c. Melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik
Pada sengketa pertanahan yang menjadi kompetensi peradilan Tata Usaha Negara adalah meliputi :
2. Perihal Objectum Litis Objek yang disengetakan dalam gugatan;
Didalam proses persidangan di Pengadilan selalu ada pihak-pihak yang berperkara dan ada masalah-masalah yang dipersengketakan. Pihak-pihak yang
bersengketa di Peradilan Tata Usaha Negara hampir sama dengan di Peradilan Umum yaitu : pihak Penggugat pihak Tergugat dan bahkan ada pihak Penggugat atau
Tergugat II Intervensi. Pihak-pihak yang berperkara ini sering juga disebut para pelaku yang bersengketa atau Subjek Perkara. Masalah-masalah yang disengketakan
disebut objek sengketa. Berbeda dengan ojek sengketa di Peradilan Perdata Objek sengketa di PTUN mempunyai ciri-ciri sendiri
Berdasarkan Pasal 1 Butir 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004, unsur-unsur dari objek sengketa di Peradilan
Tata Usaha Negara adalah : a.
Penetapan tertulis; b.
Oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara; c.
Tindakan Hukum Tata Usaha Negara; d.
Konkrit, Individual dan Final; e.
Akibat Hukum bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata.
Universitas Sumatera Utara
Adapun uraian dari unsur-unsur objek sengketa peradilan Tata Usaha Negara,
65
adalah : a. Unsur Penetapan Tertulis
Penetapan tertulis terutama ditujukan kepada isi dan bukan bentuk formasi yang dikeluarkan oleh Badan Tata Usaha Negara. Persyaratan tertulis diharuskan
untuk kemudahan segi pembuktian. Oleh karena itu sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat tertulis dan akan merupakan suatu Keputusan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara apabila telah jelas-jelas : -
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara mana yang mengeluarkannya; -
Maksud serta mengenai apa isi tulisan itu; -
Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan didalamnya.
66
b. Unsur Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
Yang dimaksud adalah bukanlah orangnya melainkan jabatannya. Seorang Gubernur atau Walikota yang sudah pensiun tidak dapat digugat secara pribadi di
PTUN karena keputusann yang dikeluarkannya pada waktu mereka masih aktif. Apabila terjadi hal yang demikian maka yang digugat adalah Gubernur atau Walikota
yang baru karena yang digugat itu adalah jabatannya bukan pejabat atau orangnya.
65
Lintong O Siahaan, Wewenang PTUN Menunda Berlakunya Keputusan Pemerintah, Jakarta : Perum Percetakan Negara RI, 2006, hal. 25-30.
66
Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1991 hal. 100-101.
Universitas Sumatera Utara
c. Unsur Tindakan Hukum Tata Usaha Negara
Unsur ini membedakan perbuatan-perbuatan pemerintah yang merupakan tindakan faktual. Yang menjadi wewenang PTUN hanyalah perbuatan-perbuatan
pemerintah yang merupakan tindakan hukum sedangkan yang faktual tidak. Yang terakhir ini tetap merupakan wewenang peradilan perdata melalui gugatan ganti rugi.
d. Unsur Konkrit Individual dan Final
Unsur konkrit hanya sekedar membedakan antara perbuatan pemerintah yang konkrit dengan yang abstrak. Sedangkan individual maksudnya adalah bahwa
perbuatan pemerintah tersebut ditujukan kepada individu tertentu atau seseorang atau badan hukum perdata tertentu. Sedangkan unsur final berarti keputusan pemerintah
tersebut sudah dapat langsung menimbulkan akibat hukum apabila dilaksanakan. Tidak perlu memerlukan persetujuan lagi dari atasan maupun instansi sejajar.
e. Unsur Akibat Hukum
Artinya keputusan Pemerintah tersebut apabila dilaksanakan langsung menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Akibat hukum
berupa kerugian yang timbul yang diderita oleh orang yang terkena keputusan itu misalnya : rumah atau bangunan dibongkar perusahaan ditutup izin trayek dihentikan,
dan sebagainya kesemuanya kerugian tersebut harus dapat diukur dengan nilai uang. Begitu juga dengan perihal adanya sengketa pertanahan, dimana perbuatan
Pejabat Badan Tata Usaha Negara telah sesuai dengan unsur-unsur objek gugatan di atas yang menimbulkan potensi atau masalah mengenai sengketa pertanahan yaitu
jika terdapat cacat hukum atas sertifikat atas tanah yang diterbitkan oleh Kepala
Universitas Sumatera Utara
Kantor Pertanahan dan dianggap menimbulkan kerugian bagi warga negara atau badan hukum perdata maka dapat dilakukan gugatan ke pengadilan untuk dimintakan
pembatalannya. Dalam hal ini kompetensi atau kewenangan mengadili berada pada Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo Undang-undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang menyatakan bahwa Pengadilan bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara. Kewenangan mengadili sengketa pertanahan sepanjang menyangkut
prosedur yang berkaitan dengan penerbitan produk Kantor Pertanahan yang bersifat konkrit, individual dan final merupakan kewenangan mutlak kompetensi absolut
Peradilan Tata Usaha Negara, dan mengenai hak keperdataan merupakan kewenangan Pengadilan Umum.
3. Perihal Petitum Dalam Gugatan;