29
BAB III GAMBARAN UMUM DZIKIR
A. Pengertian Dzikir
Dzikir sangat lekat dengan kehidupan umat Islam. Siang dan malam dilantunkan, sendirian maupun bersamaan. Namun, seiring modernitas kehidupan,
dzikir menjadi ritual yang mati, terus dipraktekkan tanpa pemaknaan mendalam. Memang sebagian orang lengah dan lalai dengan tuntunan al-Qur’ân; sebagian
umat juga tidak memahami apa yang dimaksud dzikir; sebagian memahami dzikir dalam bentuk kalimat yang di ulang-ulang membacanya tanpa pemahaman atau
penghayatan. Kata dzikir adalah bentuk tunggal mufr
â
d, sedangkan bentuk jamaknya adalah al-Adzk
â
r. Dalam al-Qur’ân, kata dzikir dan yang berakar kata sama disebutkan sebanyak 292 kali, termuat dalam 36 surat 25 surat Makk
a
h dan 11 surat Mad
â
niah.
47
Kata-kata dzikir sendiri, dalam bentuk masdar kata kerja benda, terulang sebanyak 76 kali.
48
Secara etimologis atau bahasa, dzikir merupakan masdar kata benda dari kata kerja dzakara-yadzkuru-dzikran. Dalam Lis
â
n al-Arab karya Ibn Manzh
û
r, ia memberikan pengertian, dzakara berarti menjaga sesuatu dengan menyebut atau
mengingatnya. Dzikir juga berarti kerhormatan atau kemuliaan al-Syaraf, nama
47
Muhammad Fuâd Abd al-Bâqi. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al-Qur’ân al-Karim Beirut: Dâr al-Fikr, 1981, h. 270-275.
48
Muhammad Fuâd Abd al-Bâqi. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al-Qur’ân al-Karim.
30 baik al-Sit, al-Kit
â
b yang isinya menjelaskan agama al-D
î
n, Shalat dan doa serta pujian al-Tsana atasnya.
49
Dalam Kamus Istilah Tasawuf, dzikir secara etimologi berarti mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti.
50
Dzikir itu bahasa umumnya sama dengan ingat yang berarti dapat dilakukan di mana saja dan dalam semua keadaan. Ia dapat diucapkan oleh hati dzikir khaf
î
y, dan dapat diucapkan oleh dzikir lisan, dapat diucapkan oleh anggota badan
lainnya dengan prilaku dan akhlak mahm
û
dah. Sedangkan pengertian dzikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang atau doa dan puji-pujian berlagu.
51
Dzikir di dalam syarî’at Islam mempunyai makna yang banyak, antara lain: semata-mata pengungkapan tentang dzat Allah menyebut,
tentang sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, atau hukum-hukum-Nya; atau dengan membaca kitab-Nya, memohon dan berdoa kepada-Nya, , memuliakan-
Nya, mengesakan-Nya, memuji-Nya, bersyukur pada-Nya, dan mengagungkan- Nya.
52
Kata dzikir sebenarnya mulai digunakan oleh pengguna bahasa Arab dalam antonim lupa. Sebagian pakar yang mengatakan bahwa kata itu pada
mulanya berarti mengucapkan dengan lidahmenyebut sesuatu. Makna ini kemudian berkembang menjadi “mengingat” sesuatu seringkali mengantar lidah
49
Ibn Manzhur, Lisân al-‘Arab Beirut: Dâr al-Sâdir, 1990, jilid IV, h. 308-333. Lihat juga, Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa I’lâm Beirut: Kattulikiyah, t. t, h. 236.
50
Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Dzikir” dalam Kamus Ilmu Tasawuf T. tp: Amzah., 2005, h. 34.
51
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2001, h. 1280.
52
Syaikh Ali Jum’ah, Kupas Tuntas Ibdah-Ibadah Diperselisihkan, Cikarang, Duha Khazanah, t.t, h. 163.
31 menyebutnya. Begitu juga, menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk
lebih mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu.
