yang lurus. Perbuatan mengikuti jalan yang lurus. Perbuatan mengikuti jalan yang lurus ini hanya dapat dilakukan dengan cara mematuhi dan memelihara Menurut Syaikh Abdul Qâdir al-Jailâni, talqin dzikir dalam tasawuf dan tarekat, hanya akan relatif dengan syarat mengambilnya dari seorang guru yang kalbunya telah takwa secara sempurna, yakni terpelihara dari lupa atau lalai dari mengingat Allah Swt., serta suci atau bersih dari dari segala sesuatu selain Allâh . Lihat, Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, “Talqin,” dalam Ensiklopedi Tasawuf, jilid. III, T-Z Bandung: Angkasa, 2008, h. 1254. 73 Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Dzikir Jahr” dalam Kamus Ilmu Tasawuf T. tp: Amzah., 2005, h. 40 74 Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, “Dzikir,” dalam Ensiklopedi Tasawuf, jilid. III, T-Z Bandung: Angkasa, 2008, h. 1507. 41 syarî’at agama. Oleh karena itu, setiap orang hendaknya sadar dan senantiasa mengingat Allah dzikrullâh, di waktu siang dan malam, baik secara zahir maupun batin. Bagi mereka yang memandang hakikat yaitu Allah, dzikrullâh adalah wajib hukumnya atau tidak boleh ditinggalkan. Mengapa harus meninggalkannya, padahal ia adalah sumber ketenangan hati dan jiwa? Dzikir merupakan amalan ringan yang memiliki banyak keutamaan. Selain itu, membiasakan dzikir dalam setiap gerak langkah kehidupan, dapat membawa perubahan yang sangat besar bagi siapa saja yang menjalankannya. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata: “…tidak diragukan bahwa hati dapat berkarat seperti halnya besi dan perak. Dan alat pembersih hati adalah dzikir. Dzikir dapat membersihkannya, sehingga dia menjadi seperti cermin yang bersih. Apabila seseorang meninggalkan dzikir maka hatinya akan berkarat. Dan apabila dia berdzikir, maka hatinya akan bersih. Berkaratnya hati disebabkan oleh dua perkara, yakni lalai dan dosa. Dan yang dapat membersihkannya juga dua perkara, yakni istighfâr dan dzikir. Barang siapa lalai dalam kebanyakan waktunya, maka karat di hatinya akan menumpuk sesuai dengan tingkat kelalaiannya. Apabila hati berkarat, maka segala sesuatu tidak tidak tergambar di dalamnya sesuai dengan faktanya. Dia akan melihat kebatilan dalam bentuk kebenaran, dan melihat kebenaran dalam bentuk kebatilan. Sebab, ketika karat hati itu bertumpuk, hati menjadi gelap, sehingga bentuk-bentuk kebenaran tidak tergambar sebagaimana adanya…” 75 Apabila karat hati bertumpuk, maka hati menjadi hitam dan pandangannya menjadi rusak, sehingga dia tidak dapat menerima kebenaran dan tidak dapat 75 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Al-Wâbil wa al-Sayyib wa Râfi’ al-Kalim al-Thayyib T. tp: Dâr ‘Ilm al-Fawâid, t.t, h. 92. 