53
Kata “menyebut” sangat dikait-kaitkan dengan sesuatu, maka apa yang disebut itu adalah namanya. Pada sisi lain, bila nama sesuatu terucapkan, maka
pemilik nama yang diingat itu disebut sifat, perbuatan, peristiwa yang berkaitan dengannya. Sedangkan “mengingat” adalah satu nikmat yang sangat besar,
sebagaimana “lupa” pun merupakan nikmat yang tidak kurang besarnya. Dari sini kata dzikir dapat mencakup penyebutan nama Allah atau ingatan menyangkut
sifat-sifat atau perbuatan-perbuatan Allah, surga atau neraka-Nya, rahmat atau siksa-Nya, perintah atau larangan-Nya, dan juga wahyu-wahyu-Nya, bahkan
segala yang dikaitkan dengan-Nya.
54
Mengingat adalah suatu nikmat yang sangat besar, sebagaimana lupa pun merupakan nikmat yang tidak kurang besarnya. Ini tergantung dari objek yang
diingat. Sungguh besar nikmat lupa bila yang dilupakan adalah kesalahan orang lain, atau kesedihan atau luputnya nikmat. Dan sungguh besar pula keistimewaan.
Al-Farr
â
dan Ibnu Qutaibah memberikan pengertian mengenai dzikrullâh, menurut keduanya dzikrullâh adalah tasbih dan tahlîl lebih besar dan menjauhkan
dari kejahatan dan kemungkaran dan jika seorang hamba mengingat Allah, maka Allah memberikan pahala untuknya, disebutkan di dalam hadis qudsî,
ϲ˶ϓ ϲ˶ϧ˴ή˴ϛ˴Ϋ ˸ϥ˶Έ˴ϓ ˶Ϫ˶δ˸ϔ˴ϧ
ϲ˶δ˸ϔ˴ϧ ϲ˶ϓ ˵Ϫ˵Η˸ή˴ϛ˴Ϋ
53
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tentang Dzikir dan Doa, Jakarta: Lentera Hati, 2008, h. 9.
54
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tentang Dzikir dan Doa, h. 11-12.
32 “Jika hamba-Ku mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan
mengingatnya dalam diriku.”
55
Dzikir menurut Spencer Trimingham adalah, “…Recollection, a spiritual exercise design to render God’s presence troughout one’s being. The method
employed rhythmical repetitive invocation of God’s name to attain this spiritual concentration…” Maksudnya adalah “…ingatan atau suatu latihan spiritual yang
bertujuan untuk menyatakan kehadiran Tuhan serayakan membayangkan wujud- Nya. Atau suatu metode yang dipergunakan untuk mencapai konsentrasi spiritual
dengan menyebut nama Tuhan berulang-ulang...”
56
Dalam Ensklopedi Islam Ringkas dijelaskan bahwa dzikir adalah mengingat, dzikrullâh atau mengingat kepada Allah, berkaitan dengan
penyebutan-penyebutan nama-nama Allah, atau untuk doa pujian kepada-Nya. Al-Qur’ân sering menyebut dzikir sebagai amal ibadah:
57
˸Ϣ˵ϛ˸ή˵ϛ˸Ϋ˴ ϲ˶ϧϭ˵ή˵ϛ˸ΫΎ˴ϓ
“Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingatmu.” QS. Al-Baqarah [2]: 152.
Ύ˱Ϡϴ˶Θ˸Β˴Η ˶Ϫ˸ϴ˴ϟ˶· ˸Ϟ͉Θ˴Β˴Η˴ϭ ˴Ϛ͋Α˴έ ˴Ϣ˸γ ˶ή˵ϛ˸Ϋ˴ϭ
“Sebutlah nama Tuhan dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” QS. Al-Muzammil [73]: 8.
Dzikir mengandung arti pengingatan kepada Allah Swt. Adapun dalam
bahasa Arab, pengingatan kepada Allah Swt. diistilahkan dengan dzikrullâh. Dzikir dalam pengertian khusus adalah latihan rohani untuk ingat kepada Allah
55
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tentang Dzikir dan Doa Jakarta: Lentera Hati, 2008, h. 9.
56
Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Dzikir” dalam Kamus Ilmu Tasawuf T. tp: Amzah., 2005, h. 34-35.
57
Cryil Glasse, “Naqsyabandiyyah” dalam Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta: PT Raja Grafindo Persada., 1999, h. 449.
33 Swt. yang dilakukan dengan membaca kalimat tauhid tahlîl “Lâ Ilâha Illallâh”
atau lafal al-Jalâlah “Allah” atau nama-nama yang tersebut di dalam asmâ al- Husnâ. Kata ingat di sini dapat diartikan dengan hadirnya Allah dalam hati atau
menghadirkan Allah dalam hati, sehingga keberadaan Allah itu disadari sebenar- benarnya oleh orang yang berdzikir dan mempengaruhi segala perbuatannya.
Bagi kalangan sufi, dzikir merupakan metode spiritual dalam pendekatan diri kepada Allah, penyebutan nama-nama Allah atau beberapa formula kalimat
suci, di bawah bimbingan guru tarekat memiliki rangkaian silsilah yang otentik. Guru spiritual, atau al-Syaikh
58
menyampaikan bai’at.
59
Kata dzikir sering digunakan secara khusus untuk setiap upacara di mana para sufi membentuk
lingkaran dalam sebuah pertemuan sufi majelis, di mana dzikir yang benar hanyalah sebuah elemen, untuk menuju kepada Pusat yang Satu.
Menurut Sara Sviri, dzikir merupakan praktik sekali sekaligus keadaan esoterik. Sebagai keadaan esoterik dzikir mengandung paradoks, karena sekalipun
dzikir berarti ingat, tetapi pengalaman puncak yang dituju praktik dzikir adalah
58
Syaikh adalah guru spiritual. Syaikh merupakan pembimbing otentik dan satu-satunya yang dituju oleh sang pencari kebenaran dalam pencariannya. Dengan berpaling kepada guru
spiritual, sang pencari pun berpaling kepada Allah Swt. Yang Maha Kuasa. Pengertian secara khusu adalah gelar bagi pimpinan spiritual, guru, pimpinan tarekat, yang dalam bahsa Arabnya
mursyid penunjuk. Totok Jumantoro, dan Samsul Munir Amin, “Syaikh” dalam Kamus Ilmu Tasawuf T. tp: Amzah., 2005, h. 215.
59
Bai’at adalah suatu janji. Peresmian atau pengakuan terhadap seorang penguasa diselenggarakan melalui suatu janji bai’at, yakni sumpah kesetiaan dan ketundukan. Hal ini
dilakukan oleh para pejabat, ulama dan tokoh-tokoh politik lainnya. Dalam sufisme, ia juga merupakan suatu janji terhadap Tuhan yang dibuat oleh anggota baru dengan oleh sang guru sufi.
Lihat, Cryil Glasse, “Bai’at” dalam Ensiklopedi Islam Ringkas Jakarta: PT Raja Grafindo Persada., 1999, h. 55.
34 segenap perhatian tercurah untuk menyebut nama Allah, segalanya hilang dari
orbit persepsi dan imajinasi.
60
Hal di atas sama dengan pengertian dzikir yang dijelaskan oleh guru penulis, Syaikh
Ɩbdul Mâlik al-Dien, selaku mursyid dari Tarekat Naqsyabandiyyah Husainiyyah, Madura. Ia menjelaskan bahwa, “hakikat dzikir
adalah lupa, lupa akan sesuatu yang lain selain yang diingat, dalam hal ini adalah Dzat Allah yang Maha Suci.
61
Dalam aliran spiritual, pengingatan berkaitan dengan apa yang ada di alam batin adalah pengingatan kepada sumber dari segala perwujudan dan segala sifat-
sifat.
B. Metode Dzikir yang Berkembang