42 mengingkari kebatilan. Inilah siksaan hati yang paling berat. Sumber dari semua itu adalah kelalaian dan mengikiuti hawa nafsu. Keduanya menghilangkan cahaya hati dan membutakannya, 76 Allah berfirman: Ύ˱σ˵ή˵ϓ ˵ϩ˵ή˸ϣ˴΃ ˴ϥΎ˴ϛ˴ϭ ˵ϩ΍˴Ϯ˴ϫ ˴ϊ˴Β͉Η΍˴ϭ Ύ˴ϧ˶ή˸ϛ˶Ϋ ˸Ϧ˴ϋ ˵Ϫ˴Β˸Ϡ˴ϗ Ύ˴Ϩ˸Ϡ˴ϔ˸Ϗ˴΃ ˸Ϧ˴ϣ ˸ϊ˶τ˵Η Ύ˴ϟ˴ϭ “Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti nafsunya dan keadaannya melewati batas.” QS. Al-Kahfi [18]: 28. Menurut Imam Ab û Q â sim al-Qusyairi, “…Dzikir adalah lembaran kekuasaan, cahaya penghubung, pencapaian kehendak, tanda awal perjalanan yang benar dan bukti akhir perjalanan menuju Allah Tidak ada sesuatu setelah dzikir. Semua perangai yang terpuji merujuk kepada dzikir dan bersumber darinya...” Dia juga berkata, “…Dzikir adalah unsur penting dalam perjalanan menuju al-Haqq. Bahkan, dia adalah pemimpin dalam perjalanan tersebut. Seseorang tidak akan sampai kepada Allah kecuali dia tekun dalam berdzikir....” 77 Sedangkan Ibnu Atha’illah di dalam karyanya Mift â h al-Fall â h wa Misb â h al-Arw â h mengatakan: “…Dzikir adalah membebaskan diri dari sikap lalai dan lupa dengan menghadirkan hati secara terus menerus bersama Allah. Sebagian kalangan mengatakan bahwa dzikir adalah menyebut secara berulang-ulang dengan hati dan lisan nama Allah, salah satu sifat-Nya, salah satu hukum-Nya, atau lainnya, yang dengannya seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah...” 78 76 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Al-Wâbil wa al-Sayyib wa Râfi’ al-Kalim al-Thayyib. T. tp: Dâr ‘Ilm al-Fawâid, t.t, h. 92. 77 Abi al-Qâsim Abdul Kar î m bin Hawâzin al-Qusyairi. Risâlah al-Qusyairiyyah Beirut: Dâr Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001, h. 256. 78 Ibnu Athâillah al-Sakandari. Miftâh al-Fallâh wa Misbâh al-Arwâh Beirut: Dâr al- Kutub al-Ilmiyyah, t. t, h. 5. 43 Banyak sekali hadis -hadis yang menjelaskan tentang manfaat berdzikir kepada Allah. Di antaranya: ˸Ϧ˴ϋ ˴ϖ˴Τ˸γ˶· ϲ˶Α˴΃ ˸Ϧ˴ϋ ˵ϥΎ˴ϴ˸ϔ˵γ Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ ͈ϱ˶Ϊ˸Ϭ˴ϣ ˵Ϧ˸Α ˶Ϧ˴Ϥ˸Σ͉ήϟ΍ ˵Ϊ˸Β˴ϋ Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ ˳έΎ͉θ˴Α ˵Ϧ˸Α ˵Ϊ͉Ϥ˴Τ˵ϣ Ύ˴Ϩ˴Λ͉Ϊ˴Σ ϲ˶Α˴΃ ϰ˴Ϡ˴ϋ ˴Ϊ˶Ϭ˴η ˵Ϫ͉ϧ˴΃ ˳Ϣ˶Ϡ˸δ˵ϣ ϲ˶Α˴΃ ͋ή˴Ϗ˴΄˸ϟ΍ ˴Γ˴ή˸ϳ˴ή˵ϫ ͋ϱ˶έ˸Ϊ˵Ψ˸ϟ΍ ˳Ϊϴ˶ό˴γ ϲ˶Α˴΃˴ϭ ͉Ϡϟ΍ ˶ϝϮ˵γ˴έ ϰ˴Ϡ˴ϋ ΍˴Ϊ˶Ϭ˴η Ύ˴Ϥ˵Ϭ͉ϧ˴΃ ˶Ϫ ˴Ϗ˴ϭ ˵Δ˴Ϝ˶΋Ύ˴Ϡ˴Ϥ˸ϟ΍ ˸Ϣ˶Ϭ˶Α ˸Ζ͉ϔ˴Σ Ύ͉ϟ˶· ˴Ϫ͉Ϡϟ΍ ˴ϥϭ˵ή˵ϛ˸ά˴ϳ ˳ϡ˸Ϯ˴ϗ ˸Ϧ˶ϣ Ύ˴ϣ ˴ϝΎ˴ϗ ˵Ϫ͉ϧ˴΃ ˴Ϣ͉Ϡ˴γ˴ϭ ˶Ϫ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ ˵Ϫ͉Ϡϟ΍ ϰ͉Ϡ˴λ ˵Δ˴Ϥ˸Σ͉ήϟ΍ ˸Ϣ˵Ϭ˸Θ˴ϴ˶θ ˵ϩ˴Ϊ˸Ϩ˶ϋ ˸Ϧ˴Ϥϴ˶ϓ ˵Ϫ͉Ϡϟ΍ ˸Ϣ˵ϫ˴ή˴ϛ˴Ϋ˴ϭ ˵Δ˴Ϩϴ˶Ϝ͉δϟ΍ ˸Ϣ˶Ϭ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ ˸Ζ˴ϟ˴ΰ˴ϧ˴ϭ “Tidak ada satu kaum pun berdzikir kepada Allah melainkan para malaikat akan mengitari mereka, rahmat akan melingkupi mereka, kedamaian akan turun kepada mereka dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” 79 Dzikir kepada Allah akan melahirkan kecintaan dan loyalitas al- Mahabbah sebagai ruh Islam, ujung tombak agama. Karenannya, dapat diraih kebahagiaan dan keselamatan yang hakiki. Allah telah menjadikan sesuatu ada sebab-sebabnya. Dia menjadikan sebab al-Mahabbah dengan melanggengkan dzikir. Barang siapa ingin meraih cinta Allah, hendaknya senantiasa mengingat- Nya. Karena ia adalah sebuah pelajaran dan pengingat. Sebagaimana ia adalah pintu dari berbagai ilmu. Dzikir pun akan melahirkan sifat al-Murâqabah perasaan selalu di awasi oleh Allah Swt. sehingga akan memasukkannya ke pintu Ihs â n. Maka, ia akan beribadah kepada Allah seakan ia melihat-Nya. Orang-orang yang lalai tidak akan sampai kepada derajat Ihs â n. Sebagaimana orang hanya duduk-duduk tidak akan sampai ke rumahnya. Orang yang berdzikir akan menjadikan seseorang semakin dekat dengan Allah. Semakin banyak seseorang berdzikir , semakin dekat pula 79 Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dhahak al-Tirmidzi. Sunan al-Tirmidzi Beirut: Dâr al-Fikr, 2004, bab. Mâ Ja’â fi qaum yajlisûn fayadzkurunllâh Azza wa Jalla, juz. 4, h. 232. 44 jaraknya dengan Allah. Sebaliknya, semakin lalai seseorang dari mengingat Allah, maka semakin jauh ia dari Allah. Bagi siapa saja yang berdzikir, Allah pun akan menjadikannya selalu diingat di sisi-Nya. Sebagaimana yang telah difirmankan-Nya dalam surat al- Baqarah ayat 152, ˸Ϣ˵ϛ˸ή˵ϛ˸Ϋ˴΃ ϲ˶ϧϭ˵ή˵ϛ˸ΫΎ˴ϓ “Dan ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat-Mu”. QS. Al- Baqarah [2]:152 Berdzikirlah mengingat Allah di setiap gerak dan gerik, setiap berdiri dan duduk, setiap berjalan dan berbaring, karena perbuatan itu menambah taqarrub atau kedekatan kepada Allah. Bukankah setiap disebut nama ‘Allah’, Allah berada bersamanya? Firman Allah lagi: ˶ν˸έ˴΄˸ϟ΍˴ϭ ˶Ε΍˴ϭΎ˴Ϥ͉δϟ΍ ˶ϖ˸Ϡ˴Χ ϲ˶ϓ ˴ϥϭ˵ή͉Ϝ˴ϔ˴Θ˴ϳ˴ϭ ˸Ϣ˶Ϭ˶ΑϮ˵Ϩ˵Ο ϰ˴Ϡ˴ϋ˴ϭ ΍˱ΩϮ˵ό˵ϗ˴ϭ Ύ˱ϣΎ˴ϴ˶ϗ ˴Ϫ͉Ϡϟ΍ ˴ϥϭ˵ή˵ϛ˸ά˴ϳ ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍ ˴Ϛ˴ϧΎ˴Τ˸Β˵γ Ύ˱Ϡ˶σΎ˴Α ΍˴ά˴ϫ ˴Ζ˸Ϙ˴Ϡ˴Χ Ύ˴ϣ Ύ˴Ϩ͉Α˴έ ˶έΎ͉Ϩϟ΍ ˴Ώ΍˴ά˴ϋ Ύ˴Ϩ˶Ϙ˴ϓ “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk, maupun dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” Ali Imrân [3]: 191.

D. Hubungan Dzikir dengan Shalat